Betapa baginda Rasulullah Shallahu alaihi Wa Sallam telah memuliakan para Sahabat, dan menjadi mereka orang-orang utama, yang selalu mendampinginya di saat-saat peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Rasul Shallahu Alaihi Wa Sallam. Keutamaan para Sahabat itu diunngkapkan dalam bentuk hadist-hadist Beliau.
1. Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Saat terjadi pertengkaran antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf, Khalid mencaci Abdurrahman. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela seorang sahabatku, karena seandainya salah seorang dari kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka pahalanya tidak bisa menyamai infak mereka sebanyak satu gantang, dan tidak pula separonya.”
Ibnu Taimiyah menulis, “Demikianlah pendapat Imam Ahmad dan selainnya, bahwa setiap orang yang bersahabat dengan Nabi SAW selama satu tahun, atau satu bulan, atau satu hari, atau melihat beliau dalam keadaan beriman, maka ia termasuk kategori sahabat.”
“Barangkali ada yang bertanya: Mengapa Rasulullah SAW melarang Khalid untuk mencela sahabatnya, sedangkan Khalid juga termasuk sahabat? Mengapa Rasulullah SAW bersabda, ‘Seandainya salah seorang dari kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka pahalanya tidak bisa menyamai infak mereka sebanyak satu gantang, dan tidak pula separonya.’ Kami jawab, karena Abdurrahman bin ‘Auf dan sahabat-sahabat yang setara dengannya itu termasuk As-Sabiqun Al-Awwalun yang telah bersahabat dengan Rasulullah SAW pada saat Khalid dan orang-orang sepertinya masih memusuhi Rasulullah SAW. Selain itu, mereka menginfakkan hartanya dan berjihad sebelum fath (kemenangan) , dan mereka itu lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang berinfak dan berjihad sesudah fath.
Tetapi Allah menjanjikan balasan yang baik bagi masing-masing. Jadi, Abdurrahman bin ‘Auf dan orang-orang sepertinya itu memiliki status sahabat yang istimewa, sesuatu yang tidak dimiliki Khalid dan orang-orang sepertinya yang masuk Islam sesudah pembebasan kota Makkah atau perjanjian Hudaibiyyah.
Jadi, Nabi SAW melarang mencaci mereka yang telah bersahabat dengan Nabi SAW sebelum perjanjian Hudaibiyyah. Perbandingan antara orang yang tidak pernah bersahabat dengan Nabi SAW dengan orang yang pernah bersahabat dengan beliau itu seperti perbandingan Khalid dengan golongan As-Sabiqun Al-Awwalun, bahkan lebih jauh lagi.”
2. Rasulullah SAW bersabda kepada ‘Umar RA, “Apa yang membuatmu tahu, barangkali Allah akan menemui para Ahli Badar dan berfirman, ‘Lakukan apa yang kalian suka, karena Aku telah mengampuni dosa kalian.’”
Menurut sebuah pendapat, perbuatan-perbuatan dosa mereka telah diampuni sehingga seolah-olah tidak terjadi.
An-Nawawi mengatakan, “Para ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah ampunan bagi mereka di akhirat. Karena seandainya ada di antara mereka yang terkena sanksi hadd, maka sanksi tersebut dilaksanakan padanya di dunia. Al Qadhi ‘Iyadh menuturkan kesepakatan pendapat tentang penjatuhan hadd pada mereka, dan ‘Umar pernah menjatuhkannya pada salah seorang Ahli Badar, yaitu Quddamah bin Mazh’un. Nabi SAW pun pernah memukul Misthah sebagai sanksi, padahal dia termasuk Ahli Badar.”
3. Dari ‘Imran bin Hushain RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik umatku adalah yang sezaman denganku, kemudian yang sesudah mereka, kemudian yang sesudah mereka.” ‘Imran berkata, “Aku tidak tahu, apakah beliau menyebut dua atau tiga zaman sesudah zaman beliau.”
4. Dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit. Kalau bintang-bintang itu hilang, maka penghuni langit akan menerima apa yang diperingatkan kepada mereka. Aku adalah pengaman bagi sahabat-sahabatku. Kalau aku telah pergi, maka datanglah kepada para sahabatku apa yang diperingatkan kepada mereka. Dan para sahabatku adalah pengaman bagi umatku. Kalau para sahabatku itu telah pergi, maka datanglah kepada umatku apa yang diperingatkan kepada mereka.”
5. Dari ‘Umar bin Khaththab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Muliakanlah sahabat-sahabatku, karena mereka adalah orang-orang yang terbaik di antara kalian.” Dalam riwayat lain dari ‘Umar beliau bersabda, “Jagalah aku dengan berlaku baik kepada sahabat-sahabatku.”
6. Dari Anas RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tanda iman adalah cinta kepada para sahabat Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci para sahabat Anshar.” Nabi SAW juga bersabda tentang sahabat-sahabat Anshar, “Tidak ada yang mencintai mereka selain orang mukmin, dan tidak ada yang membenci mereka selain orang munafik.”
7. Dari Watsilah RA, bahwa Nabi SAW bersabda, “Kalian tetap berada dalam kondisi baik selama di antara kalian ada orang yang pernah melihatku dan bersahabat denganku. Demi Allah, kalian tetap berada dalam kondisi baik selama di antara kalian ada orang yang pernah melihat orang yang pernah melihatku dan bersahabat denganku.”
8. Dari Abu Sa’id Al Khudri RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang satu masa kepada manusia dimana satu kelompok manusia berperang dan bertanya, ‘Apakah ada seorang sahabat di antara kalian.’ Lalu yang lain menjawab, ‘Ada.’ Kemudian mereka pun diberi kemenangan. Kemudian datang satu masa kepada manusia dimana satu kelompok manusia berperang dan bertanya, ‘Apakah ada seorang sahabat di antara kalian.’ Lalu yang lain menjawab, ‘Ada.’ Kemudian mereka pun diberi kemenangan. Kemudian datang satu masa kepada manusia dimana satu kelompok manusia berperang dan bertanya, ‘Apakah ada seorang sahabat di antara kalian.’ Lalu yang lain menjawab, ‘Ada.’ Kemudian mereka pun diberi kemenangan.”
9. Dari Anas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para sahabat Anshar adalah orang dekat dan sahabat istimewaku. Manusia akan menjadi banyak dan sedikit. Maka, terimalah kebaikan-kebaikan mereka dan maafkanlah kejelekan-kejelekan mereka.”
10. Dari Ibnu ‘Abbas RA, bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mencela sahabat-sahabatku, maka baginya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.” Hadits-hadits tentang masalah ini banyak jumlahnya, tidak terhitung. (bersambung)