Setiap denger lagunya Ada Band yg ini, saya selalu merasa mellow.
Inget ayah saya di rumah. Idola saya, Superhero saya.
Bukannya saya ga cinta sama mama. Sama sekali tidak. Saya mencintai mama lebih dari saya mencintai ayah. Tp kali ini ijinkan saya mengagumi ayah saya. Superhero saya.
Saya ingat setiap sore ketika mama memasak di dapur, di rumah saya yang dulu ayah selalu menyiram halaman menggunakan selang air, dan saya akan berlari kesana kemari minta disiram. Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, ayah pasti membantu mama. Entah itu untuk memandikan saya atau bahkan membuat segelas susu hangat. Ayah tidak seperti ayah ayah di tivi yang duduk dan membaca koran ketika ibu bergulat di dapur sendirian. Sebagai sebuah keluarga kecil yang memulai segalanya dari nol saya bisa melihat ayah saya mencuci baju atau menyapu lantai. Saya tidak tahu apa itu kesetaraan gender tapi ayah saya sudah menerapkannya.
Beliau orang tersabar yang pernah ada. Tak pernah sekalipun beliau memukul saya. Jangankan memukul, jika ayah sampai marah saja rasanya sakit sekali hati ini.Pernah suatu minggu, mungkin ketika saya kelas 3 atau 4, saya lupa tepatnya kapan. Pagi itu seperti biasa ayah membuatkan susu, biasanya saya minum susu coklat, namun kali ini sepertinya campuran coklat untuk susu putih saya habis, karena tak ingin saya melewatkan segelas susu ayah tetap membuatkan n meletakkannya di meja belajar. Saya yang melihat warnanya saja sudah mual tentu enggan menyentuhnya. Sampai 3 kali seruan ayah untuk minum susu saya diamkan. Saya hanya duduk di meja belajar, berpura pura belajar. Sampai ayah mengampiri saya dan berkata tegas.
, “Minum susunya.” Saya tetap diam tak bergeming, hanya menutup mulut dengan kedua tangan dan menggeleng gelengkan kepala. Disodorkan segelas susu yang sudah hampir dingin ke depan mulut saya. Saya tetap tidak mau, sampai ayah kehabisan kesabaran, tiba tiba ada cairan menetes dari rambut saya. Ayah menyiramkan susu itu ke kepala saya. Seketika itu tangis saya pecah, dengan tersedu sedu saya menangis, dan mama datang tergopoh gopoh. Sambil geleng geleng kepala melihat tindakan ayah, mama membawa saya ke KM. Duh, sakit sekali hati ini.
Setelah mandi, sambil sesenggukan saya tertidur.Beberapa hari saya tidak mau menyapa ayah saya. Padahal sore setelah itu ayah sudah merayu rayu saya. Bertahun tahun kemudian, saya baru tahu, ayah benar benar sebal dengan tindakan saya waktu itu. Mengingat saat itu tubuh saya kecil dan susah makan. Memang saya sangat pemilih makanan waktu itu, segelas susu merupakan suplai nutrisi terbaik. Dan pagi pagi ayah sudah membuatkan dengan sungguh sungguh. Tanpa alasan yang jelas saya tidak mau meminumnya. Sekarang, itu jadi bahan candaan kami, kalau saya bertindak kelewatan, beliau pasti menegur dengan bilang , ‘Mau disiram susu lagi?”
Setiap pulang dari kantor, ayah pasti membawa sekotak kue kering atau sebatang coklat. Lalu mengantarkan saya mengaji dengan motor tuanya. Sambil berkeliling komplek. Ketika malam tiba, kami akan duduk di ruang tamu, menebarkan lego, dan membuat berbagai macam permainan. Satelah bosan, kami akan main kuda kudaan hingga aku lelah dan tertidur. Jika tidak, ayah pasti akan mendongeng sejuta cerita rakyat. Tentang Bawang Merah dan Bawang Putih sampai Timun Mas. Ketika Lego sudah berganti jadi TV, ayah pasti dengan setia akan memindahkanku yang ketiduran di depan TV kedalam kamar.
Semakin aku beranjak besar, hubungan kita tidak pernah merenggang, tapi sudah di level yang berbeda apalagi ketika saya dan mama sudah menemukan kesamaan hobi, berbelanja. Hehe. Dunia wanita yang memang tidak bakal pernah bisa dimengerti laki laki. Mungkin di matanya saya tetap gadis kecil yang ngambek ketika keinginannya tidak di turuti, yang mencakar cakar punggungnya ketika dimandikan pagi dengan air dingin. Yang manjanya minta ampun. Kini ketika sudah hampir 20 tahun. Beliau tetap jadi ‘Yang Terbaik BagiKu’ . Saya punya d best supporter ketika saya ujian, d best mentor ketika saya akan memilih kuliah, n ttp d best friend untuk bercerita semuanya.
Tahun kemaren, aku tahu ada yang tidak beres ketika suatu hari budhe saya tlp di suatu hari menanyakan keadaan ku. Tapi ayah selalu menenangkanku dan tidak tampak ada yang berbeda. Samapai ketika waktunya aku pulang ke rumah setelah beberapa bulan tak pulang. Biasanya sampai di gang depan aku akan minta di jemput ayah dengan motornya. Tapi kali ini ayah bilang. ‘Ayah sudah ke kantor’ Sambil meneneteng tas besar saya berjalan kerumah. Betapa kagetnya saya ketika saya melihat ayah dengan kakinya diperban, dan kruk di kiri kanannya duduk di sofa dengan tersenyum canggung.
Beliau jatuh di tempat kerja, dan tidak mau meberi tahu keadaannya, karena saya sedang UAS, ohh,,, rasanya air mata ini sudah mau tumpah, tapi saya hanya diam, tersenyum dan mendekat ke arahnya, duduk di bawah kakinya dan mengusap lembut perbannya
“Ayah jahat banget sih g cerita sama aku,” hanya itu yang terucap.
Sungguh ketika itu saya sudah ngeri sekali. Mengingat ingat kejadiannya, sepertinya firasat saya benar, ketika budhe itu, saya memang benar benar merasa ada yang tak beres. Tapi semua toh sudah terjadi. Berat sekali ketika saya harus kembali lagi ke Jakarta, setelah liburan usai. Sekarang, Alhamdulliah beliau sudah sehat.
Saya tahu saya tidak akan pernah bisa membalas semua semua yang beliau berikan kepada saya. Tapi rasanya ingin sekali hati ini melihat sesutu yang benar benar nyata dan bisa di berikan kepada beliau. Tapi saya tidak pernah bisa menemukan sesutu yang tepat untuk sedikit mengapresiasi betapa saya menyayangi, mengaggumi, beliau.
Tapi semoga di luar sana ada ayah ayah lain yang seperti Beliau. Gambaran ayah di tv itu bukan ayah yang sebenarnya. Yang kerja dari pagi sampai malam dan hanya tampak menyapa keluarga ketika makan malam. Yang sudah menjadi ayah, akan menjadi ayah, ingin menjadi ayah atau yang sedang menjadi ayah. Semoga menjadi ayah yang terbaik bagi putrinya, Selalu dan Selamanya. Karna inilah yang sungguh saya banggakan ketika saya berada dimana mana. Seorang Ayah Terbaik. Lebih dari materi atau kekuasaan.
Yang Terbaik Bagimu (by AdaBand)
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas serta harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan samapai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Andaikan detik ini kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati