"Namanya Anisa, Bu. Umurnya baru mau lima tahun tiga bulan, anaknya memang pendiam, tetapi sejak peristiwa itu terjadi, dia semakin pendiam, suka menangis sendiri dan takut bila ketemu siapa saja."
"Kami khawatir Anisa depresi yang berkepanjangn dan teriakannya yang traumatis bila melihat laki-laki berbadan tinggi serta berkumis tipis dan wajah penuh jerawat, membuat hati ini sebagai ibu teriris sangat dalam," isak Bu Inayah, menuturkan keadaan anaknya, pada psikiater Arini, yang ia ketahui alamatnya dari sebuah tabloid wanita.
‘Dari hasil visum kami, terbukti memang benar anak ibu diperkosa, karena ada cairan sperma tumpah dalam pakaian dalamnya dan juga sisa-sisa sperma dalam kemalauannya yang lecet parah dan berdarah," kata dokter Joko. Bisa dilihat aura wajah Nisa yang memancarkan kesedihan dan kegeraman yang luar biasa.
"Akan kubunuh bajingan itu, akan kubunuh bajingan yang menghancurkan masa depan anakku," erang sang ayah yang kebetulan sudah tujuh hari menginap di rumah sakit untuk operasi kanker usus .
Kejadiannya begitu singkat, namun hasilnya begitu merusak, dan bila kita melihat pelaku yang bersikap sadis, maka siapa pun tidak akan menyangka bahwa guru les matematika anaknya, berani merusak kelamin anak gadis kecil yang sebetulnya baru lepas dari botol susu.
Dia melakukannnya dengan tenang di ruang tamu, sementara sang ibu sedang sibuk di dapur yang jaraknya hanya sekitar empat meter dari tempat kejadian. Sang ibu sedang menyiapkan makan malam, yang tadinya akan disantap bersama sebagai acara perpisahan dengan sang guru matematika yang katanya akan kembali ke Jawa Tengah.
Kisah sedih yang sangat menyedihkan, sementara hukum di negeri ini belum mampu bicara untuk melindungi masa depan dan kehormatan anak-anak kita. Maka bila saya boleh bertanya pada masyarakat sebangsa dan setanah air, hukuman apa yang tepat untuk pemorkosa anak kita? Apakah hukuman mati? Karena mereka telah mematikan keceriaan anak kita dan mematikan masa depan mereka yang indah, dan trauma yang dialami korban membuat korban mengalami kesusahan seumur hidupnya.
Apakah adil bila sang pemerkosa melenggang begitu saja meninggalkan anak kita? Bila tidak ditangkap serta diberi hukuman yang sangat berat, maka si pemerkosa, bisa jadi setelah jejaknya hilang begitu saja, dia kemudian muncul lagi dengan korban anak yang lain, Naudzubillahimin dzalika.
Hukum mati saja para pemerkosa, agar tidak ada lagi masa depan anak anak yang hancur karena ulah "orang-orang gila" yang bebas berkeliaran dimana-mana.