Memang nasib masyarakat lapisan bawah makin tragis. Mereka adalah kuli bangunan, sopir, buruh musiman, tukang ojek, tukang mie, buruh tani, para nelayan, dan para pedagang asongan, nasib mereka semakin terpuruk. Ini akibat berbagai kebijakan yang semakin tak memihak mereka. Minyak langka. Harga gas terus naik. Harga BBM terus dinaikkan. Disesuaikan dengan harga BBM dipasaran internasinal. Agar para pemilik modal asing bisa bermain di pasar lokal. Dengan mengorbankan masyarakat kecil. Tak peduli jeritan rakyat.
Beberapa tahun ini, setidaknya sudah tiga kali harga BBM dinaikkan. Dan, yang paling tinggi, ketika kenaikkan BBM di bulan Oktober 2005, kenaikan yang lebih dari seratus persen. Rakyat kecil langsung terpukul secara ekonomi, mereka tak mampu bangkit lagi.
Ketika rakyat sudah beralih dari minyak tanah ke gas, tapi sekarang harga gas terus naik. Mereka kehilangan kebutuhan pokok, yaitu bahan bakar, yang mereka gunakan kebutuhan sehari-hari. Paradok. Gas dan minyak di eksport keluar negeri. Di dalam negeri kesulitan pasokan bahan bakar. Cerita paling akhir tentang Indonesia yang dirugikan ratusan trilyun, akibat kesepakatan antara Mega dengan Cina, yang konon sambil berdansa menandatangani penjualan gas, yang sangat murah. Mega berdansa dengan Presiden Cinta, Fu Jianto di Beizing.
Kini, tukang ojek tak lagi dapat bergembira, karena penghasilan mereka terus menurun. Tak mungkin lagi mereka dapat membawa pulang uang Rp50.000 rupiah. Bahkan, di antara mereka ada yang tidak berani pulang. Karena, mereka hanya mendapatkan uang Rp20.000 rupiah, sementara ia harus membiayai empat anaknya yang masih sekolah.Apalagi, buruh musiman, tukang mie, buruh tani, para nelayan, para pedagang asongan, usaha mereka semakin tergerus dengan kenaikan harga, sampai ada peristiwa tragis, di Padeglang, seorang pedagang mie yang bunuh diri, karena selalu rugi.
Anak-anak yang mengemis di jalan-jalan, di kereta, di pasar, jumlahnya makin banyak. Pengamen tak terhitung lagi. Mereka semuanya di bulan ramadhan ini tetap harus survive.Harus tetap hidup. Harus tetap mencari nafkah. Seberapa pun dapatnya. Mereka tak pernah menyerah dengan keadaan. Mereka harus menjalani kehidupan. Betapapun sangat berat. Anak-anak kecil yang masih belum waktunya mencari rezeki (nafkah) mereka di perempatan lampu merah, kadang-kadang sampai larut. Mereka tinggal di tempat-tempat yang kotor, yang tak layak. Mereka terus menjalani kehidupan ini dengan segala peristiwa dan penderitaan yang mereka alami..