Pagi ini terasa lain, lagi-lagi sisir jerujiku hilang, dan aku teringat bahwa dalam dashboard mobil papa terdapat sisir papa yang selalu wangi, maka segera aku masukan dalam ranselku dan tak lama aku mendapati dalam laci pakaianku terdapat kaus kaki papa yang berbahan halus, tergoda betul aku untuk mencobanya, sekali saja, toh bila dimasukkan dalam celana panjang jeansku dan tertutup sepatu ketsku, kauskaki biru itu tidak tampak dan tak seorangpun dapat menduganya. Dan akhirnya kesempatan itu datang juga ketika ketigakalinya, si mbok, salah memasukan kaus kaki papa berwarna biru dengan bahan nylon itu ke dalam laci lemari pakaianku. Aku tengah terburu-buru mencari kaos kakiku, aku mencari sampai terbolak-balik rasanya jari-jariku ini, namun si kauskaki putih bergaris strip biru merah yang biasa kupakai untuk bermain sepakbola tak kunjung kujumpa, Ya ALLOH, bunyi bip bip dari handphoneku membuatku bertambah deg-degan, yaa…yaa tunggu Rosyid, aku juga gak bakalan lupa hari ini pertandingan final bola terakhir yang aku ikuti sebelumnya. Kesebelasan kecamatan makasar menduduki posisi teratas, maka jangan mimpi klub sepakbola dari kecamatan lain akan memboyong piala mentri pemuda dan olahraga yang sudah dua dekade ini selalu berkumis, sambil mengelus atas mulutku, aku tersenyum geli, he he… sudah 16 tahun umurku, status pelajar SMU 31, ramah dan tidak sombong, namun sayangnya tak ada rambut halus di wajahku, baik kumis maupun jenggotpun aku tak punya, yeaaah mungkin ini karena kulitku kerap terbakar sinar matahari di tengah lapangan bola, sehingga kumispun ogah tumbuh, pikirku menghibur diri.
Sambil terus mengaduk-ngaduk isi laciku, aku berfikir kesana kemari, dan akhirnya keputusanku final, ketika bip bip handphoneku semakin sering, maka tanpa ragu aku segera menyambar kauskaki papa dan segera memasukkannya ke dalam ransel adidasku.
Wah, uups hampir lupa, handuk papa yang selama ini aku pakai karena bahannya yang lembut dan menyerap keringat, lalu kaus sport papa yang sering dipakai untuk jalan pagi, aku ingat papa punya 2, kalau aku gunakan yang warna merah papa masih punya yang biru, dan aku rasa papa akan maklum, toh warna merah ini terlalu terang buat papa yang sudah beruban, tidak pantas batinku. Lengkaplah semua yang aku bawa, dan rasanya aku bertambah percaya diri bila membawa sedikit saja perlengkapan olahraga milik papa, bukan karena aku berniat untuk mencurinya loh, aku hanya merasakan bahwa semua barang pribadi milik papa, membuat aku terlihat dewasa dan semakin membuatku percaya diri, selain bahannya yang enak, lembut dan menyerap keringat tidak membuatku lepek..!!
Yeaaahhh… goaalll, dengan tangkas, tendangan kuat pada putaran terakhir kearah gawang lawan, membuat kedudukan team kami berhasil memenangkan pertandingan bola score hari itu dengan kedudukan 5-3, memperebutkan piala menteri pemuda dan olah raga se-jakarta timur. Dan dengan bangga aku berfoto bersama rekan-rekanku, sampai kemudian aku mendengar suara telphoneku berdering nyaring dari ransel bututku, kemudian Astuti adikku, dalam hape berteriak histeris; “Kak farhan!! tahu tidak kalau mama sekarang lagi bertengkar dengan papa dan mereka tidak ada yang mau mengalah satupun, ayoo cepat pulang, karena aku takut terjadi apa-apa pada mereka..!!”
