Pagi yang cerah di pinggir kota, di bagian barat Perth. Begitu keluar rumah, yang aku jumpai hanyalah pemandangan yang indah, dengan taman-taman yang luas, mainan outdoor yang sangat menyenangkan bagi anak-anak dan gratis bagi siapa saja yang ingin memainkannya. Suasana pagi itu semakin indah dengan banyaknya burung yang berterbangan dengan bebas, menari-nari dan mudah untuk ditangkap. Burung-burung terlihat mencari beberapa jumput roti yang dilayangkan ibu-ibu muda sambil mendorong kereta bayinya. Hal ini nampak jelas membuatku berpikir betapa sejahteranya negeri ini, Australia.
Di sini harga barang kebutuhan anak-anak juga cukup murah. Mainan juga sangat dijaga agar bersih dari toxin sehingga mainan-mainan disini dibuat dengan cat yang diperkenankan oleh pemerintah dengan standar tertentu. Bukan hanya itu, pampers untuk para bayi tersedia dengan mudah, walaupun dijualnya grosiran namun pampers-pampers disini hygienis dan mempunyai daya serap sangat bagus. Sungguh aku berpikir anak anak disini sangat dimanjakan oleh pemerintahnya, disayangi dan dicintai oleh siapa saja. Seperti yang aku lihat, sungguh beruntung ibu rumahtangga yang mempunyai banyak anak disini, bayangkan saja walaupun mereka tidak bekerja namun pendapatan mengalir deras bahkan bisa jadi lebih banyak daripada ibu yang bekerja di kantor. Coba bayangkan, dari satu orang ibu yang profesinya sebagai ibu rumahtangga saja, mendapatkan tunjangan yang sangat layak. Belum lagi ditambah dengan tunjangan satu anak, dua anak, tiga anak dan seterusnya yang dapat mereka ambil setiap dua mingguan di kantor pos terdekat dimana hal ini memang sudah diketahui dan dimengerti oleh siapapun yang tinggal di negeri ini.
Sekolah-sekolah di negeri ini dibangun dengan gedung yang sangat memperhatikan keselamatan anak-anak serta lapangan yang luas. Bukan hanya itu, para guru disini juga sangat baik lalu buku-buku yang digunakan juga sangat menarik. Di tambah lagi metode pendidikan yang digunakannya merupakan metode yang efektif dalam pembelajaran yang merupakan hasil penelitian para professor dan pakar pendidikan. Dan hal ini berlangsung secara terus-menerus sehingga membuat pendidikan di negeri ini menjadi sangat maju. Untuk kebutuhan pendidikan anak-anak, semua fasilitas yang tersedia disini baik sarana maupun prasarananya sangat menunjang bagi anak-anak. Sehingga bagi anak-anak, tinggal dan tumbuh kembang di negara ini sangatlah menyenangkan. Semua terjamin dengan kualitas yang sangat baik. Dan bagi orang-orang yang hidup dan lahir di negeri lain yang sedang berkembang, tentu saja semua yang tersedia untuk anak-anak di negeri Australia tersebut menjadi hal yang membuat iri.
Perlakuan orang dewasa baik guru, orangtua maupun pakar pendidikan kepada anak-anak dari usia bayi sampai usia dua belas tahun, luar biasa bagus. Namun sayang ketika mendekati remaja, mereka menganut paham kebebasan sehingga anak remaja sudah diperbolehkan untuk tinggal berpisah dari orangtua dan para anak remaja boleh menentukan jalan hidup sendiri. Dengan kondisi seperti ini mulailah timbul apa yang dinamakan anak yang tumbuh menjadi remaja yang mulai memberontak dengan prilaku antara lain berkata keras, bebas mengeluarkan pendapat, membantah orangtua bahkan mengecam dan menuding orangtua. Sementara itu budaya free sex tumbuh dimana-mana, para remaja diperbolehkan dan dibebaskan untuk membawa pasangannya baik laki-laki maupun perempuan di apartemen barunya yang terpisah dari orangtua dengan dibiayai oleh pemerintah. Para remaja ini mendapatkan allowance (tunjangan) untuk hidup sebagaimana orang dewasa, bebas dari tekanan dan aturan orangtua. Kebebasan dan hak azasi manusia sungguh menjadi dasar yang utama di negeri ini.
Kisah miris juga terjadi pada masyarakat muslim yang tinggal di negeri kangguru ini. Ketika seorang ayah menegur keras anak gadisnya dikarenakan anak gadisnya berhubungan dengan lelaki yang berwajah dan berprilaku kurang baik, memakai anting-anting, rambut dicat warna-warni, celana panjang sobek-sobek, lalu diketahui minum bir pula maka yang terjadi malah konflik antara ayah dengan anak gadisnya. Ayah muslim baik-baik mana yang mau anak gadis muslimahnya berhubungan mesra dengan lelaki seperti ini. Maka hubungan anak perempuannya dengan lelaki yang kurang baik tadi sangat dilarang dan berkali-kali menimbulkan konflik keras antara ayah dengan anak gadisnya. Sampai suatu hari sang ayah tidak tahan karena anak gadisnya sempat tidak pulang beberapa waktu, maka sang ayah pun menampar putrinya. Lalu ketika putrinya mengadukan hal ini kepada kawan-kawannya dengan memperlihatkan bekas tamparan ayahnya di pipi yang mulus itu, maka sang anak gadis itu dipengaruhi kawan-kawannya untuk melapor ke polisi. Alhasil sang ayah yang sebenarnya khawatir dan sayang kepada anak gadisnya ini, ditangkap polisi dan ditahan di penjara selama beberapa waktu lamanya.
Kisah ini diceritakan oleh seorang ibu jemaah pengajian yang merasa heran dengan sikap dan peraturan di negeri itu. Sungguh, kalau mau jujur tidak ada orangtua yang mau berpisah dari anaknya. Bahkan mereka sedih bila sudah tua karena tidak ada anak yang berkunjung atau memperhatikannya. Namun atas dasar hak asasi manusia seorang anak diperbolehkan berbuat apa saja, termasuk membantah orangtua dan bahkan berpisah dari orangtuanya. Padahal pendidikan anak-anak di negeri itu dari sejak masih kecil sangat bagus namun ketika menjelang dewasa (remaja), sistem yang berlaku membuat banyak orangtua kehilangan anaknya, kehilangan dalam dua arti, kehilangan secara fisik (anak tidak pernah berjumpa lagi dengan orangtuanya) dan kehilangan secara maknawi (anak tidak dekat dan tidak peduli serta tidak ingat pada orangtuanya lagi).
Orangtua yang telah membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang sejak lahir, dengan mengikuti berbagai metode dan cara yang sangat bermutu, ketika menginjak remaja seperti kehilangan ikatan keluarga dikarenakan sistem yang katanya menjunjung hak asasi manusia. Hal tersebut bagaikan “membangun lego yang rumit dan bagus dengan susah payah, namun kemudian ketika lego itu sudah jadi akhirnya dihancurkannya sendiri dengan sistem yang tidak tepat.”