Pakaiannya terlihat begitu sederhana, bahkan teramat sederhana. Ketika seorang tabi’in ini menghadiri sebuah majelis, ulama atau pejabat, penampilan tokoh ini menjadi begitu mencolok karena lain dari yang lain.
Dialah Sulaiman bin Mihran Al-A’masy. Sosok unik beliaulah yang pernah membuat bingung seorang peserta majelis ahli fikih yang tengah berkumpul di Kufah. Apalagi kalau bukan penampilannya yang begitu teramat sederhana.
Salah seorang peserta itu mengatakan kepada seorang panitia saat melihat kedatangannya menyertakan Al-A’masy yang tampak aneh, “Wahai Ibnu Abi Laila, kamu menghadiri majelis ahli fikih dan membawa orang seperti ini (berpakaian seperti gembel)?” Yang ditanya menjawab, “Inilah tuan (guru) kita, Al-A’masy!”
Kejadian seperti ini bukan yang pertama dan terakhir. Teramat sering para tokoh ulama atau pejabat yang agak ‘terhinakan’ karena salah menilai penampilan pakar hadits yang menguasai tidak kurang dari empat ribu hadits ini. Guru dari Ibnu Mubarak ini seperti merasa tak perlu ‘memegang’ dunia walaupun hanya di ujung jarinya.
Orang-orang di sekitar Al-A’masy juga dibuat takjub kalau melihat bagaimana ulama kelahiran 61 Hijriyah ini beribadah. Seorang dari mereka menyaksikan kalau selama hampir tujuh puluh tahun, Al-A’masy tidak pernah tertinggal dalam takbiratul ihram rakaat pertama dalam shalat berjamaah di awal waktu, dan pada shaf terdepan.
Begitu pun dalam hal wudhu. Hampir tak pernah dalam kondisi terjaga, Al-A’masy melupakan wudhu. Bahkan, kalau ia tiba-tiba terbangun dari tidur dan tidak sempat mengambil air, ia selalu bertayamum. Seseorang bertanya, kenapa hal itu ia lakukan. Al-A’masy menjawab, “Aku hanya takut meninggal dunia dalam keadaan tidak suci.”
Guru dari ulama Fudhail bin Iyadh ini pernah mengungkapkan bagaimana kerinduannya dengan yang bernama kematian. “Kalau saja kematian bisa aku temukan, maka aku akan menghampirinya. Dan kalau saja ada yang menjual kematian, niscaya akan aku beli.”
Seorang muridnya pernah bertanya tentang firman Allah swt. surah Al-An’am ayat 129 yang artinya, “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”
Tentang ayat ini Al-A’masy mengatakan, “Jika orang-orang telah rusak, maka mereka dipimpin oleh kejahatan mereka.”
Ulama kelahiran Thabaristan ini meninggal dunia di usia sekitar 87 tahun, pada bulan Rabiul Awal tahun 148 Hijriyah
Dari Jarir, dia berkata, “Setelah kematiannya, aku pernah melihat Al-A’masy dalam mimpi, lalu aku bertanya, ‘Wahai Abu Muhammad, bagaimana keadaanmu?’ Beliau mengatakan, ‘Kami selamat dengan pengampunan Allah swt. dan segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam.”
([email protected])/Min A’lam As-Salaf, Syaikh Ahmad Farid.