Seorang ibu tua keluar dari sebuah kantor bank. Tas kecil tertenteng di tangannya. Ia bermaksud menyeberang jalan persis di depan gedung itu. Tiba-tiba sebuah angkutan kota meluncur cepat dari arah kiri yang tidak diketahui si nenek. Secepat itu juga, si nenek terkapar. Orang-orang berhamburan menolong.
Ada yang mengangkat tubuhnya. Ada yang menawari becak untuk membawanya ke rumah sakit. Ada yang mencari dari mana asal orang itu. Mereka beramai-ramai ber- belasungkawa kepada nenek yang sedang bernasib kurang beruntung itu, dengan tindakan dan bahasanya sendiri-sendiri.
Namun…namun…sayang sekali ada beberapa orang yang dengan semangatnya juga menyelamatkan tas kecil itu. Lantas begitu petugas mengecek barang-barang berharga milik si nenek, tas kecil yang dibawanya entah raib ke mana.
Seorang tukang becak, dengan enteng berkomentar, ketika saya mencoba menanyakan raibnya barang-barang berharga milik si nenek. “Wah, jangan heran, Mas. Hal macam itu sudah biasa. Apalagi di jalan seperti ini. Sebab walaupun kita kelihatan menolong, belum tentu kita punya niat sama.”
Tanpa bertanya lebih lanjut, saya paham dengan omongan abang becak itu. Bahwa di tengah kesengsaraan masih saja ada orang atau pihak-pihak tertentu yang mencoba untuk “menyelam sambil minum air”.
Mungkin ada benarnya jika kita mendengar kalimat bijak yang berbunyi: “Kesempatan itu datangnya mendadak dan tidak sering, siapa orangnya yang bisa memanfaatkan kesempatan itu, maka ia akan menjadi orang yang berhasil.”
Permasalahannya adalah tinggal bagaimana kita akan menempatkan kalimat bijak yang mengandung motivasi itu. Apakah mau dipraktekan dalam hal kebaikan atau kejahatan. Di sinilah keimanan kita akan diuji. Di sinilah nurani kita diasah.
Idealnya, seorang muslim itu tak kan pernah melakukan hal seperti itu. Sebab di mana saja dan kapan saja, kita tetap ada dalam pengawasan-Nya. Allah tidak akan pernah mengantuk walaupun hanya setengah detik. Apalagi tidur dan melupakan segala tindakan para makhluk-Nya.
Tapi, ‘perangkat’ kita untuk melawan sang iblis ‘laknatullah’, selalu tak seimbang. Sehingga tidak jarang kita terkapar oleh godaan-godaan yang menggiurkan.
****
Baturraden, 06 <[email protected]>