Pada tahun 118 Hijriyah, lahir seorang ulama yang bernama Yazid bin Harun bin Zadzi. Panggilan akrab ulama yang beretnis Bukhara, sebuah kawasan yang sekarang berada di Afghanistan, adalah Abu Khalid. Beliau lahir dan besar di daerah sekitar Baghdad, Irak.
Guru dari Imam Ahmad bin Hambal ini mempunyai kharisma yang luar biasa. Kharisma itu muncul karena kesaksian dari para guru dan murid-murid beliau yang mengenal beliau sebagai ulama yang tsiqah. Hampir tak seorang pun dari guru dan murid beliau yang mendapati kekurangan beliau. Hadits yang beliau riwayatkan adalah hadits yang shahih.
Kuatnya hafalan Abu Khalid Yazid bin Harun sudah dikenal di seluruh penjuru negeri muslim saat itu. Bahkan, dari sisi itu, beliau mengalahkan salah seorang guru Imam Syafi’i, Waqi’ bin Al-Jarrah. Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa kuatnya periwayatan hadits dari Yazid bin Harun sampai pada peringkat mutqin yang melebihi dari sekadar hafizh.
Imam Asy-Syafi’i pernah menyaksikan bahwa Yazid bin Harun hafal sekitar 24 ribu hadits, berikut sanadnya.
Selain kelebihan hafalan dan akhlak, Yazid bin Harun dikenal sebagai sosok ulama yang mempunyai kekuatan ibadah luar biasa. Beliau biasa shalat dari mulai Isya hingga sampai waktu Shubuh, nyaris tanpa istirahat. Dan terbiasa shalat dari mulai Zhuhur hingga datang waktu Ashar, juga tanpa istirahat. Hal itu biasa dilakukan sang ulama selama 47 tahun.
Sepanjang shalat dan munajat itu, Yazid bin Harun kerap menangis karena ketundukannya kepada Allah swt. Sedemikian seringnya menangis, ulama yang tegas dalam soal amar ma’ruf dan nahyu munkar ini mengalami kebutaan secara bertahap. Mulai dari mata kiri, kemudian yang kanan.
Kalau beliau sedang memberikan ta’lim di Baghdad, sekitar 70 ribu orang hadir untuk menyimak kajian yang beliau sampaikan. Termasuk di antara mereka Imam Ahmad bin Hambal.
Walau sebagai guru, Yazid bin Harun sangat menghormati Imam Ahmad bin Hambal. Pernah suatu kali, ketika beliau sedikit bercanda di saat mengisi sebuah pengajian, salah seorang peserta terdengar berdehem. Yazid pun mengatakan, ”Siapa yang baru saja berdehem?”
Hal itu ia tanyakan karena kondisi fisik beliau yang buta dan rasa sensitif beliau kalau-kalau ada yang tidak beres dari tingkah beliau. Seseorang pun menjawab, ”Itu suara Ahmad bin Hambal!”
Yazid bin Harun pun langsung menyatakan, ”Kenapa kalian tidak sampaikan kepadaku kalau Ahmad bin Hambal hadir di sini, agar aku tidak bercanda di hadapan kalian!”
Kharisma yang luar biasa itulah yang membuat penguasa Al-Makmun tidak berani macam-macam selama sang ulama itu masih hidup.
Pernah Al-Makmun menyatakan, kalau saja Yazid bin Harun tidak ada, aku sudah menyatakan bahwa Alquran itu makhluk.
Seorang staf istana bertanya, ”Kenapa Anda begitu segan dengan Yazid bin Harun?”
Al-Makmun menjelaskan, Aku sangat mengakui kharisma beliau yang begitu dihormati dan dijadikan rujukan oleh hampir semua rakyatku. Kalau aku mengatakan itu, dan pasti Yazid bin Harun akan membantahku, maka rakyat akan bergejolak. Dan itu merupakan bencana untukku!
Yazid bin Harun meninggal dalam usia 89 tahun di masa pemerintahan Al-Makmun, pada tahun 206 Hijriyah.
Seorang teman Imam Ahmad bin Hambal menceritakan sebuah mimpi yang ia alami. Dalam mimpi itu, ia bertemu dengan Yazid bin Harun. Ia bertanya, ”Apakah Anda didatangi Malaikat Munkar dan Nakir setelah Anda dimakamkan?”
Dalam mimpi itu, Yazid bin Harun menjawab, ”Benar. Mereka menanyakanku: siapa Tuhanmu? Apa agamamu?”
Lalu kujawab, ”Apakah pertanyaan seperti ini yang kailan ajukan kepadaku? Sungguh, ketika di dunia, aku biasa mengajarkan hal itu kepada manusia!”
Mendapati jawaban seperti itu, Malaikat Munkar dan Nakir menyatakan, ”Kamu benar. Karena itu, silakan Anda tidur seperti pengantin baru.” ([email protected])/Min ’Alam As-Salaf