Malam belum juga menunjukkan pukul sebelas malam saat itu. Saya yang masih sibuk bekerja ketika itu mendapat kabar bahwa salah seorang rekan kami mengalami kecelakaan di Sidoarjo. Kontan, kabar tersebut membuat kami terkejut. Beberapa rekan kami mengajak saya untuk menjenguk kawan saya yang kena musibah tersebut.
Setelah mendapat kabar bahwa dia dirawat di RS Siti Hajar Sidoarjo, kami berniat menjenguk. Kondisinya benar-benar menyedihkan. Dia mengalami cedera parah di rahang kiri hingga bibir atas. Salah seorang kawan lain sampai tidak tega melihat kondisi rekan kami yang kecelakaan tersebut. Isteri rekan kami yang kecelakaan itu menuturkan bahwa suaminya mengalami kejadian tersebut saat pergi bersama dirinya dan seorang putri mereka.
Pada siang yang nahas itu, mereka berniat untuk berkunjung ke rumah salah seorang famili mereka. Dengan mengendarai motor, mereka bertiga pergi dengan berboncengan. Sebelum kecelakaan itu terjadi, di depan motor kawan saya tersebut, ada truk yang mengangkut pipa paralon besar. Pipa itu tampak terikat kuat. Namun, tak disangka salah satu paralon tersebut mulai kendur dan mundur ke belakang. Posisi paralon yang terikat di truk itu sekitar 45 derajat.
Tak sampai sekian menit, salah satu paralon besar tersebut mundur dan jatuh tepat mengenai wajah kawan saya tadi. Akibatnya fatal. Rahang kirinya robek hingga bibir atas. Bengkak dan tak bisa bicara. Dari raut wajahnya tampak dia menahan sakit luar biasa. Namun, kejadian tersebut juga menyisakan keajaiban. Putri rekan kami tersebut beserta isterinya selamat. Mereka berdua hanya mengalami luka ringan dan lecet-lecet. Isteri kawan saya selamat karena dibonceng paling belakang. Saat kecelakaan terjadi, paralon besar itu hanya mengenai suaminya.
Yang membuat saya takjub, putri mereka yang berusia empat tahun sempat melaju di atas motor sendirian beberapa detik sebelum akhirnya tersungkur. Tidak ada luka parah sedikit pun. Warga setempat yang mengetahui kejadian tersebut segera menolong mereka. Saat kami temui, isteri kawan kami itu mengatakan bahwa dia pasrah dengan kecelakaan tersebut. Dia mengaku bersyukur suami dan anaknya masih selamat meski kecelakaan itu bisa berakibat fatal.
”Mungkin, dengan musibah ini, Allah mengingatkan kami, ” tutur isteri rekan kami tersebut. ”Datangnya sakit dan musibah itu kan juga teguran, ” lanjutnya. Saya merenungkan kata-kata isteri kawan kami tersebut. Sehat dan sakit, senang dan musibah adalah ujian dari Allah.
Saya teringat saat mengalami kecelakaan motor beberapa tahun silam. Akibat kejadian tersebut, kaki kanan saya harus dioperasi dan di-pen. Saya bersyukur masih selamat dari kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa saya ketika itu. ”Gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara. Pertama, masa mudamu sebelum tua. Kedua, masa sehatmu sebelum sakit. Ketiga, masa lapangmu sebelum sibuk. Keempat, masa beradamu (kaya) sebelum jatuh miskin. Kelima, masa hidupmu sebelum mati.”(HR Muslim dan Tirmizi dari Amru bin Maimun ra).
Hadis tersebut tersebut mengingatkan supaya manusia mempergunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya sebelum hilangnya kesempatan itu. Mudah-mudahan Allah menyembuhkan sakit kawan kami tersebut dan memberikannya kesabaran menerima musibah itu. Sebab, hikmah dalam setiap musibah adalah di setiap kesusahan ada kemudahan. Wallahu ‘alam bishshawab. [email protected]