Today Is A Gift

“Yesterday is a history, tomorrow is a mystery, and today is a gift” (Master Oogway, Kungfu Panda)

Jika Anda sudah menonton film Kungfu Panda, pasti pernah mendengar kalimat di atas. Guru Oogway –seekor kura-kura tua- dalam satu kesempatan di tepi bukit mengucapkan kalimat penuh makna itu kepada Po, Panda gemuk nan lucu yang baru saja dinobatkan sebagai pejuang naga (dragon warriors).

Meski sempat dibuat terpingkal-pingkal selama menonton film ini, tetapi saya tidak ingin bercerita lebih jauh tentang film Kungfu Panda meski banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik. Karena saya lebih tertarik membahas kalimat bijak di atas yang sebenarnya mengandung makna terdalam dari kehidupan ini.

Kita diajarkan untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah tidur. Doa sebelum tidur yang menyaratkan kepasrahan diri kepada Yang Maha Menguasai Kehidupan, kepada satu-satunya yang memiliki hak mematikan serta menghidupkan setiap insan. Hingga detik sebelum mata terpejam, tak satu pun yang mampu menguak rahasia Allah, apakah esok hari kita masih hidup atau berlanjut ke kehidupan berikutnya. Maka kemudian, di pagi hari Allah berkendak mengembalikan ruh kepada jasad yang tertidur, atau berkehendak pula menahan ruh dan membiarkan jasad itu tertidur selamanya.

Bagi yang diberi kesempatan untuk bangun di pagi hari, maka doa pun kembali terucap dengan melontarkan segenap pujian kepada Yang Menghidupkan dari kematian sementara selama tertidur. Sepenuhnya kita sadar, bukan kita yang membangunkan diri sendiri. Bukan karena alarm yang kita setting sesuai waktu yang diinginkan, tapi benar-benar karena Allah berkehendak memberi kesempatan kepada hamba-Nya.

Hari ini adalah anugerah terbesar dalam kehidupan setiap manusia. Karena ia takkan pernah tahu apakah masih punya kesempatan di hari esok. Hal yang patut dilakukannya pada hari ini adalah bersyukur dan kemudian mengisi hari itu dengan segunung kebajikan, berupaya sekuat hati mengurangi timbangan keburukan.

Belajar dari hari-hari yang sudah berlalu, tidak mengulangi kesalahan dan kekeliruan di masa lalu, kemudian melakukan yang lebih baik di hari ini seolah hari terakhir dalam hidup. Sebab kita memang benar-benar tidak akan pernah tahu apa yang bakal terjadi sesudah hari ini.

***

Semestinya belum berani kita memejamkan mata sebelum tahu persis timbangan kebaikan di hari ini melebihi keburukan yang dilakukan. Takutlah bila tak membawa cukup bekal saat menghadap Sang Penguasa hari pembalasan.

Sayangnya, begitu ringan seolah tanpa beban diri ini memejamkan mata. Seakan yakin esok masih bisa menatap mentari pagi. Ya Allah, ajari lidah ini untuk tak pernah lupa memuji-Mu dan mensyukuri hari disaat hamba masih bisa memohon ampunan-Mu. –Gaw, 2008-