“Iya, bunda sih, facebook-kan terus, bentar-bentar buka komputer, bentar-bentar facebook-kan, bunda tuh kurang perhatian sama anak-anak”, demikian celoteh Dion (6 tahun) pada ibunya.
Dengan sabar bunda menjawab : “Sabar nak, nanti bunda susul ke sekolah, dipakainya jam berapa Din?"
“Jam 8, bunda. Pagi-pagi begini toko mana ada yang buka?”, Dina menjawab setengah menangis.
“Sudah, sudah, bunda sibuk, jangan marah-marah dengan bunda seperti itu, bunda akan usahakan semua keperluan kamu sebelum jam 8 pagi, ayo semuanya berangkat sekolah, nanti terlambat.”, gusar bunda pada dina dan dion.
Hari itu menjadi hari yang memusingkan buat Bunda Dina karena dengan tergopoh-gopoh, beliau mencari semua yang diperlukan putrinya, memang semua salahnya, karena sibuk bekerja dan memikirkan agenda rapat yang hasrus dilaksanakan pada hari ini, maka dari kemarin sore hingga malam hari, bunda Dina membawa pekerjaan kantornya ke rumah dan alhasil semua pembicaraan anak-anaknya tidak mendapat tempat dalam memorinya. Bunda Dina hanya mengangguk saja ketika anaknya bertanya dan meminta apa-apa, sementara pikiran dan matanya sibuk dengan tuts-tuts handphone di tangannya, membahas semua pekerjaan kantor yang tak ada habisnya.
Dan semua bisa terlambat, bila bunda Dina tidak segera tanggap dan cepat, serta berkeras untuk tinggalkan semua pekerjaan kantor bila sampai di rumah, bila mau mendapatkan anak-anaknya tetap berkomunikasi dengannya, karena bisa saja sang anak akhirnya mencari kawan bicara yang mau mendengarkan semua keluhannya, semua ceritanya dan yang mampu memenuhi semua kebutuhannya untuk bicara, namun karena bunda sibuk dengan pekerjaan kantor yang dibawa pulang kerumah, akhirnya anak-anak berkesimpulan, “bunda sibuk! , dan tak mau bicara denganku. dan aku akan mencari kawan bicara diluar sana” (kalau boleh aku bisikan pada anak-anak itu, satu alinea saja: ‘hati – hati nak, di luar banyak serigala berkulit domba yang akan menerkammu, bila kau salah mencari kawan bicara’).