Aku terdiam, memang sejak 3 bulan belakangan ini, barang – barang banyak yang hilang, celana kerja suamiku, kaus dalam anak sulungku, jam tanganku yang tertinggal di kamar mandi,bahkan rok batik untuk aqad nikah adikkupun sempat lenyap sampai adikku menangis dan kami putuskan beli yang sudah jadi, ini berlaku sejak 3 bulan mbak nah ada disini dan selalu minta pulang 2 minggu sekali(kebetulan rumahnya di Bogor hanya 1 jam dari Jakarta), mbak Nah aku ambil karena aku kebingungan ketika sudah 3 kali pembantu datang dan pergi,dan di antara pekerjaan disekolah yang sangat menumpuk, juga kegiatan – kegiatan sosial dan dakwah lainnya, semua sangat menyita waktu dan tenagaku, belum mengurus pelajaran anak – anak,jujur, aku sangat memerlukan bantuan seorang pembantu.
“Ikhlas aja deh mi, biar aja gak ada mbak nah,,enakan juga sama umi aja dirumah,lagipula mbak nah kalau disuruh selalu lambat mi, masakan sudah basi ditaruh lagi di meja,dan zaky cium pelan – pelan…mbak nah itu suka bau lho…mi, mandinya kalau ada umi aja,..” demikian rengut bungsuku (6 tahun)sambil memeluk erat tas sekolahnya, kemudian lanjutnya, “ enakan kalau gak ada mbak nah, umi lebih perhatian sama kita, ya khan kak?.. Tolehnya lucu,” umi yang masakin, umi yang mandiin, umi yang nyemprotin nyamuk, umi yang nyuciin piring, tapi kalau umi mau, zaky bisa juga kok mi nyuci piring sendiri…khan sudah diajarin di sekolah, sabunnya sedikit saja,campur air lalu tidak boleh main busa,lalu siram – siram….” “Banjirrrrr!!!!”,timpal kakaknya gemas, “ kamu sich… kalau bantu nyuci piring banjir seluruh dapur jek…”cari aja pembantu lagi mi, capek tahu.. tak ada pembantu,kakak khan mau ujian nasional, bahannya segunung tujuh lautan, ..pasti gak sempatlah bantuin umi…”
Ya.. ya,umipun perlu pembantu nak, namun umi juga bingung,,terkadang kehadiran mereka ada dan cukup membantu namun juga terkadang cukup mengganggu.Aku teringat,percakapanku dengan tukang mie ayam depan gang dan Bu Yani tetangga Pak RT,: “ Heran saya, susah betul cari pembantu jaman sekarang, sekalinya kita baikin ngelunjak, tapi kita baca di koran – koran ada pembantu baik – baik, eh malah distrika sama majikan, “demikian celoteh Bu Yani pada mang Asep yang sedang menyeduh mie ayamnya.
“Iya bu, timpalku hati – hati, “ kenapa ya, pembantu yang baik malah dapat majikan sadis, sedangkan kita yang baik – baik saja malah dapat pembantu yang gak benar, itulah hidup ya bu…dan pembantu memang perlu. Tetapi kalau gak benar jadi mengganggu…”.