Dalam waktu sekejap maka nama Juwita (samaran) menjadi demikian terkenal dan blognya pun ramai dikunjungi orang. Dari kunjungan yang terlihat dalam blognya juwita, tertera sudah hampir seratus orang memberi komentar, ada komentar yang berupa simpati yang datangnya dari seseorang bernama romi (nama samaran); ‘’sabar ya mbak, nanti juga akan ketahuan siapa yang salah.” Ada juga komentar berupa kutukan yang datangnya dari ibu-ibu : ”Coba kamu pikirkan Juwita, kamu kan perempuan?! berapa banyak istri dan anak-anak yang menjadi korban kegenitan kamu.”
Juwita memang hebat, sekarang lebih terkenal dari pada Gusdur, mungkin kalau jadi Caleg menang kali ya…pikirku sebal !!
Maklum aku juga wanita dan seorang istri, mungkin dia tidak pandai, tapi dia punya sesuatu yang membuatnya menjadi wanita pilihan dari bapak-bapak pejabat yang suka main golf. Ya, Juwita memang bekerja di lapangan golf. Apa yang membuat orang tertarik padanya? Mungkin wajahnya yang putih seperti bola golf, atau tubuhnya yang langsing seperti stik golf, atau minyak wanginya yang segar seperti rumput golf. wallohu a’lam bishowab, sudah lama tivi aku simpan dikamar dengan kabel belum terpasang, sejak anakku asyik nonton sinetron “muslimah” dan menyatakan mau punya adik perempuan seperti naysilla (tokoh anak kecil bermata tiga).
“Hffhh….subhanalloh…wanita memang dasyat ya Rom “, demikian ketikku dalam chatt on line dengan Rome Bona, sahabat SMU-ku yang sekarang tinggal di Boston, “kamu selingkuh juga gak..?” Demikian tanyaku iseng.
“Ngapain selingkuh, istriku sudah cantik, kasihan anak-anak kalau aku selingkuh” jawabnya. ”Paling aku selingkuh sama handphone ku, tapi wanita memang ditakdirkan untuk menggoda sejak zaman Nabi Adam, jadi salahkan juga lelakinya, mengapa dia mau digoda..?!” lanjutnya.
“Kalau begitu judulnya wanita dijajah pria sejak dulu..?!” tutupku dalam chatting on line.
Sambil me-log out dan kemudian men-shutdown laptopku, aku berfikir mengapa harus terjadi perselingkuhan bila mereka sudah punya anak dan istri, karena dampak perselingkuhan itu sangat besar tidak hanya pada seorang istri namun juga pada anak-anak yang selama ini menganggap ayah adalah “pahlawan keluarga.” Betapa hancur hati anak-anaknya, bila ayah pergi meninggalkan keluarga hanya untuk memadu cinta dengan Juwita.
Pelajaran IPS bab II untuk anak SD kelas 3, yang berjudul “keluarga inti”, dengan bahasan bahwa dalam keluarga inti terdiri daripada ayah, ibu dan anak-anak, dan ayah adalah pemimpin keluarga dan ibu mengurus rumah tangga, anak-anak belajar. Maka bahasan ini tidak berlaku bagi anak-anak korban perselingkuhan. Bahasan dalam buku pelajaran IPS ini, akan menjadi pelajaran yang menyakitkan bagi si anak, apalagi bila dia harus menghafal kalimat : “ayah adalah pemimpin keluarga…”
“STOP selingkuh….demi anak-anak!!” Please dong ah !!!“