Adzan maghrib berkumandang sayup-sayup dari arah masjid. Semua orang yang sedang menikmati indahnya matahari terbenam bersama keluarga dari tepi Laut Merah segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil air wudhu. Mereka berwudhu dengan air dari botol air mineral yang mereka bawa atau dibeli dari penjual makanan ringan dan minuman.
Beberapa pemuda tampak menggelar tikar dan sajadah untuk mempersiapkan sholat berjamaah. Anak-anak kecil yang sedang berkejaran, bermain ayunan, bermain bola, maupun sepeda segera dipanggil orang tuanya untuk melaksanakan sholat berjamaah.
Di kejauhan tampak pula sekelompok laki-laki dan juga perempuan yang bergantian melaksanakan sholat maghrib. Tidak ada alasan untuk menunda sholat hanya karena berada agak jauh dari masjid. Tidak ada yang menunda sholat dengan menunggu hingga tiba di rumah. Apalagi sholat maghrib sangat pendek waktunya. Semua melaksanakan kewajiban sholatnya di manapun mereka berada, begitu adzan tanda waktu sholat menggema. Disebutkan di dalam Hadist Riwayat Muslim, “dan di mana saja kamu berada, jika waktu sholat telah tiba segera sholatlah, karena bumi ini adalah masjid (tempat bersujud)”.
Begitulah pemandangan sehari-hari yang selalu saya lihat di Kota Jeddah ini. Meskipun bukan Kota Makkah atau Madinah, namun nuansa Islamnya masih terjaga. Masjid-masjid tidak hanya penuh di saat Jum’atan, atau Bulan Ramadhan saja. Apabila adzan terdengar, semua urusan maupun perdagangan berhenti sementara. Pegawai toko segera menutup tokonya, rumah makan menutup tirai dan pintunya, demikian pula tukang buah dan sayur di pinggir jalan meninggalkan dagangannya begitu saja tanpa takut ada yang mengambil buah atau sayurannya.
Para pembelipun harus bersabar menunggu di luar toko atau sholat di tempat sholat yang sudah disediakan. Tempat shalat yang disediakan pun kalau tidak ada ruangan khusus, disediakan gulungan karpet sajadah di dalam pusat perbelanjaan. Sayapun sebagai pembeli pernah suatu saat ketika sudah antre panjang di depan kasir, waktu sholat tiba. Kasir pun sudah tidak mau melayani lagi padahal sudah tiba giliran saya. Akibatnya barang yang sudah saya letakkan di meja kasir terpaksa saya batalkan.
Selain supermarket dan rumah makan, biasanya pengunjung harus keluar dari dalam toko bila waktu sholat tiba. Mereka begitu tertib. Meskipun ada juga toko yang terkadang sedikit nakal dengan terus melayani pembeli hingga ditegur oleh polisi agama. Atau pembeli yang sedikit memaksa untuk dilayani karena sudah terburu waktu. Namun umumnya para penjual menolak melayani lagi karena sudah tiba waktu sholat. Mereka tidak takut rugi karena kehilangan pembeli. Subhanallah. Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Ankabut:62)
Tidak hanya tertib sholat yang saya kagumi, tetapi juga ketaatan dalam membaca Al-Quran. Di pasar-pasar sering saya lihat penjual yang membaca atau menghafalkan Al-Quran sambil menjaga barang dagangannya. Sungguh saya sering merasa malu dengan diri sendiri, dengan ketidakkonsistenan saya dalam menghafal Al-Quran dan memahami maknanya. Saya pun pernah disindir oleh penjual jam tangan ketika saya sedang mengantarkan saudara yang akan membeli jam tangan di salah satu toko. Saat itu saya bilang saya tidak bisa berbahasa Arab (meskipun sudah belajar mati-matian) dan meminta dia menggunakan bahasa Inggris saja. Dia bertanya pada saya. “Are you Moslem?”. “Do you read Quran?”. Ya dalam pemahaman dia, seharusnya seorang Muslim dapat berbahasa Arab karena itu adalah bahasa Quran.
Alangkah tentramnya bila kita bisa melaksanakan ibadah sholat maupun membaca Al-Quran di tempat umum di negara kita ini tanpa harus bersembunyi di pojok ruangan karena malu terlihat orang lain (takut dikira sok alim).
Alangkah indahnya bila tempat shalat yang disediakan buat kita adalah tempat yang bersih dan harum bukan di basemen tempat parkir mobil yang panas dan bising serta berbau asap kendaraan. Aisyah RA menyatakan, “Rasulullah SAW pernah menyuruh mendirikan masjid di kampung. Juga menyuruh supaya membersihkannya dan memberinya harum-haruman, ” (HR Imam yang lima, kecuali Nasa’i).
Alangkah nikmatnya bila kita dapat membiasakan sholat ataupun membaca Al-Quran di manapun kita berada. Di ruang tertutup ataupun terbuka. Sebab bumi ini adalah tempat untuk bersujud.
Jeddah, Dhul-hijja 1428H