Usia yang Berkurang

Pagi itu, aku yang sedari malam berada di rumah kawan, setelah melaksanakan rutinitas pagi, shalat dan baca quran, aku duduk santai depan komputer. Dengan segelas teh dan roti, tidak jauh beda seperti yang aku rasakan di pagi-pagi yang lain. Hanya saja, biasa di rumah sendiri, ini di tempat orang.

Kebetulan komputer kawanku tersambung jaringan internet. Kuhampiri segera, dan langsung masuk ke YM (yahoo messenger) . Kulihat list kawan-kawan yang online. Lumayan banyak, mungkin karena baru selesai ujian. Jadi agak sedikit santai ber“OL” ria alias chatting. Pikirku memang di saat-saat kosong, tidak disibukkan dengan banyak tuntan, asyiknya duduk di depan komputer, buka internet dan chating. Ngobrol ke sana kemari, walau terkadang tidak ada topik, tapi enjoy juga. Mungkin sesuai dengan psikologi orang muda yang suka mengekspresikan diri. Jadi, dunia maya seperti chatting ini, salah satu sarana untuk lebih bebas berekspresi.

Seperti biasa kalau sudah login YM, aku memerikasa kotak masuk email ku. Tebakku, pasti banyak mail yang masuk. Soalnya semasa ujian selama sebulan penuh aku jarang buka internet. Dan benar, lebih dari lima puluhan email masuk. Ya walaupun kebanyakan mailist dan email-email yang nggak terlalu penting.

Sedikit agak bertanya-tanya, di antara sederetan surat masuk itu terlihat pengirimnya dari Facebook. Paling juga orang-orang yang minta add. Soalnya, aku tergolong orang yang paling jarang mendapat komentar-komentar di halama facebookku. Karena memang, aku tidak begitu suka balas-balasan komen.

Tapi, kali itu beda. Lebih dari lima orang ngasi komentar di facebookku. Aneh kupikir, ada apa gerangan yang membuat mereka ringan tangan memberi komentar. Padahal juga aku tidak pernah memberi komentar di facebook mereka. Tapi satu yang ku tahu, saat kulihat tanggal hari itu, bertepatan dengan hari kelahiranku. Aneka ucapan selamat ulang tahun pun menghiasi halaman depan facebook ku.

Ada yang ngucapin sanah helwah, ada yang happy birthday, ada juga dengan ucapan selamat ulang tahun. Sebuah penghargaan yang lumayan berarti bagiku. Walau ucapan-ucapan itu datang dari sebagian orang-orang yang tak ku kenal dan tak pernah berpapasan. Bahkan yang paling berharga menurutku, harapan dan doa-doa yang mereka berikan teriring ucapan selamat tadi, sehingga mengingatkan perjalnan hidupku sudah berapa jauh langkah yang ayuhkan. Sampai-sampai menjadi sebuah konsekwensi dari rute hidup yang kulalui, pergantian hari yang menemani, membuat jatah hidupku berkurang.

Satu komentar seperti itulah yang membuat aku kembali melihat ke belakang sejenak. Tatakala seorang kawan menulis komentar berupa ucapan selamat dan nasihat meski usia bertambah namun hakikatnya berkurang, juga doanya semoga aku yang sekarang bisa menjadi lebih bijak dari pada aku yang dulu-dulu.

Kalau ditanya soal perdebatan ulang tahun, aku lebih memilih posisi ditengah dalam hal ini. Memang benar ada yang bilang, ulang tahun itu tradisi luar, apalagi sampai-sampai merayakan, sangat tidak pantas sekali sebagai muslim meniru adat dan tradisi orang luar. Karena memang sedari dulu, islam tidak pernah ingin sama dengan orang luar. Misalnya, sewaktu para sahabat nabi dulu kebingungan bagaimana caranya memanggil orang untuk shalat berjamaah. Ada yang ngusulkan terompet, kemudian ditolak karena alasan ngikuti orang Yahudi. Ada yang ngusulkan lonceng, kemudian ditolak karena alasan ngikuti orang Nasrani. Barulah terakhir salah seorang sahabat mengusulkan untuk mengumandankan azan. Belum lagi yang beralasan, menyetir hadis bahwa segolongan yang mengikuti golongan lain, maka mereka termasuk satu golongan. Dan orang-orang yang mencintai satu kelompok, kelak akan dikumpulkan dihari kiamat bersama kelompok orang yang dicintai.

Namun, hal yang paling penting dalam hal ini, bagaimana kita mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam kehidupan. Bukan ucapan selamat itu yang diharapkan, karena kalau direnung lebih dalam apa yang harus diucapin selamat, toh umur juga jadi berkurang. Namun yang paling berarti, saat orang-orang sekitar kita mengiringi doa dan nasehat di hari itu.

Hasibu qabla an tuhasabu, hitunglah diri kamu sebelum kamu dihitung. Setidaknya pernyataan ini yang mendasari bahwa muhasabah itu perlu kapan saja. merenung sejenak memikirkan apa yang sudah dikerjakan apa yang belum. Tafakkur, betapa banyak nikmat Allah yang diberikan, apakah sudah seimbang rasa syukur kita terhadap nikmat yang ada. Dan menghitung diri, apakah sepanjang nafas berhembus ini lebih banyak kebajikan yang dikerjakan atau sebaliknya.

Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun. Intinya, setiap saat kita harus selalu interopeksi diri. Wal tanzur nafsun ma qaddamat li ghad. Begitulah firman Allah, menyuruh kita agar melihat apa yang telah berlalu agar bisa dijadikan pelajaran di masa akan datang.

Alangkah berartinya sebuah nasehat. Itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Satu kewajiban yang begitu pentingnya sampai-sampai dalam FirmanNya Allah swt menggandengkan peringatan itu dalam satu surat yang disebut al Ashr yang berarti waktu atau masa. Karena banyak orang yang terlalai dengan masa yang ada. Dalam surat tersebut Allah mengecualikan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka tidak akan merugi disebabkan oleh waktu. Karena mereka senantiasa menasehati dalam jalan kebaikan dan dalam kesabaran.

Berntunglah orang-orang yang mendapat nasehat dari saudaranya sehingga menjadikan dirinya lebih baik dari pada hari yang kemarin. Dan merugilah orang yang tidak mendapat nasehat, karena dirinya bakal menjadi lebih buruk dari pada hari yang kemarin. Sekurang-kurangnya, nasehat itu ada setahun sekali saat usia kita bertambah. Mudah-mudahan dengan muhasabah akan membuat hidup lebih berkah.

[email protected]