Mendirikan sholat sudah menjadi rutinitas dari seorang Muslim dan Muslimah, karena memang itu salah satu hal yang wajib dari perintah wajib lainnya yang harus ditunaikan. Ditandai Adzan berkumandang, itulah seruan sholat memanggil kita untuk segera menunaikan sholat. Saat waktu sholat tiba, tidak ada yang lebih penting untuk dilakukan selain mendirikan sholat dan bergegaslah mencari air untuk berwudhu lalu segera sholat.
Senang rasanya bila senantiasa bisa sholat tepat pada waktunya, apalagi sholatnya berjamaah di Masjid. Selain akan mendapatkan nilai pahala dua puluh tujuh kali lebih utama dibanding sholat sendirian di rumah, seiring dengan itu ingin membangun prestasi dalam sholat. Bukankah amal sholat yang pertama akan dihisab nanti di akhirat, seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad S. A. W dalam haditsnya, " Yang Pertama diHisab dari Amalan Hamba pada hari Kiamat adalah Sholatnya!!!. Jika Sholatnya baik, ia Beruntung dan Selamat. Akan tetapi jika Sholatnya Kurang, ia Merugi. "
Ini kutipan ayat, kita dianjurkan untuk memakmurkan Masjid "Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman pada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat" Surah At-Taubah ayat 18.
Nabi Muhammad S. A. W juga menganjurkan ummatnya untuk menyegerakan sholat, berikut ini haditsnya "Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa mendengar panggilan adzan namun tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, terkecuali karena udzur (yang dibenarkan dalam agama)’. " (HR Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya, hadits shahih).
Saya ingin bercerita beberapa waktu yang lalu, saat itu saya hendak keluar pintu Masjid dan di depan saya sekitar jarak 1 meter ada seorang laki-laki yang usianya lebih tua beberapa tahun dari saya. Laki-laki itu sama seperti saya, sama-sama akan keluar Masjid, karena saat itu kami dan yang lainnya sholat Isya berjamaah di Masjid Al-Ikhlas yang jaraknya -+ 500 Meter dari rumah saya.
Saya lihat si mas itu jalan tersendat-sendat, terlihat dari wajahnya agak meringis menahan rasa sakit, kaki kirinya cidera. Lalu saya menghampirinya dan bertanya "kakinya kenapa Mas? Dia menjawab "jatuh dari motor… " sambil dia mengangkat sarungnya sebatas dengkul, dia memperlihatkan pada saya betis kakinya yang luka dan memar, kemudian dia melanjutkan ceritanya "memar di depan ini sih ngga papa, tapi yang di belakang betis ini tadinya saya khawatir uratnya ada yang ketarik." "lalu gimana mas uratnya" tanya saya, dia bilang "udah dirongsen, Alhamdulillah uratnya ngga apa-apa."
Dengan perlahan sambil menuruni anak tangga Masjid, saya melanjutkan pertanyaan. "memang kejadiannya gimana mas?", dia bercerita "6 hari yang lalu pagi-pagi ketika saya sedang dalam perjalanan berangkat kerja, ada mobil menabrak motor saya hingga motor saya ringsek rusak parah.padahal posisi saya benar! Saya jatuh dan tergeletak di jalan dalam keadaan agak pusing lemas", dengan rasa ingin tau, saya bertanya lagi "lalu supir mobil itu bertanggung jawab tidak mas?" si mas itu bilang "dia tidak bertanggung jawab, dia hanya lihat keadaan saya sebentar, lalu pergi… Ketika itu saya panas juga, tapi gimana… Saya lemas."
