Adapun penduduk Yahudi Madinah menyebutnya dengan ‘Uzair, karena penyebutan seperti itu lebih menunjukkan kecintaan mereka dalam penyebutan namanya atau penyebutan tersebut hanya penyerupaan dalam bahasa Arab.
Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma mengatakan, “Saya tidak tahu apakah dia adalah seorang nabi atau bukan.”
Keistimewaan yang dimiliki Uzair tidak mungkin hanya dimiliki oleh seorang saleh biasa. Dan terdapat kabar yang masyhur dari Nabi SAW menyebutkan bahwa Bani Israil dipimpin oleh seorang Nabi di setiap zamannya. Ketika meninggal seorang Nabi, maka akan digantikan dengan Nabi yang lain.
إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ تَسُوسُهُمْ أَنْبِيَاؤُهُمْ ، كُلَّمَا ذَهَبَ نَبِيٌّ خَلَفَ نَبِيٌّ
Sesungguhnya Bani Israil dulu dipimpin oleh para Nabi. Jika satu nabi meninggal, maka digantikan dengan nabi yang lain.[HR Abu Ya’lâ dalam Musnad-nya no. 6211 dan Ath-Thahâwi dalam Syarh Musykilil-Âtsâr no. 136. Syaikh Husain Salim Asad]
Uzair hapal seluruh isi Taurat, padahal pada saat itu tidak ada seorang pun yang menghapalnya. Ia mengajarkannya kepada Bani Israil dan membimbing mereka dengan Taurat.
Uzair hidup diperkirakan sekitar tahun 451 SM. Pada saat itu, Kursy (كورش) Raja Persia yang berada di Babil membebaskan para tawanan dari Bani Israil. Di antara tawanan tersebut adalah ‘Uzair. Beliau diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Haikal (rumah ibadah orang Yahudi).