"Jihad kaum wanita adalah haji ke Ka’bah.” (HR Ahmad 23741). Begitu kata Nabi Muhammad SAW. Haji adalah aktivitas yang berat, sejak dari merencanakan keberangkatan hingga melaksanakan semua wajib, rukun dan sunnahnya.
Siapapun yang mempunyai niat untuk berhaji dari negeri yang jauh seperti negeri kia, seharusnya mempersiapkan diri dengan cukup. Jangan lupa yang paling penting adalah persiapan Taqwa, karena begitulah arahan dari Kitab Allah Al Qur’an yang mulia.
Apa saja kiranya yang perlu dipersiapkan seorang calon haji? Khususnya untuk keberangkatan tahun ini yang jatuh di musim dingin di Arab Saudi.
Pertama, persiapkan mental. Persiapkan hati, pikiran dan tentunya niat, semurninya untuk berhaji karena Allah SWT. Hapuskan semua niat yang bukan karena Allah. Jangan berhaji karena ingin disebut hajjah, atau karena ingin jalan-jalan atau belanja, atau niat-niat lain yang bukan karena Allah. Dengan kemantaban niat, maka aturlah pikiran dan kesiapan mental untuk melaksanakan ibadah wajib ini.
Salah satu yang sangat membantu untuk mempersiapkan mental untuk melaksanakan ibadah haji adalah mempelajari detil-detil ritual ibadah haji. Jika seseorang sudah terdaftar di sistem haji Indonesia sebagai jamaah haji resmi, maka Insya Allah ada sistem pembekalan ilmu tentang ibadah bagi calon jamaah haji yang disebut Manasik. Masing-masing penyelenggara haji biasanya mengelola sendiri manasik haji mereka. Baik juga bagi para calon jamaah haji untuk menambah pengetahuan mereka dengan membaca buku-buku tentang haji dan bertanya kepada mereka yang sudah berhaji maupun para pembimbing haji.
Kedua adalah persiapan fisik, baik fisik dalam arti badan maupun dalam arti barang bawaan. Persiapan fisik mencakup pemerikasaan kesehatan rutin untuk mengetahui gambaran umum kesehatan calon haji. Jika mempunyai penyakit-penyakit yang sedang diderita baik kronis maupun temporer, sikapilah dengan arif, tanyakan ke dokter anda apa yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi situasi dan kondisi haji berkaitan dengan penyakit anda.
Sebagai catatan penting adalah perbedaan cuaca yang sangat jauh dengan negeri kita. Indonesia adalah negeri tropis beriklim basah, kelembaban di sini berkisar di atas 60% sedangkan Arab Saudi adalah negeri subtropis beriklim kering dengan kelembaban berkisar 40% ke bawah.
Kelembaban seperti itu akan terasa sangat menyiksa di tenggorokan, oleh karena itu tidak heran jika kebanyakan jamaah haji Indonesia menderita batuk. Oleh karena itu pula mereka yang memiliki penyakit yang akan semakin parah dengan kondisi kering harus mengantisipasi dengan sebaik-baiknya. Salah satu tip bermanfaat adalah memanfaatkan masker kain yang dapat dibasahi untuk bepergian keluar penginapan dan menggantung kain-kain basah di dalam kamar selama tidur malam.
Termasuk persiapan fisik adalah barang bawaan. Rumusnya adalah: yang ringkas, meringankan, mempunyai banyak kegunaan (misal pisau ”all in one”), sesuai situasi dan kondisi. Sesuai situasi kondisi maksudnya sesuai dengan iklim tadi dan sesuai dengan sifat ibadah haji yang banyak aktifitas fisik dan selalu menghadapi kondisi penuh sesak.
Tidak dianjurkan bagi wanita untuk membawa banyak kosmetik untuk berdandan sebab selain tujuan utama adalah untuk ibadah, juga semakin banyak yang dibawa berarti semakin berat beban koper yang tidak jarang terpaksa harus diseret sendiri-sendiri. Bahkan beberapa standar kenyamanan harus diturunkan. Pasanglah kesiapan untuk mengurangi kenyamanan demi lancarnya ibadah, karena setiap pengorbanan dalam rangka ibadah boleh jadi mendatangkan pahala yang besar.
Termasuk juga dalam daftar barang bawaan yang penting diperhatikan adalah makanan-makanan tambahan atau makanan darurat. Ini penting untuk berbagai keadaan darurat, misal, jika makanan jatah sedang terlambat seperti pernah terjadi waktu hingga sebagian jamaah kelaparan, atau ketika perut yang bersangkutan sedang berontak dan merasa tak cocok dengan menu yang sedang tersaji, atau karena diet dan lain-lain. Meskipun mayoritas pengelola haji menjanjikan makanan Indonesia, namun dalam prakteknya menu di sana banyak menggunakan lada, bumbu kari, sayuran kol dan lain-lain yang lebih khas di timur tengah daripada Indonesia. Tetap berprinsip meringankan bawaan, meskipun tetap antisipasi.
Ketiga adalah sistem komunikasi baik dengan sesama jamaah haji atau pasangan kita, atau keluarga yang berangkat bersama, maupun dengan handai taulan di tanah air. Meskipun sekarang adalah era komunikasi, namun jika tidak direncanakan dengan seksama kadang hal seperti ini menjadi gangguan yang cukup berarti.
Sebagaimana diketahui, jamaah haji berada dalam posisi selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain dan sebagai pendatang di negeri orang yang berbahasa bahkan aksara berbeda, ini harus diperhitungkan. Untuk tidak terjebak dengan tagihan ha-pe yang membengkak, sebaiknya segala promosi dari provider telepon selular di fahami dengan seksama, mana yang murah untuk sms dan mana yang lebih murah bertelepon dan pada jam-jam dan syarat apa saja. Jika memilih menggunakan nomor lokal juga dimungkinkan sebab jaringan di sana mirip dengan di sini sehingga cukup membeli kartu prabayar seperti di sini.
Penting juga bagi keluarga di rumah untuk mencatat beberapa nomor telepon sesama rekan jamaah haji atau bahkan pembimbing haji yang serombongan, siapa tahu alat komunikasi kita sedang bermasalah, maka nomor orang lain dapat menjadi alternatif. Terutama untuk berita penting seperti ketika ada berita kecelakaan dan sebagainya.
Begitulah sekilas ringkas catatan bagi yang akan berangkat tahun ini. Namun yang paling penting tetaplah persiapan taqwa, dengan ketaqwaan yang cukup, halangan apapun, kesulitan apapun pasti teratasi dengan hati lapang. Sebaliknya, dengan hati yang goyang dan tidak mantab, kesulitan kecil-pun terasa besar dan selalu membuat hati mendung. Wallahua’lam (SAN 29102008)