Dalam khazanah keimanan, bagian dari diri seseorang yang menjadi raja dari keseluruhan pribadi dan jiwanya adalah HATI. Seluruh tubuh adalah pelaksanan titahnya, siap menerima apa saja. Aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksukdan oleh sang Hati. Di kemudian hari, sang hati inilah yang akan bertanggung jawab, datang menghadap dan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu akan ditanyai atas apa yang dipimpinnya.
Allah Subhanahu waTa’ala berfirman :
“.. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban(Al Isra: 36)
Begitu pula Rasulullah bersabda tentang hati,” Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati..”
Membuat hati dalam kondisi tetap sehat, dengan mengkaji penyakit-penyakit hati dan metode mengobatinya , merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah
Hati bisa berada dalam keadaan 1. Sehat 2. Sakit 3. Mati
HATI YANG SEHAT, adalah hati yang selamat (Qalbun salim). Barang siapa menghadap Allah nanti dengan kondisi hati yang tidak sehat maka akan celaka
Allah SWT berfirman :
“.. Adalah hari, dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat..(Asy-Syu’ara : 88-89)
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat , keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat yaitu keraguan dan ketidak jelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada Rasulullah. “ Ubudiyahnya murni kepada Allah. Iraddah, mahabbah, inabah, ikhbat, khassyah, raja dan amalnya, semuanya Lillah, semata karena Allah.
Jika ia mencintai, membenci , memberi dan menahan diri semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikutan yang kuat untuk menjadikan Rasul sebagai satu-satunya panutan dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang , mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan ataupun perbuatan
HATI YANG MATI, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan perintahNya, atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhaiNYa. Hati ini selalu lebih tunduk kepada hawa nafsu atau kecenderungan diri terhadap kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT. Ia tidak peduli kepada keridhaan atau kemurkaan Allah SWT. Baginya yang penting adalah terpenuhinya hawa nafsu/keinginan. Ia menghamba kepada selain Allah demi kesenangannya ini.
Jika ia mencinta, membenci , memberi dan menahan diri semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu inilah telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dipenuhi dan dikerahkan untuk mencapai target-target duniawi.
HATI YANG SAKIT adalah hati yang hidup namun mengundang penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada penyakit. Padanya terdapat kecintaan, keimanan , keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr (Sombong) dan sifat ujub yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru kepada Allah, rasul dan hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi.
Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu, tawadlu, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
INDIKASI SAKIT- SEHATNYA HATI
Hati seseorang itu bisa sakit. Sakitnya bisa semakin parah dan tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau telah mati adalah; ia tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat. Sebab hati yang hidup pasti merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk . Begitu pula jika ia bodoh tentang kebenaran.
Terkadang, seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun, ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar . Dan ia pun lebih memilih menderita penyakit untuk selamanya.
Diantara tanda sakitnya hati adalah keengganan mengkonsumsi makanan yang bermanfaat. Justru cenderung kepada yang mendatangkan mudharat. Juga enggan terhadap obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya.
Hati yang sehat selalu mengutamakan makanan yang bermanfaat daripada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. OBAT TERBAIK ADALAH AL QUR’AN.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “ ketidak hadirannya” di dunia menuju ke negeri akhirat. Disana ia tinggal dan seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bin Umar , Rasulullah berpesan
“ di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang asing atau orang yang lewat..”
Tanda sehatnya hati adalah selalu mengingatkan si Empunya, sehingga ia mau kembali ke jalan Allah Subhanau wa Ta’ala, tunduk dan bergantung kepadaNya seperti bergantungnya seseorang yang mencintai kepada yang dicintainya. Ia hanya butuh cintaNya. Ia selalu berdzikir dan berkhidmat kepadaNya.
Tanda sehatnya Hati adalah jika si empunya hati ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid (bacaan rutin berupa dzikir atau Al qur’an) atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta..
Masya Allah..demikianlah begitu berharganya hati. (LR)
Sumber : Tazkiyatunnafs, Konsep penyucian jiwa menurut para ulama salafus saleh