(sepenggal kisah nyata dibulan ramadhan)
Dibalik wajah lesu si kecil, dengan menyeret tasnya yang sebenarnya sudah sangat kosong, wajah segar di pagi hari karena mandi dengan air dingin dan keramas seluruh rambut lebatnya, membuat haru siapapun orangtua yang dicium pipi kiri-kanannya. Kami sebagai orangtua merasa masih sangat mengantuk, sementara anak-anak pada pukul 7 sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Masya ALLOH, padahal mereka dibangunkan jauh sebelum subuh menerbitkan matahari paginya, dan walau dengan terkantuk-kantuk, si kecil ikut menikmati makanan sahur yang rasanya tentu saja sudah tak begitu lezat lagi, yang terkadang adalah sisa makanan dari sejak buka puasa kemarin dan kemudian dipanaskan kembali karena selalu banyak tersisa, dan si kecil dengan pasrah mengikuti arahan kita. Oh indahnya hidup ini, bila si kecil terus saja kecil dan tidak besar-besar agar kita terus menikmati kepolosan dan kelucuannya.
Kemudian si kecil bergaul dan bergabung dengan kawannya setelah pagi hari menuju mesjid untuk sholat subuh dengan menggunakan sepeda roda duanya, dia mengayuh sekuatnya, padahal imam masjid pun belum datang. Ha ha, sekali lagi dia tertawa geli sampai terbungkuk-bungkuk, ketika imam masjid menyatakan : "maaf ibu-ibu dan bapak-bapak, para jamaah sekalian, saya was-was dan nampaknya saya kentut, silahkan ulangi lagi sholatnya..," demikian si imam mengumumkan, dan sejumlah ibu-ibu bergumam sedikit kesal. Tapi ingat bu, bulan puasa melatih kita sabar, dan si kecil ketika mendengar si imam kentut, dia berfikir dan terkekeh sendiri sambil mengayunkan lagi sepeda roda duanya menuju kembali pulang kerumah dan berfikir : “kok imamnya sama denganku, suka kentut dan meneruskan sholatnya, hanya bedanya imam ngomong-ngomong, kalu aku hanya cerita pada kakak dan kawanku si jundi, he he he…" lesung pipit si kecil mencuat kembali. Dan si kecil bersiap untuk mengulang hafalan alqur’an pada hari ini yang akan diujikan ustadnya siang hari nanti, dengan satu syarat, boleh menonton film kartun 10 menit.
Yess! Alhamdulillah, sahur sudah, sholat sudah, muroja’ah atau mengulang hafalan qur’an juga sudah, nonton film kartun juga sudah, main sepeda juga sudah, ahaa satu lagi… tinggal baca buku cerita kakak yang si AI dari jepun, lalu mandi, gosok gigi tanpa menelan odol, lalu berangkat sekolah.
Sikecil berwajah kuyu, ketika jam 5 pagi dan siangnya dihabiskan bersama kawan dan gurunya, berbagai aktivitas dilaluinya dari menulis halus, menggambar dengan crayon yang patah-patah, membuat kreativitas dengan sabar, mendengarkan guru bercerita hikmah ramadhan bagi anak yatim, dan kantukpun tak tertahankan, tiba – tiba : “gedubrak." Ya ALLOH si kecil tertidur lelap dan tanpa dosa” afwan miss, miss gak tahu sich yaa, aku capeknya setengah mati, gumamnya lembut dibalik pipinya yang gembul, dan sang guru yang dipanggil mis hanya tersenyum lirih. “ ibu guru juga sama, lemes kayak kamu, tapi ini jihadnya bu guru tetap megajar dikala ramadhan, ini ibadahnya bu guru agar masuk surga dengan pak guru suami ibu, namun kalau ibu tertidur di depan kelas, maka kelas kita akan dibubarkan oleh mam Fifi." Demikian, si guru menatap haru dan sedikit iri, hmmm enaknya jadi bocah kecil yang terlelap tanpa bersalah dan tanpa beban.
Pukul 2 pun tiba, si kecil terbangun dan tertunduk lesu, siap pulang kerumah, menyadari bibirnya kering dan tenggorokan mulai perih dan waktu merayap, dengan berteriak si kecil hanya bertanya pada pembantu atau abang tukang mainan depan rumah : “bang jam berapa buka puasanya..?"
"sama nak, kayak kemarin," demikian tukang mainan sibuk memelintir balon panjang yang selesai ditiup.
Dan si kecil, melalui jam-jam terpanajng dalam umurnya yang baru 7 tahun, dengan tekun dia membantu ibu masak puding, dan tiba-tiba rasanya sayur sop yang kentangnya terlalu lembek, bahkan sayur bening yang agak pahit, bahkan roti tawar tanpa meises coklat, bahkan sayur selada yang biasanya hambar, nampak menggairahkan bagi si kecil yang sudah sangat kelaparan, dan ketika lapar dan sabar bercampur menjadi satu… “ALLOHU AKBAR ALLOHUUU…AKBARRRR” suara adzan magrib terdengar indah dan si kecilpun tak lesu lagi, dengan senyum dibalik pipinya yang gembul melahap cepat makanan apapun di depan mata, kemudian si kecil siap-siap lagi melalui kesibukan ramadhan dengan tarawehnya yang panjang dan melelahkan, juga tidur pulasnya yang terbangun oleh tepukan lembut untuk bangun sahur.
Nampaknya tak tega pada si kecil, namun dia telah melalui proses yang panjang sebagai muslim yang akan menjadi pemimpin, selalu sabar dan sabar, yang penting jangan sampai si kecil melalui proses belajar berpuasa dengan keadaan kurang gizi dan miskin vitamin. Dan si kecil dalam hati akan merasa bangga. Umur 7, puasaku full… shaumku fulll.