Entah bisikan siapa, yang mendorongnya meminum arak itu. Barang yang masa sesudah Islam masuk diharamkan, karena menghilangkan ingatan. Tapi, lelaki itu tetap meminumnya.
Saef bin Umar at-Tamimi telah menceritakan kepada Muhammad, Thalhah, Ibn Mikhrq dan Ziyad, ketika berlangsung pertempuran yang sangat dahsyat di al-Qadisiyah, dan ketika Abu Mahjan dipenjarakan, dan diikat di Istana. Saat itu datanglah Salma binti Hafshah, isteri Sa’ad bin Abi Waqash.
Kemudian, Abu Mahjan bertanya, “Wahai puteri keluarga Hafshah, maukah kamu berbuat baik?”. “Dengan cara bagaimana”,sahut Salma. “Lepaskanlah aku dan pinjamilah aku kuda belang (hitam putih). Demi Allah, jika aku nanti diselamatkan Allah dalam pertempuran, maka saya akan kembali dan akan saya pasang kembali rantai dikakiku. Tapi, jika aku terbunuh, akau tidak lebih dari ketiadaan”, tambah Mahjan.
Lalu, Salma menjawab permintaan Mahjan, seraya, “Saya tidak dapat melakukannya”, ucapnya. Saat mendengar jawaban Salma itu, Mahjan terus melompat-lompat dalam keadaan terborgol kakinya, dan dilakukannya terus-menerus, dan dia berkata :
“Cukup sudah kesedihan ini bila engkau (Salma) dapat memberikan kuda dengan tombak, namun aku dibiarkan terikat pada borgolku,
Jika aku dapat memegang tali kendali yang kuat, maka akan aku timbulkan banyak kematian dan penyerupun akan terbungkam, aku adalah orang yang banyak harta dan saudara, namun mereka meninggalkanku seorang diri tanpa saudara,
Sesungguhnya Allah mempunyai janji, dan saya tidak akan melanggarnya, jika dibebaskan, maka aku tidak akan pernah lagi mengunjungi pejual arak .. “
Ketika mendengar ucapan Mahjan itu, hati Salma tertegun, dan berkata, “Saya beristikharah kepada Allah, dan saya percaya dengan janjimu”, ucap Salma bin Hafshah. Tak lama kemudian, datanglah Salma dan membebaskan Mahjan, dan melepaskan borgol di kakinya.
Selanjutnya, Abu Mahjan menghalau kudanya dan mengeluarkan dari pintu Istana. Ia menunggangi kuda, dan kuda itu lari sekencang-kencangnya. Ketika sudah berada medan perang al-Qadisiyah, dan dihadapan musuh dari sebelah kanan Mahjan bertakbir, terus menyerbu dengan mempermainkan tombak dan pedangnya, menerobos diantara barisan yang sedang bertempur.
Kemudian, kembali masuk dari belakang kaum muslimin menuju sebelah kiri, lalu bertakbir dan menyerbu sebelah kanan, dan menuju jantung pertempuran, dan segera maju menyerang musuh dengan mempermainkan tombak dan pedangnya,seolah-olah Mahjan sedang berpesta pora dengan musuh-musuhnya, orang-orang kafir, dan menghabisi kemungkaran di padang Qadisiyah. Namun, tak satupun kaum muslimin yang tahu Abu Mahjan.
Diantara mereka berkata, “Dia itu pemuka Bani Hasyim, atau memang Bani Hasyim sendiri”, ucap mereka. Sebagian lainnya berkata, “JIka Bani Khudhar menyaksikan pertempuran ini, pasti kami mengira, dia itu adalah pemilik kuda belang milik Khudhar”, tambahnya. Lalu, sebagian lainnya, berkata, “Demi Allah, seandainya tidak ada malaikat ikut campur, pasti akan saya katakana, “Telah ada malikat ditengah-tengah kita”. Orang-orang tidak ada yang mengingat Abu Mahjan, yang gemar meminum arak, dan tidak ada mempedulikannya, karena ia masih berada di penjara. Said berkata, “Demi Allah, andaikata Abu Mahjan, dan ini adalah kemah hijaunya”, ujarnya.
Saat tiba larut malam yang gulita, dan para muslimin yang bertempur saling berpisah dan mereka kembali tempatnya masing-masing, Abu Mahjan kembali ke tempat penjaranya semula, ia masuk kembali dari jalan di mana mula ia keluar dari Istana, lalu meletakkan borgol di kedua kakinya. Dan, perang al-Qadisiyah itu adalah perang yang amat dahsyat, dan akhirnya dimenangkan kaum muslimin.
Diriwayatkan Ibnu Sirin, “Abu Mahjan ats Tsaqafi gemar meminum arak. Ketika meminumnya, sangat berlebihan, mereka memenjarakannya. Sehingga, ketika berlangsung perang Qadisiyah, maka ia melihat seolah kaum musyrikin telah banyak menciderai kaum muslimin. Kemudian, ia mengutus seseorang untuk menyampaikan pesan kepada isterinya Sa’ad bin Abi Waqast, dan pesan itu, “Jika kamu mau melepaskan Abu Mahjan dan memberikan kuda serta senjatanya, pasti akan merupakan orang pertama yang akan kembali kepadamu, kecuali ia terbunuh.
Kemudian, pesan itu diterima Salma, dan melepaskan borgol di kedua kaki Abu Mahjan, dan ia pergi dengna menggunakan kuda hitam putih, serta tombak serta pedang ditangannya, dan ia banyak membunuh musuh. Melihat laki-laki penunggang kuda yang begitu hebat, dan banyak membunuh musuh, Saad bin Abi Waqash, bertanya, “Siapakah penunggang kuda itu?”, tanyanya.
Peristiwa dahsyat itu, tak berlangsung lama, dan kemudian Allah memenangkan kaum muslimin di Qadisiyah, dan membunuh para musyrikin, dan segera Abu Mahjan pulang dan mengembalikan kuda serta senjatanya, tak lupa memborgor kedua kakinya.
Usai pertemuran Salma bertanya kepada Sa’ad, ‘Bagaimanakah pertempuranmu?”. Maka, Sa’ad menceritakan, “Kami berhadapan msuh satu persatu, sehingga Allah mengutus seorang lekaki penunggang kuda belang hitam putih. Seandainya, Abu Mahjan tidak kami biarkan terborgol, pasti saya pastikan lelaki itu adalah Abu Mahjan”, ujar Sa’ad kepada isterinya Salma. “Demi Allah, dia itu Abu Mahjan. Dia meminta agar aku melepaskannya”, ucap Salma.
Sa’ad bin Abi Waqash memanggil Abu Mahjan, dan melepaskan borgol di kedua kakinya, dan berkata, “Kami tidak akan menghukummu lagi,karena meminum arak”, ucap Sa’ad. “Dan, saya demi Allah, tidak akan meminum arak selamanya”, tegas Abu Mahjan. Sejak saat itu, Mahjan tak terlihat lagi meninum arak, sampai Allah Azza wa Jalla memanggilnya. Wallahu’alam.