Al A’raf : 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Bismillaah, adakah yang tidak tahu seperti apakah burung beo itu? saya kira semuanya hampir pernah tahu dan bahkan melihat wujud dari burung beo. Namun, alangkah lebih baiknya jikalau saya coba memberikan pengulangan agar kita memiliki kesamaan persepsi. Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III, kata "beo" dijelaskan sebagai berikut :
beo /béo/ n burung berbulu hitam berkilau yg dapat dilatih menirukan bunyi (kata-kata, nyanyian, dsb); Graculla religiosa;
mem·beo v berbuat seperti burung beo dengan meniru saja perkataan (ucapan) orang lain (tanpa memahami maksudnya);
pem·beo n orang yang suka membeo atau mengikuti (menirukan) perkataan orang lain
Bagaimana? Sekarang kita, Insya Allaah telah memiliki pengetahuan yang sama tentang burung beo. Lantas apa yang sebenarnya ingin dibahas berkaitan dengan ayat di muka tulisan ini?
Sahabat pembaca sekalian, banyak kini kita lihat bahwa umat lebih mirip dan bersikap layaknya burung beo. Mereka banyak menghafal, baik ayat-ayat Al-Qur’an, Hadist, dan berbagai fatwa para ulama. Apakah itu salah? Tentu saja tidak salah, malah banyak pula sunnah yang menganjurkan kita sebagai umat Muhammad untuk menghafal, khususnya menghafal Al-Qur’an. Hanya saja, apakah menghafal itu lebih utama dibandingkan dengan memahami? Haruskah menghafal dulu barulah kita memahami?
Kalau saya bicara hafalan, saya jadi ingat masa sekolah dulu, waktu itu kebanyakan dari kami berusaha menghafal materi pelajaran, sebab dengan begitu biasanya pas ujian bisa ingat. Dan, terus terang hanya hafal demi mencapai kepuasaan nilai bagus, ngerti mah kagak, istilahnya. Apakah kita mau seperti itu? Bukankah kita ini makhluk yang berakal? Janganlah kita ibarat burung beo yang begitu fasih dalam meniru dan mudah dalam menghafal, namun begitu, ia sendiri tidak paham apa sebenarnya yang tengah ia ucapkan. Apakah itu yang dimaksud dengan ulul albab?
Sebenarnya, saya ingin mengajak kita semua untuk jangan takut ketinggalan dalam hal menghafal apa saja yang ada dalam agama kita ini; Islam yang kita cintai sampai mati. Sebab, agama ini mudah, tidak sulit, dan sempurna, semua bisa menghafalnya, namun belum tentu bisa memahaminya. Maka, mulailah belajar memahami, sebagaimana muallaf yang mana mereka itu belajar perlahan sambil memahami agar hati mereka benar-benar paham dan teguh. Begitulah kita dalam belajar agama ini, dan alangkah indahnya jika generasi muda Islam sejak di PAUD misalnya, diberikan tidak hanya "menghafal" tapi juga diupayakan agar mereka paham, setelah paham langsung dilaksanakan. Bagi yang tidak paham namun hafal, terlihat jelas kok, biasanya hanya membeo tapi tidak mengamalkannya! Jadi, belajarlah dengan usaha agar kita paham, yang dengan kepahaman tersebut kita amalkan, dan dalam proses pengamalan itu secara tidak langsung kita sedang menghafalnya kok.
Janganlah kita yang memiliki akal ini, sebagaimana bahasa Al-Qur’an, bagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Sebab kita lalai dalam memahami dan mengamalkan apa yang kita pahami! Semoga Allah menjauhkan kita dari hal demikian-amiin.
saudaraku seaqidah, kita harus benar-benar menggunakan anugerah yang hanya diberikan kepada kita saja, tidak terdapat pada flora dan fauna, atau jin dan malaikat. Hanya kita yang diberikan kelebihan tersebut. Dan dalam hal ini, Ia Maha Berkehendak, tapi kita pun diberikan keleluasaan untuk berkehendak. Sebagaimana sering kita dengar, hidup adalah pilihan. Kalau boleh saya tambahkan, hidup adalah pilihan yang Allah telah memberikan berbagai pilihan dengan kejelasan "untung-rugi"-nya. Akan tetapi, di sini, sebagaimana kita ketahui dalam sebuah hadits, bahwa agama ini adalah nasihat, dan hanya mereka yang saling menasehati sajalah yang beruntung [baca : QS. Al Ashr], maka sudah kewajiban saya untuk menasehati kepada diri saya sendiri dan pembaca sekalian, agar berhati-hati dalam melangkah, takutlah wahai jiwa yang hanya "membeo" alias tidak mau memahami akan dikuncinya hati kalian, sebagaimana Allah berfirman :
Al Hajj : 46
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Ar Ruum : 59
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami.
Janganlah tergesa-gesa agar kita bisa menguasai segala tentang ilmu agama ini. Tapi perlahan, dengan upaya mempelajari, memikirkan, dan memahami sampai benar-benar paham, lantai mengamalkannya. Sebab bagaimana pun, kita harus beramal dengan ilmu (dalil) yang benar. Maka, belajarlah untuk paham bukan untuk sekadar hafal!
Hanya orang berakal yang bisa memahami dan mengambil pelajaran dari apa yang ia pahami [baca : QS. 3 :7], Maka sudah semestinya, kita menggunakan akal kita. Namun, ketika kita menemui sesuatu yang kurang masuk akal dalam Al-Qur’an, atau yang biasanya kerap ditemui hal yang kurang masuk akal ialah dalam hadits, maka itu bukan karena tidak masuk akal, tapi kitanyalah yang kurang akal jadinya seakan tidak masuk akal! Agama ini untuk seluruh manusia dan mudah sekali dipahami jika saya mereka mau menggunakan hati dan akalnya secara seimbang, dan mengharapkan keridhaan Allah dan menjauhi motif selain dari-Nya.
Demikianlah, maka pilihanya hanya dua, jadi muslim yang hanya memboe atau muslim yang sejati? yang tidak membeo! Kalau pesan saya, kepada diri sendiri dan semuanya, jangan hanya membeo!
Wa Allaahu A’lam, semoga Allaah memberikan kemudahan kepada kita untuk mengerti akan agama-Nya ini….
An Nisaa : 43
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…
Bogor, 19 Maret 2011
http://degoblog.wordpress.com/
email : [email protected]