Dengan jantung berdebar-debar, kubuka pintu ruang tamu dan dari balik pintu yang belum sepenuhnya terbuka, aku mendengar suara tangisan yang lirih dari mama dan berkali-kali mama mengatakan bahwa, kecurigaannya pada papa sudah lama, bahwa papa jatuh cinta lagi dan banyak barang pribadi papa yang tidak ada dirumah ini yang sudah mama rapihkan namun lenyap tak kembali. Dalam sedu sedannya, mama meminta papa mengaku bahwa papa telah jatuh cinta dan mungkin menikah lagi, buktinya banyak barang pribadi papa raib, pasti papa lupa sudah menaruhnya dirumah istri yang lain dan lupa membawanya pulang, tanpa sepengetahuan mama. Dengan suara bergetar papa beristighfar dan meminta mama juga beristighfar…
Dalam hitungan detik, aku merasa wajahku ditumbuk dengan bola sepak, dan YA ROBBI, ampunkan daku, maafkan aku, papa karena kelancanganku memakai benda-benda milikmu, maka sekarang papa menjadi tertuduh, sebagai pihak yang jatuh cinta lagi.
Ketika sedu sedan mama tak kunjung berhenti jua, maka papa merengkuh mama dalam pelukannya, dan papa berkata dengan tegas :’’diam ma, sudahlah diam, jangan terlalu bersangka yang buruk-buruk dan berfikirlah positif. Papa memang salah, teledor dalam menyimpan benda pribadi milik papa, tapi demi ALLOH, papa tidak jatuh cinta lagi pada siapapun. Papa hanya merasa setelah anak-anak sering keluar rumah dan mereka beranjak dewasa, papa semakin menyadari kawan hidup papa hanya mama seorang yang setia selalu bersama papa. Betul maa, percayalah, papa memang jatuh cinta lagi tapi papa hanya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada mama, ketika usia sudah semakin tua, wajarkah bila papa jatuh cinta lagi pada mama, karena papa semakin merasa takut kehilangan mama, dan papa menyadari bahwa tanpa mama, papa tidak akan bisa survive mengarungi rumahtangga ini, dan juga sekarang papa rasakan, rumah inipun semakin kosong dari tawa dan jeritan anak-anak kita, maka pada mamalah, papa menaruh cinta yang sebenarnya,‘’ demikian suara papa terdengar sangat tegas dan sungguh-sungguh. Membuat adikku Astuti dari balik pintu kamarnya menjadi menangis sambil membenamkan mukanya dalam jilbab kausnya.
Duh bergetar hatiku mendengar semua pembicaraan papa dan mama yang cukup membuat hatiku miris, dan dengan berlari aku segera memeluk papa dan mencium lutut papa : ”maafkan Farhan pa, maafkan farhan maa, selama ini Farhan yang lancang memakai barang-barang pribadi papa, dari kaus kaki sampai handuk dan sisir serta lainnya. Farhan yang mengambilnya pa, karena Farhan suka bentuk dan bahannya, Farhan bersalah pa, biar papa boleh hukum Farhan, namun Farhan berjanji untuk tidak mengambil yang bukan milik Farhan…”
Dan pelajaran yang cukup berat buat Farhan adalah mulai sekarang mengontrol semua barang milik papa dan menjaganya dari kekotoran dan tugas Farhan adalah ikut menggosok baju papa, bila si mbok tak sempat menggosok semuanya, dan farhan dengan sangat sukarela selalu dengan setia memasukkan kembali semua barang milik papa ke dalam almari papa, sambil sesekali mengelus dan menciumnya serta berfikir, bila aku dewasa nanti, aku akan membeli semua kaus kaki dan baju kaus serta handuk dan bahkan sepatu seperti punya papa. Mungkin karena mama memilihkannya dengan penuh cinta sehingga semua yang papa miliki terasa enak dipakai, bukan hanya oleh papa, bahkan oleh Farhan sekalipun, dan sejenak Farhan merasa satu hal yang juga dirasakan papa, Farhanpun merasakan hal yang sama, yaitu Farhan semakin cinta pada mama. Karena cintanya pada keluarga membuat semua yang mama pilihkan terasa nyaman untuk digunakan : “I luv u mama,” gumam Farhan sambil melipat handuk biru papa.