Sumiati…Oh Sumiati…

Perempuan ini sebagaimana saudari-saudari saya yang lain penjemput rizki Allah di seberang lautan. Tanpa saudara tanpa wali. Berangkat dengan selangit harapan dan sebersit keyakinan. Rizki halal dan kesempatan beribadah. Dunia dan akhirat dalam genggaman meskipun nantinya di negeri Rasul itu ia bekerja menjadi pembantu rumah tangga.

Hari ini saya menatap wajahnya di koran maya. Tak sanggup dua biji mata saya melihat wajahnya. Tak sanggup…..

Yang sanggup saya lakukan hanya menangis. Menangisi diri kenapa masih banyak saudari-saudari saya yang hidup dalam mimpi. Menganggap bahwa bekerja di luar negeri adalah jalan pintas untuk dapat memiliki harta dan terbebas dari kemiskinan.

Di Malaysia, negeri yang saya tinggali lebih dari tiga tahun ini saya sudah menjumpai teramat banyak kasus-kasus sadis dan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh TKW kita. Saudari-saudari kita yang mengalami siksaan secara fisik dan psikis kebanyakan dipekerjakan oleh mereka yang non muslim. Bisa jadi, majikan kesal karena pembantu tidak mau masak babi atau hal lain yang dalam kepercayaan Islam dilarang. Oleh saudara-saudara muslim Melayu diusahakan dibuat aturan atau perundang-undangan agar pembantu rumah tangga yang beragama Islam bekerja kepada majikan yang muslim juga. Hal ini dilakukan agar kasus-kasus penyiksaan terhadap TKW bisa ditekan.

Nah, untuk kasus Sumiati ini apa yang salah?Dia bekerja dengan majikan yang beragama Islam. Bahkan tak tanggung-tanggung, di negeri Rasul: Madinah AlMunawwarah. Negeri yang menjadi cita-cita setiap muslim untuk dikunjungi setelah ka’bah di Mekah. Disanalah terbaring jasad kekasih kita, Rasulullah Muhammad SAW. Di sana pula terpampang jelas saksi hidup kegemilangan Islam. Tapi yang dialami Sumiati sungguh sangat menyayat hati. Tubuhnya menjadi bulan-bulanan kekejian keluarga majikannya: dipukul, ditendang, disetrika dan mulutnya digunting!

Mungkin paradigma berfikir penduduk di sana yang salah. Di Malaysia dan Saudi Arabia, pembantu rumah tangga biasa disebut amah. Bagi Malaysia, kata serapan amah diartikan sama persis dengan asal katanya. Seperti mereka menyebut kelinci dengan arnab yang dalam bahasa Arab artinya, ya itu tadi, kelinci. Nah, tahukah Anda, apakah artinya amah? Amah adalah bekas budak yang dimerdekakan. So, jika mereka menganggap pembantunya adalah bekas budak maka wajarlah kalau kemudian mereka berbuat sesuka hatinya kepada saudari-saudari kita itu. Apalagi mendatangkan para pembantu itu mereka membayar mahal kepada agen penyedia jasa para TKW. Jadi seolah-olah mereka membeli para ‘bekas budak’ itu dengan sah berdasarkan undang-undang!

Dalam hati kecil saya, saya menggugat lirih. Bukan hanya si majikan yang perlu dibetulkan cara berpikirnya. Sumiati takkan pergi meninggalkan kampung kelahirannya menuju negeri dengan majikan berhati keji jika ia punya bapak yang soleh. Atau suami yang soleh. Atau setidaknya saudara lelaki yang soleh. Karena jika para lelaki ini faham kewajibannya kepada perempuan yang menjadi anak, istri atau saudara mereka, takkan mereka melepaskan Sumiati-Sumiati ini pergi.

Wahai raujlun shaliih, adalah kewajibanmu menafkahi para istri kalian dan bukannya malah menyuruh mereka pergi mengais ringgit dan riyal dengan alasan wanita lebih mudah menjadi TKW. Adalah tanggung jawab kalian, para lelaki, untuk mendidik istri-istri kalian menjadi wanita yang qonaah. Jika para ayah, suami dan saudara lelaki telah melaksanakan kewajiban mereka dengan sungguh-sungguh, barulah kita boleh berujar,”STOP PENGIRIMAN TKW KE LUAR NEGERI!”

Dalam gemuruh semangat Ibrahim: Jangan sembelih anakmu!

Taman Sri Pulai, 17 Nov 2010