Hanya dia yang tahu apa yang terjadi dalam rumahtangganya, namun cerita yang berkembang di masyarakat membuat semua orang terkadang lebih tahu daripada dirinya, dan kitapun tak tahu siapa yang salah sebenarnya. Namun, blow up media massa membuat sebuah rahasia rumah tangga menjadi berita nasional.
“Bunda…bunda coba lihat sini, cepat bun…ntar keburu habis,”demikian teriak anak putriku, sambil menyeret tanganku untuk melihat berita di televisi : “tuh lihat bun, kasihan deh dia digebukin sama suaminya, tapi enak dia bun, katanya sehari sekarang main film dapat Rp 125 juta rupiah satu episodenya, kok bisa begitu ya bun…?”
“Yaa, wajarlah…bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian” timpal abangnya sambil memegang buku pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas 2 SMP. “Kamu mau gak sis, abang daftarin jadi gadis sampul, terus kawin sama raja minyak, dipukulin lalu pulang jadi bintang film…” candanya pada adiknya.
Sejenak aku tertegun di depan televisi, batinku berkata apa hebatnya kisah ini sampai semua orang tahu mengenai kisah cinta Manohara, dari ibu-ibu pengajian, anak sekolah, putra-putriku, bahkan tukang mie ayam mungkin tahu juga tentang kisah sedih yang menimpa rumah tangga Manohara.
Apa sebetulnya yang diinginkan dari pihak-pihak yang membuat kisah Manohara menjadi berita nasional. Menurut pendapatku, anak-anak menjadi memiliki persepsi tersendiri tentang sebuah rumah tangga yang berujung penganiyaan, juga mudahnya mendapatkan uang asalkan punya kisah sedih yang di blow–up di media massa. Dan yang jelas, satu hal yang kukatakan pada anakku, pilah dan pilih berita yang kalian lihat dan kemudian hindari mendengarkan berita-berita yang berbau gosip, karena gosiip atau gibah atau bergunjing itu sama saja dengan memakan bangkai saudara kita sendiri.
So……” what is the matter with manohara”…gitu lho…?