Hari-hari ini di tahun ini , kata pemimpin menjadi kata yang paling banyak dibicarakan setelah kata politik. Jelang ”pesta demokrasi” yang konon memiliki sistem paling rumit sedunia, mencari pemimpin adalah agenda besar bangsa saat ini.
Pemimpin yang sedang dicari-cari orang banyak adalah pemimpin kolosal untuk satu kafilah bangsa, negeri ini, dengan segala ke-aneka-ragam-an-nya. Skala besar.
Untuk skala yang besar tersebut, semua orang mencari-cari sosok yang ”besar”, entah apanya yang besar, namanya-kah, keturunan-nya-kah, tampang-nya-kah? Rakyat negeri ini masih mencari format, ukuran besar apa yang sedang dicari.
Tidak banyak yang memperhatikan, namun sebenarnya ada kepemimpinan yang tak kalah pentingnya dari pemimpin kafilah bangsa, bahkan merupakan kepemimpinan yang juga disumpah atas nama Allah SWT, yaitu pemimpin keluarga. Mungkin banyak yang tidak setuju, namun sebenarnya kepemimpinan dalam keluarga sangat-sangat penting untuk dibahas, bahkan pemimpin keluarga adalah (pada hakekatnya) pemimpin benteng terakhir ummat.
Tidak banyak yang memperhatikan bahwa sesungguhnya apa yang besar selalu berawal dari yang kecil. Termasuk kepemimpinan.
Hadits Nabi kita Muhammad SAW mengatakan:
”Tiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya..” Uraian selanjutnya bahkan hadits tersebut juga menyebutkan bahwa seorang istri pemimpin urusan rumahtangganya dan seterusnya.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang harus dipertanggung-jawabkan. Sesuatu yang merupakan tugas, sesuatu pemberian ”amanah” yaitu beban titipan. Pertanggung-jawabannya adalah kepada Pemberi tugas, Pemberi amanah tersebut yaitu Allah SWT.
Mengapa kepemimpinan dalam rumahtangga perlu dibahas?
Alasan pertama: Ummat manusia adalah makhluk Allah SWT yang regenerasi ummatnya melalui sebuah proses yang panjang dan rumit. Ia tidak bisa berkembang sendiri seperti seekor anak ular yang menetas dari telurnya, atau anak domba sudah dapat berlari seperti induknya. Seorang anak manusia sejak lahir hingga dewasa dan dapat mandiri membutuhkan waktu yang panjang dan perawatan yang rumit. Paling rumit diantara seluruh species yang ada. Ia memerlukan keluarga tempat ia dapat tumbuh sebaik-baiknya, dan lembaga keluarga ini harus mempunyai seorang pemimpin. Seorang anak yang tidak beruntung yang lahir tanpa keluarga yang merawatnya dengan baik akan melalui perkembangan yang amat sulit dan berpotensi menjadi anak bermasalah.
Alasan kedua mengapa pemimpin dalam keluarga memiliki peran penting adalah dalam masalah keteladanan untuk generasi penerus ummat manusia. Masalah ”role model”. Persoalannya menyangkut poin penting dalam pendidikan anak sebagaimana pernah di bahas dalam rubrik ini sebelumnya. Seorang anak membutuhkan ”role model” yang baik untuk dapat membentuk kepribadian yang sempurna. Jika role model yang ada ternyata kurang baik atau bahkan buruk, maka ketika anak menirunya dan juga menjadi buruk, perlu waktu yang lama untuk memperbaiki anak tersebut. Oleh karena itu, pemimpin dalam keluarga (dalam hal ini ayah) harus memiliki kepribadian yang baik agar anak tidak salah didik. Studi mengenai kepribadian para kriminal ternyata menemukan cacat-cacat yang dibawa dari masa awal pendidikannya dalam keluarga.
Alasan ketiga adalah masalah yang lebih rumit lagi. Masih berkaitan dengan ”role model”, namun kali ini adalah keluarga sebagai prototip sebuah masyarakat bahkan sebuah negara. Dalam lembaga keluarga, selain mesti ada undang-undang dan aturan-aturan, juga ada pemimpin sebagaimana sebuah negara memiliki presiden, ada pengatur urusan domestik internal yaitu ibu sebagaimana dalam negara ada perdana menteri dan kabinet, juga ada pekerja dan rakyat. Ada rakyat yang lemah ada yang lebih kuat, sebagaimana ada anak yang sudah lebih besar dan yang masih kecil. Dalam prototip masyarakat inilah seorang anak belajar bermusyawarah, berbagi, berempati dan bekerjasama dengan anggota masyarakat lain.
Begitulah, semua hal tersebut mustahil dipelajari seorang anak dalam sebuah rumahtangga yang berantakan. Sebagaimana berbagai elemen masyarakat tak dapat berfungsi baik jika presiden sebagai kepala negara tak mampu memenej itu semua. Dan jangan lupa, kepala keluarga bertanggung-jawab langsung kepada Allah SWT, sebagaimana presiden bertanggung-jawab kepada Allah dan rakyatnya.
Keluarga bukan hanya sebagai prototip masyarakat, namun keluarga adalah tempat pendidikan pertama seorang calon anggota masyarakat. Sebelum mencicipi situasi dan kondisi di masyarakat luas, ia lebih dahulu merasakannya dalam lingkungan masyarakat mini tempat ia dibesarkan.
Itu sebabnya amat penting mengatur keluarga dengan aturan yang jelas, tegas namun penuh kasih sayang, sebagaimana demikian pula yang kita harapkan dari masyarakat dan negara tempat hidup kita. Jika keadaan keluarga yang membesarkannya adalah keluarga yang penuh permusuhan, tidak toleran dan terbiasa menyelesaikan masalah dengan kekerasan, maka anak akan tumbuh menjadi preman. Apalagi jika ”role model” (dalam hal ini orangtua atau ayah khususnya) yang ada memang sosok yang selalu menyelesaikan masalah dengan tangan besi, otoriter, dan kasar.
Begitulah, sebuah negara terbentuk dari berbagai kumpulan masyarakat; setiap kelompok masyarakat terdiri dari sekumpulan keluarga. Sedangkan setiap tokoh masyarakat muncul dan berawal dari keluarga-keluarga. Alangkah pentingnya memperhatikan pendidikan dalam keluarga.
Dunia barat saat ini sudah kepayahan dengan berbagai penyimpangan sosial yang mereka alami. Sadar atau tidak sadar itu disebabkan oleh semakin hilangnya peran penting pendidikan dalam keluarga. Orangtua super sibuk memenuhi kebutuhan finansial, kehidupan urban dengan derap langkah yang amat cepat, waktu yang semakin panjang yang dilalui anak di lembaga-lembaga pendidikan, semua menyebabkan minimnya interaksi antar anggota keluarga.
Bagaimana dengan di sini? Wallahu’alam (SAN)