“Sungguhbunda, aku dari dulu sangat memerlukan sahabat setia. Sejak bunda sibuk, hatiku kacau dan bunda juga tak mau dengar keluhanku. Bunda pulang menjelang rembang malam, dan adik-adik masih terlalu piyik buat diajak bicara, bundapun dirumah asyik aja mengelola masakan baru buat berbuka puasa, padahal beli saja. Kenapa bunda kalau tak sibuk masak, bunda sibuk sms dan mikir-mikir sendiri. Bunda, aku perlu sahabat setia yang menemaniku dikala aku susah dan selalu siap kalau aku bertanya dengan segudang jawaban yang kekal sepanjang masa.”
“Bunda, aku perlu sahabat yang dekat dan mau bersamaku kemana saja, dia tidak mem-bully aku, tidak juga menghina aku, bila rokku kepanjangan dia tidak melirik rokku dengan mata sinis, dan juga tidak mentertawakan aku dari balik tatapannya yang kurang bersahabat, aku juga perlu sahabat setia yang selalu mau kuajak kemanapun saja, eittsss, tapi tidak ke toilet loh bunda.”
“Bunda, aku tak perlu sahabat banyak, satu saja tapi bermutu. Dia selalu tahu apa yang kumau, dan keberadaannya selalu kurindu, dan dia juga haruslah sarat ilmu. Wah, bunda yang terpenting dia mau juga jadi kawan tidurku dan tidak buang air dan pipis sembarangan seperti si molly anjing tetanga depan rumah kita yang tidur sama si nona sehingga kamar si nona walapun manis design ruangannya namun bau pesing dan bulu-bulu si moly bikin aku bersin.”
“Bunda, aku sekarang sudah punya teman setia yang melalui hari-hariku dengan penuh tawa dan ceria, walau berat sekali menjadi sahabat setianya bunda sebab setan selalu mengganggu dengan segala cara, dan setan membuat aku malah yang melupakannya dan seringkali mendiamkannya dan tidak memegang atau menegurnya sedikitpun, dan rasa malas bersahabat dengannya membuat aku lebih memilih berhaha-hihi dengan kawan-kawan girls-ku yang lain. Namun, sejenak aku tersentak ketika akuziarah kubur eyang putri, aku melihat sebuah nisan bertuliskan “Salima lahir : 18 november 1995 dan meninggal 12 april 2008,” usianya baru 12 tahun seumurku bunda, dan di belakang tulisan salima, aku menemukan goretan kecil yang halus tidak begitu jelas, tertera “hafidzhoh” dan hatiku sejenak serasa tertusuk bunda. Bila aku dialam kubur nanti siapa yang akan menemaniku, siapa sahabat setiaku yang selalubersamaku melalui hari-hariku, dan juga setia bersamaku dialam kubur yang gelap ini, dan “Al Qur’an dengan surah An-Nisa, Al Mujadillah, Al-Waqi”ah, Ar-Rahmaan, dan Al-Mulk kembali bersenandung pasti dalam benakku, dan aku semakin yakin bahwa Al Qur’an akan menjadi sahabat setiaku, dalam hidupku juga dalam matiku, yang akan selalu setia menemaniku ketika tak ada seorangpun yang sanggup menemaniku siang dan malam sampai dalam kuburku, dia (Al Qur’an) sungguh sahabat setia yang tidak pernah mengkhianatiku.”