Ketika terjadi hyperinflasi mencapai 89.7 sextillion (1021) persen atau 89,700,000,000,000,000,000,000 di Zimbabwe dua tahun lalu , banyak penduduknya menjadi kehilangan orientasi nilai—perlu berapa Dollar Zimbabwe untuk bisa membeli roti? Dalam situasi seperti ini, bila seorang bekerja sebagai pegawai atau buruh—berapa upah yang pantas? dibayar 1 Milyar Dollar sehari-pun belum cukup untuk membeli roti! Maka pekerjaan (baru) yang rame-rame dilakukan oleh warga Zimbabwe saat itu adalah pergi ke sungai-sungai untuk berburu emas, bila mereka mendapatkan 0.1 gram emas sehari saja—maka cukup untuk membeli roti bagi keluarganya hari itu.
Karena pengalaman Zimbabwe tersebut, belum lama ini National Inflation Association (NIA) –Lembaga Swadaya di Amerika yang misi-nya mempersiapkan warganya untuk menghadapi hyperinflasi– merekomendasikan seluruh warga Amerika agar rame-rame belajar mencari emas secara tradisional di sungai-sungai, bahkan teknisnya diajarkan di artikel ehow !
Berlebihankah rekomendasi NIA ini? menurut mereka sih tidak, karena berdasarkan pemantauan mereka akan tingkah laku penguasa —khususnya the Fed— negeri itu akan menuju kehancuran mata uang Dollarnya. Menurut saya sendiri berlebihan, bukan karena saya percaya Dollar-nya—tetapi banyak benda fisik lain yang dapat berfungsi sebagai uang selain emas. Jadi sama dengan Dollar Zimbabwe, Dollar Amerika juga akhirnya akan kehilangan daya belinya —sekarang-pun sudah— hanya tentu belum seburuk Zimbabwe—tetapi gantinya tidak mutlak harus emas.
Bila situasi seperti di Zimbabwe dua tahun lalu terjadi di Amerika, kemudian berdampak ke negara lain termasuk negeri ini—lantas apa uang yang bisa dipakai dalam situasi hyperinflasi ini? Berikut adalah 10 kriteria benda-benda yang bisa menjadi ‘uang’ bagi kita dalam situasi seperti apapun.
- Dia harus liquid, bisa dipertukarkan atau diperjual belikan dengan mudah.
- Dia harus acceptable, semua orang mau menerimanya dan mengakui nilainya.
- Harus divisible, bisa dibagi-bagi dalam unit yang lebih kecil tanpa harus kehilangan nilai (Kalung, gelang, berlian dan perhiasan lainnya tidak bisa dibagi-bagi karena akan kehilangan/berkurang nilainya)
- Dia harus addable, bisa dijumlahkan dan menghasilkan nilai yang proporsional dengan penjumlahan tersebut.
- Dia harus dapat secara spesifik diukur dalam berat, jumlah, karat, volume dlsb.
- Dia harus durable – bertahan dalam waktu lama tanpa kehilangan nilai ( Banyak pencari harta karun di laut-laut dalam berburu emas yang umurnya ratusan atau bahkan ribuan tahun, tetapi tidak ada orang berburu harta karun berupa Dollar !).
- Dia harus tidak mudah busuk dan kehilangan harganya – paling tidak selama proses jual beli berlangsung sampai diambil manfaatnya. Di sini termasuk kurma dan gandum yang disebut dalam hadits jual beli – karena dalam kondisi kering keduanya mampu bertahan lama – beda dengan daging, sayur dan buah-buahan misalnya.
- Dia harus memiliki nilai yang terbentuk oleh mekanisme pasar sempurna, tidak ditentukan oleh penguasa (bila yang menentukan nilainya penguasa – maka dalam kondisi krisis penguasa bisa kembali menghancurkan nilainya seperti yang terjadi di Zimbabwe tersebut diatas)
- Dia harus terkendali jumlahnya – bila bisa berlebihan dalam jumlah – maka dia akan otomatis kehilangan nilai.
- Dia harus tidak mudah untuk dipalsukan, hingga kini orang tidak mudah (tidak bisa) memalsukan perak, emas, gandum, kurma dan bahkan garam yang semuanya disebut dalam hadits jual beli.
Dengan sepuluh kriteria tersebut, sesungguhnya mudah untuk melihat mana benda-benda yang sesungguhnya adalah uang dan mana yang bukan. Maka ketika kendali uang di dunia ditangan orang-orang seperti Ben Bernanke (the Fed Chairman, US) —yang menyatakan bahwa yang sesungguhnya uang (emas) adalah bukan uang dan yang bukan uang (Dollar) adalah uang— bisa dibayangkan dampak yang bisa terjadi di sistem uang dunia yang kini berlaku—krisis ala Zimbabwe bisa terjadi di mana saja termasuk di Amerika yang mengaku adikuasa sekalipun. Di Youtube ada diskusi menarik tentang uang dan bukan uang ini antara senator Ron Paul dengan Ben Bernanke—untuk menambah wawasan kita.
Dengan sepuluh kriteria tersebut, kita kini punya semacam checklist untuk memverifikasi apakah ‘tabungan’ kita selama ini adalah uang atau bukan uang. Bila dia bukan uang-pun tidak menjadi masalah, asal dia adalah growing asset yang nilainya tumbuh seperti pohon-pohon, kebun dlsb. Yang perlu dihindari adalah jangan sampai tabungan itu tidak berupa uang yang sesungguhnya dan tidak pula berupa asset yang tumbuh – dia tidak akan memakmurkan malah sebaliknya dia menjadi wealth reducing assets – aset yang menurunkan kemakmuran pemiliknya !. Wa Allahu A’lam.