Kemudian dia berkata "padahal kalau saya pikir-pikir lagi kejadian itu, saya bisa ngga selamat lho, motor saya aja ringsek begitu… Apalagi kalau saya ngga pake helm!" sambil dia mengerutkan dahinya. Saat itu terbesik decak kagum di hati saya tidak hanya tercengang mendengar ungkapan tadi, dia bisa selamat dari kecelakaan itu, tapi itu lho dengan keadaan kaki yang tertatih sakit seperti itu, dia masih berusaha untuk sholat berjamaah ke Masjid meskipun kondisi Masjid itu bertingkat satu, dia harus menapaki tangga Masjid 2 tahap, SubhanAllah.
Saya seling sedikit ceritanya, saya jadi ingat cerita ini, "Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, ia berkata, "Telah datang kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam seorang lelaki buta, kemudian ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak punya orang yang bisa menuntunku ke masjid, lalu dia mohon kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam agar diberi keringanan dan cukup shalat di rumahnya. ‘ Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memberikan keringanan kepadanya. Ketika dia berpaling untuk pulang, beliau memanggilnya, seraya berkata, "Apakah engkau mendengar suara adzan (panggilan) shalat?’, ia menjawab, "Ya. ‘ Beliau bersabda, "Maka hendaklah kau penuhi (panggilah itu)’. " (HR Muslim).
Kembali ke awal cerita, saat si mas itu menamatkan ceritanya dan mengakhiri langkahnya pada anak tangga yang terakhir, kejadian baru pun menyusul. Sambil melihat ke kiri dan ke kanan, si mas itu berkata "sendal saya yang hijau mana ya…kayanya hilang nih?! Lalu dia menjawab sendiri "iya benar hilang!" tanpa mengeluh dia tersenyum segera pulang dan saya pun menyapanya lagi tapi tidak dengan pertanyaan seperti sebelumnya, saat itu saya mendo’akannya sambil menepuk pundaknya "yang ikhlas ya mas dan sabar, semoga Alloh menggantikan motor Anda" si mas itu tersenyum.
Dari cerita di atas, mudah-mudahan kita termotivasi untuk senantiasa berusaha menyegerakan sholat ketika Azdan berkumandang, bagusnya lagi sholatnya berjamaah di Masjid, apalagi kondisi badan yang dalam keadaan sehat, dan tidak buta lagi…! Sungguh sebuah prestasi yang dilakukan si mas itu, dengan keadaan kaki cidera masih berusaha melangkahkan kaki untuk sholat berjamaah di Masjid dan satu lagi, saya melihat dia menerima ujian dengan lapang dada. SubhanAllah…
Oh… Ya cerita masih berlanjut, masih ada hubungannya dengan cerita di atas. Setelah tadi mendo’akan si mas itu, saya pun segera pulang dan ingin menyampaikan cerita itu pada isteri, tapi sesampai di rumah… Saya lihat dia sedang menyeselesaikan sholat Isyanya. Ya sudah saya cerita saja pada jagoan kecilku yang sedang berbaring nonton TV, karena dia termasuk anak yang senang mendengar cerita.
Saya ceritakan kecelakaan yang menimpa si mas itu tadi, tentunya gaya bercerita saya sesuaikan dengan umurnya yang hampir mendekati 6 tahun tanggal 9 Agustus 2007 nanti Insya Allah, beberapaminggu yang lalu dia baru menyelesaikan studinya di TK, acara lulus-lulusannya bak mahasiswa di perguruan tinggi saja dengan memakai Toga, sebuah pemandangan yang lucu.
Saat saya bercerita, dengan serius dia mendengarkannya. Sampai pada akhir cerita, saya mendo’akan si mas itu seperti yang saya tuliskan di atas "yang ikhlas ya mas dan sabar, semoga Alloh menggantikan motor Anda", tiba-tiba dengan lantang anakku berkata "koq ayah ngga ndo’ain sendalnya yang hilang…?! Saya bergumam dalam hati sambil menahan geli lucu "Jeli juga dia." Lalu saya merespon pertanyaannya dengan gaya expresi seolah serius "iya ya, ayah lupa…!." pikirku "ngga nyangka ternyata anakku serius menyimak cerita itu."