Ini cuma berbagi, bukan menggurui.
Sebagai seorang ibu yang ingin berbagi dan belajar dari para ibu di manapun.
Peran bunda selalu sama. Sejak buah hati dalam kandungan hingga buah hati siap mentas menghadapi dunia.
Bunda tak kenal jam kerja apalagi uzur dan cuti.
Bunda hanya istirahat ketika buah hati sudah tertidur atau pergi.
Bunda tak kenal insentif apalagi uang lelah, syukur jika masih ada apresiasi dengan kata-kata cinta atau terimakasih.
Apapun situasi, bagaimanapun kondisi di manapun lokasi, bunda siap melayani….
Sejak mulai hamil, bunda sudah mulai bertugas demi buah hatinya.
Pertama: Memelihara kesehatan diri secara umum, agar kehamilan menjadi lancar, buah hati tumbuh prima dalam kandungan. Makan makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, padahal tidak jarang seorang wanita enggan makan saat hamil muda. Ngidam namanya. Makan apapun terasa pahit atau asam memualkan. Tapi seorang bunda bijaksana harus melawan keengganannya untuk memberi gizi yang baik bagi si kecil. Jika bunda gagal memelihara kesehatan dirinya di masa ini, buah hati mengalami resiko sepanjang hayat: cacat bawaan (na’udzubillah min dzalik). Begitulah bunda, dan para calon bunda: berjuanglah mengatasi ngidam-mu.
Kedua, bunda yang sedang hamil harus menjaga perasaannya dan menjaga agamanya, agar hatinya bersih selalu saat hamil, sehingga buah hatinya tak tercemar hasad dan dengki, atau tertular virus kekafiran dan kebodohan. Bunda harus menata hati dan perasaan agar hormon tubuhnya selalu prima, sehingga buah hatipun mendapatkan suasana yang prima dalam buaian pertamanya. Bunda yang rusuh hati saat hamil akan menciptakan suasana “rusuh” bagi buah hatinya dalam bentuk aliran hormon marah, takut atau benci yang bisa jadi akan terus membayangi si kecil setelah keluar dari kandungan. Hormon-hormon negatif tersebut sungguh merusak bukan hanya bagi bunda tapi juga bagi bayinya. Wahai para bapak atau calon bapak: Bantulah para bunda ini untuk menata hati dan pikirannya saat hamil. Demi lahirnya generasi muda yang optimal pribadinya. Jika para bapak tak peduli, maka cobalah renungi ini: Apakah anda ingin anak yang berkepribadian prima? Tahukah anda bahwa saat hormon-hormon negatif tersebut beredar di seluruh aliran darah bunda si kecilpun ikut terkena dampaknya? Tak jarang stress mental seorang calon ibu menyebabkannya keguguran. Ya keguguran! Kondisi stress kandungan sang ibu juga bisa mengganggu yang menyebabkan sang bayi (na’udzubillah) cacat…..Riskan memang. Hamil itu selalu beresiko. Setiap detik dalam masa sembilan bulan sepuluh hari merupakan momen pertumbuhan berharga bagi si bayi. Satu detik saja terganggu dapat menginterupsi pertumbuhannya, dan jika yang di-interupsi adalah momen perkembangan organ vital, maka organ tersebutlah yang cacat. Bahaya.
Ketiga, bunda yang sedang mengandung juga harus menyadari ia mempunyai keterbatasan gerak. Jika sebelumnya ia lincah dan senang berlari, memanjat atau menendang apa saja, maka saat hamil ia tidak boleh melakukan hal-hal tersebut. Sangat beresiko. Kekanglah hasratmu untuk hiking, atau racing dengan sepeda motor. Semua itu berbahaya bagi si kecil. Juga bunda harus sabar ketika menghadapi beratnya kandungan usia tua. Tidur menjadi tak nyenyak karena pinggang pegal, ingin rasanya meletakkan beban berat ini, tapi tak mungkin. Walau sejenakpun.
