Banyak kaum muslimin yang sulit untuk menerima kenyataan dimana orang-orang non muslim hidup dalam gemerlap harta benda dan bernasib lebih baik dalam soal kehidupan duniawi, sekalipun mereka kafir atau musyrik. Realita ini tidak hanya pada level individu, tapi juga pada level negara, dimana negara-negara kafir Barat identik dengan negara maju dan kaya. Sementara negara-negara Islam dikategorikan sebagai negara dunia ketiga yang miskin dan terbelakang.
Tidak ada yang aneh dalam kondisi tersebut, sebab permasalahan itu akan menjadi sangat sederhana selama kita masih berpegang pada dua hal, Kitabullah dan Sunnah Nabi SAW. Telah banyak terdapat dalam Al Qur`an dan As-Sunnah mengapa orang-orang kafir justru hidup kaya raya sekalipun mereka kufur atau menyekutukan Allah. Semua ini hanya dapat difahami oleh setiap orang yang mempunyai hati atau mau menggunakan pendengarannya sedang dia menyaksikannya.
Tidak aneh apabila masalah ini menjadi rumit bagi kaum muslimin yang memiliki pemahaman terbatas. Sebab sekelas sahabat ‘Umar bin Khaththab sebagai salah seorang terdekat dengan Rasulullah SAW saja pernah merasakan hal yang sama dimana ‘Umar menceritakan:
“Rasulullah SAW berbaring di atas selembar tikar sambil tersenyum. Tidak ada sesuatupun yang mengalasi antara Beliau dan tikar tersebut. Di bawah kepala beliau terdapat sebuah bantal terbuat dari kulit yang pinggirnya berjahitkan tali dari serabut. Pada kedua kakinya terdapat anyaman daun yang dibentuk dan pada kepalanya terdapat kulit yang tergantung. Lalu aku melihat bekas tikar pada lambung beliau dan akupun menangis. Maka beliau bertanya: “Apa yang membuat engkau menangis?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar telah hidup dengan kemewahan yang mereka miliki, padahal engkau adalah utusan Allah.” Beliau lalu bertanya: “Tidakkah engkau rela jika dunia menjadi milik mereka berdua dan akhirat menjadi milik kita?”
Dan dalam riwayat lain disebutkan, bahwa ‘Umar RA menceritakan: “Lalu aku masuk menemui Beliau dan aku dapati dalam keadaan berbaring di atas lantai berpasir. Tidak ada kasur antara lantai pasir tersebut dan beliau, hingga pasir tersebut membekas pada lambung beliau. Kepalanya beralaskan bantal kulit yang pinggirnya dijahit dengan tali serabut. Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya……, lalu aku mengangkat pandanganku ke atas di dalam rumah beliau dan sungguh aku tidak menemukan sesuatu yang melindungi pandangan kecuali tiga lembar daun kelor. Maka aku berkata: “Berdo’alah kepada Allah agar melapangkan rezeki atas umatmu. Karena sesungguhnya raja Persia dan Kaisar Romawi telah dilapangkan rezeki atas mereka dan diberi kekayaan dunia, padahal mereka tidak menyembah Allah.” Sambil bersandar, beliau menjawab: “Apakah engkau masih ragu tentang aku wahai Ibn Al Khaththab? Mereka adalah kaum yang disegerakan kenikmatan hidup dunia.” Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, mintakanlah ampun untukku.”
Jawaban Nabi SAW atas pertanyaan ‘Umar RA merupakan jawaban yang memuaskan dan sempurna bagi setiap orang yang bertanya, mengapa dirinya fakir dan miskin padahal dia beriman dan taat kepada Allah, sementara mengapa orang-orang kafir hidup bergelimang harta padahal mereka kufur atau menyekutukan atau durhaka kepada Allah SWT. Firman-Nya: “Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain.” (Al Furqaan : 20). Ayat ini berarti bahwa: “Kami menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain, untuk mengetahui siapa yang ta’at dan siapa yang durhaka, siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur terhadap nikmat Allah SWT.”
Allah SWT telah menciptakan surga dan neraka, lalu menjadikan bagi keduanya penghuni yang berhak untuk hidup kekal di dalamnya. Adapun surga, hanya akan dihuni oleh orang-orang beriman yang bersaksi atas keesaan Allah SWT dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Lalu mereka menyembah dan menta’ati Allah SWT, lalu mati dalam keadaan beriman dan ta’at kepada-Nya. Sedangkan neraka, akan dihuni oleh setiap manusia yang kufur dan durhaka kepada Allah SWT, lalu mati dalam keadaan tersebut. Akan tetapi, diantara wujud keadilan Allah SWT yang akan membalas perbuatan baik dengan sepuluh hingga ratusan kali lipat, bahwa Dia SWT juga akan membalas setiap manusia atas perbuatan baik yang dilakukannya, sekalipun dia seorang kafir.
Ada segolongan orang kafir yang selalu melakukan kebaikan dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir serta menggunakan harta mereka untuk hal-hal kebajikan. Hanya saja, karena surga telah diharamkan atas orang-orang kafir sehingga mereka tidak mungkin memasukinya untuk mendapatkan balasan atas kebaikannya, maka Allah SWT akan mensegerakan balasannya di kehidupan dunia yang merupakan surga bagi mereka. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Hingga di saat orang kafir telah memasuki kehidupan akhirat, maka dia tidak akan mendapatkan pahala apapun, sebagaimana firman Allah SWT: “Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” Ali Imran : 176 Ayat ini berarti, kebijaksanaan Allah SWT terhadap orang-orang kafir adalah, bahwa dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, Dia ingin untuk tidak memberikan bagi mereka sedikit bagian pun di kehidupan akhirat.