Belum lulus kuliah, semangat masih membara untuk menjadi istri sholihat, menyenangkan bila dipandang,taat bila disuruh, tidak membantah bila takperlu dan pandai masak, bla bla bla, ta,ta,ta, cha, cha,cha…seperti yang ada di buku-buku, dan juga seperti yang dianjurkan dengan semangat oleh guru ngajiku, dulu waktu aku masih muda, dan akhirnya menikahlah kami dengan sukses tepat pada tanggal 25 desember, ketika semua orang berlibur, akupun lembur, dari pagi buta sudah mencoba kain songket yang bingung aku cara pakainya karena kain ini takada ujungnya dan akhirnya terikat dengan sukses dengan bantuan tali rami, hmmm, zaman sekarang dengan melihat gemerlapnya baju pengantin di majalah-majalah, mana mungkin ada pemesanan baju pengantin dengan memakai tali rami seperti yang aku pakai, begitulah proses hari pertama aku menjadi seorang istri, dan bila orang mengatakan selamat menempuh hidup baru, maka bukannya benar lagi istilah itu, benar sekalii, hidup benar-benar baru, karena yang tadinya sendiri, sekarang berdua, bahkan saking seringnya berdua sampai – sampai, ketika sempat merasakan sendiri – sendiri,(suamiku kerja di jedah dan aku tetap di jakarta)aku menjadi keasyikan hampir saja..aku lupa, bahwa aku sudah bersuami. Sehingga ketika beliau pulang,aku baru ingat,aku belum masak nasi.
Namun ditengah segala daya dan usaha menyesuaikan diri dalam bersuami, doa dan usaha kerap kujalankan, karena buatku, suami harus dipertahankan dan jangan sampai diambil orang,karena buatku suami adalah adalah my teacher, my partner,my driver,my trainer,my supervisor, juga sometimes looks like my father, dan tentu saja my money changer( tempat aku menukar uang seribuan menjadi limapuluh ribuan, bila akhir bulan gajiku sebagai guru menipis, he he)dan yang jelas ditangannyalah dan dalam dirinyalah terdapat surga dan nerakaku, karena ridho suami adalah ridhonya ALLOH, demikian sabda nabi SAW, apalagi setelah orangtuaku tak ada, maka setelah berkali kali umrah doaku tetap satu : jadikanlah suamiku sebagai pelindungku, pendampingku dan selalu mencintaiku setelah cintanya padaMu, rasulmu, agamamu ….amiin, karena aku tahu dampak dari ketenanganku sebagai seorang istri, aku jadi mampu berkreasi apa sahaja dan tentu saja mendidik anak – anakku dengan semangat, sebagai seorang ibu karena ada seseorang yang selalu mendukungku.
Dalam gelap malam sholat tahajudku, aku mengambil kesimpulan,ketika suamiku tidak ada disebelahku, bahwa : “sebagai ibu, seorang istri perlu ketenangan agar dia mampu mendidik anak – anaknya dengan baik..”