Keringat bercucuran meskipun ia hanya duduk menonton televisi. Rasa gerah tak berkesudahan, rasa sebah bagaikan makan sebakul tapi masih lapar…Ahhhh apalagi hendak dikata, sudah sejuta rasanya penderitaan ini. Namun semua bagaikan tak berarti manakala bunda merasakan tendangan si kecil dari dalam. Kadang si kecil dengan ngototnya tak mau pindah posisi ketika bunda pindah posisi. Maka bundapun tambah kelelahan. Senang, namun lelah. Bunda mengusap perutnya tanda sayang pada si kecil, dan si kecil membalas dengan tendangan kuat dari dalam, tanda senang disapa. Kadang ayah ikut bercanda dari luar, menggelitik si kecil lewat perut bundanya. Bunda jua yang harus menanggung canda itu. Jika sejak awal hamil sampai hamil tua sudah terasa berat bagi bunda, maka itu belum sampai puncaknya. Kelak diakhir kehamilan adalah puncaknya segala kesusahan itu. Wahnan ala wahnin….istilahnya dalam Al Qur’an: Kesulitan di atas kesulitan. Memang sulit.
Keempat adalah saat melahirkan itu sendiri. Sejak berjam-jam sebelum saatnya tiba sang ibu sudah didera sakit. Hilang-timbul-hilang-timbul. Itulah sakit melahirkan. Ini tugas penting yang sulit, sakit, dan banyak aturannya. Berbagai nasehat nenek, uak, mertua akan berdatangan dan kadang tambah membuat bingung. Semua karena cinta dan ingin berbagi pengalaman kepada calon ibu muda. Centi demi centimeter “pembukaan” jalan dikabarkan oleh bu bidan. Targetnya sekitar 10 cm, tapi proses dari 3 sampai 10 bisa berhari-hari. Kadang berlangsung cepat, tapi tak jarang lama atau lamaaaaa sekali. Tergantung takdirNya. Saat itu, lagi-lagi perasaan bunda amat berpengaruh. Makin tenang dan tawakkal, makin memudahkan yang menolong dan juga makin berhasil Insya Allah. Kelahiran dikendalikan oleh berbagai hormon yang kompleks sehingga jika perasaan kita kurang terkendali atau bahkan didominasi takut secara langsung dan tidak langsung juga mengganggu proses. Ingatlah bunda, perasaan yang tenang dan santai didasari tawakkal yang tinggi kepada Yang Maha Menolong adalah resep terbaik yang pernah diberikan oleh siapapun. Ingatlah bunda, apapun yang kau ketahui tentang berbagai penyulit kelahiran, maupun berbagai kelainan, semua itu ada di Tangan Allah. Dia Jua-lah Yang dapat Membereskannya. Pada momen-momen penting ini, setelah semua usaha baik yang dijalankan atas saran orang-orang yang kita cintai, maka tak ada lagi yang harus dipentingkan selain Tawakkal penuh kepada Allah SWT . Sang bunda akan merasakan bahwa siapapun tak berarti saat ini. Pada momen-momen taruhan nyawa, hanya Allah Raja Yang Maha Kuasa yang sebenarnya. Inilah jihad seorang wanita! Jihad yang membuat kita faham bahwa jihad adalah dalam rangka memberi kesempatan hidup bagi orang lain. Dalam momen ini kita fahami bahwa seorang bunda tak mungkin mundur dari perjuangan ini. Ini perjuangan yang tak mungkin kita ingin mundur. Maju atau mati! Harus lahir! Tak mungkin bunda tau siapapun membatalkan kelahiran ini. Maju terus, tak mungkin mundur.
Begitulah renungan bagian pertama ini kami akhiri. Seorang ibu adalah pejuang yang pantang mundur. Allah Telah Mentakdirkan mereka (atau kami) demikian. Takdir yang patut disyukuri karena posisi kemuliaan yang menyertainya. Sang bunda adalah manusia yang dihormati tiga kali lebih dahulu dari ayahanda yang menafkahi. Sang bunda yang di kakinya surga sang anak ditentukan….Adakah wanita yang sudah ditakdirkan menjadi bunda tapi tak mau kemuliaan ini? Jangan! Jangan ditolak dan jangan di sia-siakan kesempatan yang sudah diberikan Allah. Berjuta-juta wanita menginginkan namun belum juga ditakdirkan, sementara ada sebagian yang sudah ditakdirkan tapi tak mau menerimanya. Wahai bunda, anda adalah orang yang paling istimewa bagi anakmu. Jadilah yang terbaik baginya/ mereka. Kesuksesanmu ada pada penyerahanmu kepada Allah dalam setiap kesulitan. Amin. (SAN 10032009)