Betapa beratnya Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, menjelang hijrah ke Madinah. Selama tiga tahun diboikot, sampai menghadapi peceklik, dan kekurangan makanan. Bukan hanya diboikot. Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, menerima takdir, ditinggalkan isterinya yang amat Beliau cintai, dan menjadi tulang punggung dalam dakwah. Taka lama, paman Beliau, yang melindungi dari serangan orang kafir Qurays, Abu Thalib, meninggal. Lengkap cobaan yang diterima Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam.
Sebelum Baginda Rashulullah Shallahu alaihi wa salam tiba di Madinah, sudah terlebih dahulu sahabat Mush’ab bin Umair, yang menjadi ‘pembuka’. Mempersiapkan penduduk Madinah, saat Baginda Rasul di kota yang indah dan sejuk itu, penduduk Madinah atau kaum Anshor, menerima dengan kebahagiaan. Perjalanan Baginda Rasul dari Makkah ke Madinah, bukanlah perjalanan yang mudah, tanpa tantangan. Karena, perjalanan itu jauh, dan berliku, guna menghindari kejaran orang kafir Makkah, yang tidak ingin membiarkan Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, pergi dari Makkah dengan selamat.
Kalau kita pergi haji melakukan perjalanan dari Makkah ke Madinah, merasakan panjangnya dari antara kedua kota itu. Mungkin antara Jakarta – Yogya. Perjalanan yang ditempuh dengan kendaraan yang, dan melalui jalan highway,yang lebar, sehingga jauhnya jarak itu, tak terasa dan menjadi lama. Tapi, kala Rasulullah Shallahu alaihi wa salam melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, yang hanya menggunakan kendaraan onta, dan kadang berjalan kaki, disertai teriknya matahari gurun, dapatlah kita membayangkan, betapa beratnya perjuangan Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, menegakkan risalah yang diterimanya dari Allah Rabbul Alamin.
Ketika bangunan da’wah sudah kokoh di Madinah, dan banyak diantara para Sahabat, yang bersama Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, takdiri menentukan, di mana Rasulullah Shallahu alaihi wa salam berserta dengan para Sahabat,yang merupakan manusia pilihan, yang jumlah tidak sebanding dengan orang-orang kafir Makkah, kala itu, hanya 300 Sahabat, harus berhadapan dengan lebih 1.000 pasukan Qurays. Tidak sebanding. Bila dilihat jumlah pasukan kafir Qurays dengan kekuatan yang dimiliki Rasulullah Shallahu alaihi wa salam. Tapi, takdir Allah Rabbul alamin, memberikan kemenangan kepada pasukan Islam, yang dipimpin Rasulullah Shallahu alaihi wa salam. ‘Fathul Makkah’, adalah runtuhnya dari simbol kekuatan jahiliyah, atau runtuhnya kekuatan Abu Sofyan, dan seluruh orang-orang yang ada dibelakangnya.
Penaklukan Makkah itu berlangsung, pada tahun ke 8 hijrah, yang dikenal ‘Perang Badr’, yang merupakan bentuk nyata eksistensi kekuatan Islam. Maka, ketika Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, berhasil menaklukan Makkah, Rasul Shallahu alaihi wa salam, berdiri di depan Ka’bah, dan menyapaikan pidatonya, yang amat terkenal itu : “Tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dia membenarkan janji-Nya, Dia memenangkan hamba-Nya, dan mengalahkan musuh-musuh-Nya sendirian.
Ketahuilah bahwa setiap hal yang dicintai, darah, dan harta yang diklaim, berada di bawah kakikku ini, kecuali pelayanan Ka’bah dan pemberian minuman jamaah haji. Ketahuilah, bahwa orang yang terbunuh sengaja dengan cambuk dan tongkat hukuman pembunuhnya membayar diyat mughallahzhah, yaitu seratus unta, dan empat puluh diantaranya sedang hamil. ”Wahai kaum Qurays, Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan kebanggaan terhadap leluhur dari hati kalian. Umat manusia itu adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”.
Selanjutnya, Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam membaca ayat :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seoran perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paliang mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. “ (al-Hujarat : 13)
Rasulullah Shallahu alaihi wa salam melanjutkan pidatonya : ”Wahai kaum Qurays, kalian kira apa yangakan aku lakukan terhadap kalian?”. Mereka menjawab : ”Kamuj akan bertindak yang baik kepada kami, kamu adalah saudara yang mujlia dan anak saudara yang mulia”. “Pergilah, kalian bebas”, perintah Baginda Rasul.
Dalam khotbah itu, jelas bagaimana sikap Baginda Rasulullah Shalllahu alaihi wa salam, sebagai pemimpin agung,yang memberikan tauladan, dalam mensikapi kehidupan. Betapa Rasulullah merupakan seoran pengarah dan penunjuk, Beliau merupakan rahmat bai semesta alam. Dalam khotbah ini, Rasulullah setelah mengumumkan apa yang ingin Beliau umumkan mengenai pembatalan beberapa bekas budaya dan tata kehidupan jahiliyah, beliau bertanya kepada mereka yang telah mengusir Beliau dari negeri Rasulullah, yaitu orang-orang yang dahulu mengira bahwa Beliau pasti akan membantai mereka pada saat Beliau memasuki kota Makkah.
Tapi, justru yang dilakukan oleh Beliau adalah menyuruh orang-orang kafir Qurays itu pergi. Beliau bertanya kepada mereka : “Kalian kira apa yang aku lakukan kepada kelian?”. Mereka menjawab : “Kamu akan mengambil tindakan baik terhadap kami, kamu adalah saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia”. Lalu, Beliau menjawab denggan : “Pergilah. Kalian bebas merdeka “, ujar Rasulullah Shallahu alaihi wa salam. Mereka orang-orang kafir Qurays yang dahulu memusuhi Rasulullah, ketika ‘Fathul Makkah’, mereka semua bebas.
“ … Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang”. (Yusuf :92).
Begitulah Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam yang mulia, menutup Khotbahnya saat menguasai kota Makkah. Wallahu ‘alam.