Ternyata Sama Saja €

Menggunakan gas elpiji di rumah tangga adalah hal yang sudah sangat lumrah di masyarakat kita. Tak berbeda dengan saya, yang hidup di Sengata. Saya memilih elpiji karena selain lebih efisien dalam membantu proses masak-memasak, juga lebih mudah dan bersih dalam penggunaannya.

Kabar yang paling gress saat ini adalah hilangnya gas elpiji dari peredaran. Pertama kali saya dengar dari seorang teman yang kebetulan juga pengguna elpiji. Menurutnya, ia masih beruntung karena dari lebih sepuluh toko yang dia datangi, ada satu toko yang masih punya stock. “Walaupun harganya menjadi hampir dua kali lipatnya tak masalah. Yang penting isteri di rumah bisa masak, gak peduli deh harganya ”. Ujar teman saya itu.

Jujur saja, saya tidak terlalu menanggapi serius ketika teman saya bercerita tentang perjuangannya tersebut. Teringat dua tabung gas di rumah. Yang satu masih full karena baru dibeli seminggu yang lalu. Gas kosong memang sudah beberapa kali terjadi di Sengata. Biasanya dengan dua tabung, Alhamdulillah, saya aman. “ Paling-paling, nanti pas habis gas sudah normal lagi seperti biasanya”. Perkiraan saya waktu itu.

Hari telah berganti minggu. Dua putarannya sudah terlewati. Khadimat sudah memberi warning pada saya, kalau jarum petunjuk di tabung gas sudah stop di area empty. Biasanya tak lebih dari dua hari, kompor tak dapat lagi mengeluarkan api. Saya langsung menghubungi agen gas tempat kami biasa memesan. Kosong. Tapi mereka bersedia menuliskan nama saya untuk booking gas. Karena menurut mereka setiap agen nantinya hanya akan dibatasi lima tabung stock saja. Wah, pasti kedengarannya keren banget, mau beli elpiji saja pakai acara booking, sudah seperti beli tiket pesawat saja.

Percaya atau tidak, itu terjadi saat ini. Bagaimanapun, saya tetap memerlukan elpiji. Karena walaupun nama sudah tercatat di bookingan, tapi waktu datangnya tetap tidak bisa dipastikan. Saya lalu mencoba beberapa toko lainnya, juga toko-toko penjual elpiji referensi dari beberapa orang teman. Hasilnya tetap tak berbuah. Cukup membuat panik, apalagi saya tak punya kompor minyak tanah di rumah. Jadilah sore kemaren, saya menyisir toko demi toko untuk berburu gas elpiji. Hasilnya? Nihil! Tak setabung elpijipun berhasil saya dapatkan.

“Kosong, bu!”. Begitulah rata-rata jawaban penjual yang saya tanyakan tentang keberadaan tabung biru tersebut. Anehnya, walaupun stocknya kosong. Rata-rata penjual sudah mematok harga seratus ribu rupiah per tabung dari sebelumnya yang hanya enam puluh delapan ribu rupiah per kemasan 12kg.

Hari ini, peralatan listrik yang semula tidak kami pakai, terpaksa dikeluarkan. Menjadi tumpuan hingga elpiji muncul lagi. Gensetpun harus dihidupkan siang hari. Maklum, walau di tengah kota, jaringan listrik belum menyapa sampai di rumah kami. “Duh, complicated banget nih, penderitaan”. Guman saya pada suami. Beliau tersenyum. “Sabar ya”. Ujarnya jenaka. Lumayan, dapat mencipta senyuman di bibir saya yang tadinya manyun;)

Pemakaian gas dirumah saya termasuk cepat. Selain ada bayi yang urusan susu dan botolnya termasuk air hangat untuk mandi yang sangat memerlukan elpiji, usaha catering kecil-kecilan dirumah yang baru kami release juga mengharuskan kompor lebih sering di gunakan.

Padahal 60km dari Sengata, ada Bontang yang terkenal dengan kota gas, dan ngembar-gembor masalah pengalihan minyak tanah ke elpiji oleh pemerintah masih sangat hangat kabarnya. Mengapa malah sekarang stocknya jadi menghilang, ya? Duh, elpiji! Apakah ada pihak-pihak yang sengaja menumpukmu demi menaikkan harga seperti yang santer terdengar di berita? Ataukah supplier lagi ogah datang karena jalan ke Sengata memang sedang rusak parah?
Entahlah…., tak baik bersu’uzon. Yang pasti, beberapa hari ke depan akan menjadi ‘hari libur memasak dirumah’ bagi kami sekeluarga.

Teringat dengan saudara-saudara yang sampai saat ini masih harus berburu dan mengantri minyak tanah. Ternyata, mendapatkan minyak tanah ataupun elpiji, sama susahnya …

Ya Alloh, negeri kami memang sedang banyak cobaannya. Semakin hari, semakin banyak kesusahan yang menghimpit golongan yang bernama rakyat. Semoga kami termasuk orang – orang sabar yang pintar mengambil pelajaran dari semua ujian. Amiin…