Buku baru yang saya baca akhir pekan ini adalah buku berjudul “Breaking Away : How Great Leaders Create Innovation …” (McGraw Hill, New York 2011). Buku ini ditulis oleh consultant inovasi kenamaan Jane Edison Stevenson bersama dengan praktisi yang masuk Top 25 Masters of Innovation dunia – Bilal Kaafarani. Buku yang padat dengan kisah sukses perusahaan-perusaahan global dengan inovasinya ini, intinya menyampaikan bahwa inovasi bisa dipelajari dan lebih dari itu bisa dibudayakan dalam diri kita ataupun organisasi di mana kita berada di dalamnya.
Dalam dunia business, ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk menjadikan sebuah karya adalah inovasi, pertama dia harus unique – tidak ada duanya, kedua dia bermanfaat dan ketiga adalah dia berharga.
Ada setidaknya empat tingkat inovasi yang dari waktu ke waktu muncul di dunia dan bisa kita nikmati hingga kini. Tingkat pertama adalah Transformational Innovation, yaitu inovasi yang dapat mengubah peradaban manusia atau cara–cara manusia menjalankan kehidupannya. Penciptaan bola lampu dan mobil adalah contoh inovasi besar yang mengubah kehidupan manusia modern.
Tingkat kedua adalah Category Innovation, bila yang pertama membuat perubahan yang drastis dan revolusioner, maka yang kedua ini membawa perubahan secara gradual atau evolusioner. Untuk ketegori kedua ini dua penulis tersebut diatas memberi contoh inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Apple Computer. Dia tidak membuat hal yang secara total baru – karena komputer sudah lama ada ketika Apple lahir, tetapi kelahirannya menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Tingkat ketiga adalah Marketplace Innovation, sebagaimana namanya – maka inovasi yang ini adalah inovasi yang berhasil menciptakan pasar baru dari produk atau jenis produk yang sebenarnya sudah ada sebelumnya. Contoh klasiknya adalah Henry Ford yang membuat masyarakat menengah saat itu mulai bisa membeli mobil karena mobil bisa diproduksi secara massal. Sebelumnya mobil hanya dibeli orang yang sangat kaya di jamannya karena ongkos produksi manualnya yang sangat mahal.
Tingkat keempat adalah Operational Innovation, ini adalah inovasi yang terjadi secara internal dari waktu ke waktu di setiap organisasi. Innovasi seperti ini tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi masyarakat ataupun pasar yang baru, tetapi tetap diperlukan agar perusahaan atau organisasi bisa terus survive. Contoh Operational Innovation adalah perubahan cara kerja untuk mencapai efisiensi, peningkatan kwalitas kerja, peningkatan produktifitas dlsb.
Yang mana-pun tingkat inovasi kita, inovasi tidak lahir dengan sendirinya dan tidak lahir dengan tiba-tiba – meskipun bisa saja muncul awalnya dari ide sesaat. Perusahaan atau organisasi harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk bisa terlahirnya inovasi-inovasi yang berkesinambungan (sustainable), berikut adalah beberapa diantaranya :
- Membangun rasa ingin tahu, kepada setiap orang dalam organissasi harus terbiasa berpikir why, what if…dst.
- Membuka pikiran terhadap informasi dan ide-ide baru, banyak perusahaan besar yang akhirnya justru harus tutup ketika mereka menutup diri dari informasi dan ide baru.
- Menggali kebutuhan-kebutuhan baru. Apa yang kita butuhkan saat ini ini seperti pulsa telpon dan akses internet 24 jam, belum ada dua dasawarsa lalu. Tetapi saat ini adanya pulsa telpon dan akses internet ini seolah lebih penting dari kebutuhan pokok lainnya, kita panik ketika akses internet mati apalagi kalau tidak bisa mengakses telepon.
- Merangkai titik-titik ( connecting the dots). Ide, informasi dan kebutuhan berseliweran di depan mata kita, namun kalau kita tidak mampu ataupun tidak biasa merangkainya menjadi sebuah solusi – maka dia tidak menjadi inovasi.
Apakah usaha kita adalah usaha perorangan yang kita jalankan bersama istri, ataupun perusahaan besar dengan berpuluh ribu karyawan poin-poin tersebut diatas bisa terbangun bila ada leadership yang menunjang di dalamnya.
Karakter leadership yang menunjang proses inovasi ini antara lain adalah :
- Confident (percaya diri)
- Intuitive
- Creative
- Visionary
- Provocative (mendorong orang untuk berpikir atau berbuat)
- Good listening
- Genuine (tulus)
- Trusted
- Courageus (berani berbuat)
- Nurturing to others (menghargai pendapat orang lain)
- Determined (niat yang kuat)
- Spiritual with Strong Values (Memiliki spiritual dan nilai-nilai yang unggul)
- Tenacious (istiqomah, tetap di jalur tujuan meskipun menghadapi rintangan dan kekagagalan)
- Urgency (mampu bergerak dan mengambil keputusan cepat) dan
- Humble ( menghindari kesombongan dan mau mengakui kesalahan).
Bisa jadi tidak semua prasyarat lingkungan yang kondusif dan prasyarat leadership ada pada diri atau organisasi kita, tetapi sebagiannya saya yakin pasti ada – jadi sesungguhnya ada potensi-potensi inovasi yang bisa setiap kita menghasilkannya. Insyaallah.