Hampir semua anak..idol pada ayahnya, semua yang ayah katakan adalah benar, dan semua yang ayah katakan adalah harga mati tak dapat dibantah dan menjadi semacam doktrin tak tertulis dalam benak anak-anak disekeliling hidupku.
Sabtu minggu lepas, ketika dengan bersemangat aku mengajak anakku dan sepupunya pergi makan siang di esteller 77 dan bakso, order makanan telah kami pesan dan rasanya tak seru bila makan dikedai es teller 77, tidak memesan es teller, namun Subhanalloh, jawaban dari anak sepupuku sungguh menyentuh : “kami tak minum apa – apa, bila ada esnya, maka kami tak minum apa – apa, karena kata ayah..kami tak boleh minum es.aaaaaaaaaaaa….
Lain lagi, kisah anakku, jum’at pagi,dipenuhi hiruk pikuk dan gobrak gabrik…pencarian sesuatu dirumah kami dari laci ke laci, dan subhanalloh setelah ketemu dengan sesuatu,maka merekapun menunggu dengan sabar untuk menggunakannya, mereka mengatakan dengan semangat : Hari jumat kata abi:kita harus potong kuku dansubhanalloh..ayahku idolaku..sosok ayah memang diam dan tenang tidak cerewet seperti sosok ibu, yang selalu mengomel dan bicara panjang pendek dengan tujuan menasehati dan kembali bahwa sosok ayah memang diminati, anggun terpelihara dan gagah, dan semua kata – katanya bagaikan dewa, yang harus diikuti, dan ini terjadi pada anak usia akil baligh.
Dan semua anak dengan sukarela mengikuti semua kata ayah dan semua kenangan indah dalam mengikuti kata – kata ayahsebagai “sang idola” akan menjadi kenangan indah dimasa dewasa nanti.
Tapi ayah..menjadi idola itu memang enak, daningat ayah ( kaburomaktan indallohi limatawu..),bila ayah mengatakan hari jumat sunnah untuk potong kuku…?namun mengaapakuku jari ayah panjang sebelah..?