Hari itu, pertengahan bulan Ramadhan, saya diajak seorang kawan ke museum alam Senckenberg di kota Frankfurt yang lebih dikenal dengan Museum Dinosaurus. Di pintu masuk tampak dua sosok raksasa Diplodocus, si leher panjang dan Tyrannosaurus, si pemangsa berdarah dingin menyambut setiap pengunjung yang datang. Siapa yang menyangka perjalanan kami ke dunia purbakala jutaan tahun yang lalu itu ternyata banyak memberikan pelajaran berharga bagi keimanan kami.
“Alhamdulillah, Tyrannosaurus sekarang sudah tidak ada lagi. Bayangkan kalau masih hidup, pasti kita sudah mati ketakutan dikejar-kejar.”
“Iya benar. Dan coba lihat itu, Diplodocus, panjang tubuhnya 20 meter, tapi otaknya cuma sebesar telur burung merpati. Subhanallah, otak yang sekecil itu bisa mengatur tubuh yang luar biasa besar itu.”
Di museum itu ternyata tidak hanya ada fosil-fosil binatang dan tumbuhan dari masa purba, tapi juga spesies dari masa kini. Contohnya, burung-burung ciptaan Allah SWT yang kita kenal baru sekitar 8.600 jenis. Di museum itu ada sebagian kecil, sekitar 600 jenis, mulai dari strauss burung terbesar yang tak bisa terbang tapi bisa berlari sangat cepat, sampai Kolibri burung tropis bercorak cerah yang mungil, yang sayapnya bisa bergerak sangat cepat sehingga sambil terbang ia dapat menghisap sari makanan dari kuntum bunga. Di situ juga ada burung yang warna bulunya luar biasa indahnya sampai-sampai dijuluki bird of paradise.
Coba bayangkan, ada berapa jenis serangga yang telah kita kenal? Sekitar satu juta jenis! Kira-kira 75% dari jenis binatang yang kita kenal adalah serangga. Di sana kami bisa menyaksikan koloni lebah Jerman lengkap beserta sarangnya di dalam tanah, kupu-kupu rajawali yang bisa bermigrasi hingga ratusan bahkan ribuan kilometer, dan keindahan kupu-kupu merak dari Amerika Selatan yang corak dan warna sayap bagian atas berbeda dengan bagian bawah. Subhanallah! Di ruangan lain, kami tercengang-cengang melihat udang raksasa berbentuk laba-laba yang berhasil ditangkap dari Jepang tahun 1902 dan dibawa oleh seorang fisikawan Jerman Engelbert Kaempfer ke Frankfurt setahun kemudian. Betapa tidak? Diameter kepalanya “hanya” 30 cm, tapi panjang capitannya bisa sampai satu setengah meter.
Tumbuhan-tumbuhan juga berlimpah. Para ahli botani dan paleo-botani sampai kebingungan menghitung berapa banyak jenisnya. Mereka memperkirakan saat ini ada sekitar 250.000 jenis tumbuhan berspora, dan 350.000 jenis tumbuhan berbunga. Di antaranya 2.000 hingga 3.000 jenis dapat kita konsumsi. Kami jadi teringat firman Allah SWT, “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (QS. Luqman: 10). “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) (QS. Huud: 6).
Kekaguman kami pada ciptaan Allah SWT semakin bertambah ketika di sebuah ruangan kami melihat kotak-kotak kaca berisi cairan berwarna biru yang di dalamnya ada perkembangan embryo manusia dalam rahim mulai dari usia mingguan hingga bulanan.
“Masya Allah, begitulah penampakan kita ketika dalam kandungan ibu. Melalui tali pusar, ibu memberi kita kebutuhan makanan dan oksigen, dan membuang sisanya melalui arah kebalikannya. Begitu menakjubkan, karena dengan cara ini, darah ibu dan kita tidak pernah bercampur.”
“Iya, benar. Dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman, “Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan” (QS. Az Zumar: 6). Menurut ulama tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim. “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (QS. Ar Ra’d.: 8).
Di ruangan yang lain, kami menyaksikan berbagai simulasi, misalnya terjadinya gerhana bulan dan matahari, meletusnya gunung berapi, bergetarnya bumi pada saat terjadi gempa,dan simulasi perubahan letak benua mulai dari ketika kelima benua masih menyatu, kemudian kini terpisah, sampai perkiraan 250 juta tahun yang akan datang di mana akan menyatu kembali. “Wah, Frankfurt nanti bakal ada di kutub utara. Wallahu ‘alam bishshowab”.
“Coba lihat di lemari kaca itu! Indah sekali batu-batuan bentukan alam. Batu-batuan mineral dari berbagai warna, ukuran, bentuk kristal dan kapasitasnya dalam membiaskan cahaya. Subhanallah. Wah, saya baru tahu kalau berlian ternyata dari alamnya sudah berbentuk segi enam ya. Saya pikir itu dipahat oleh manusia.”
“Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." (QS. Al-A’raaf: 32). Perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja”.
Perjalanan kami diakhiri dengan mengunjungi koleksi mummi manusia dan binatang yang jauh-jauh dibawa oleh ilmuwan alam Jerman, Eduard Rueppel tahun 1817-1833 dari Mesir ke Frankfurt. Ketika melihatnya, kami jadi bergidik, ingat suatu saat akan dipanggil oleh-Nya. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran: 185)
Alhamdulillah, di bulan Ramadhan ini kami diberi kesempatan untuk melihat segala macam ciptaan-Mu. Kami sadar betapa kami ini bagaikan sebutir debu di hadapan-Mu yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Tidak selayaknya kami sombong, ingkar dan durhaka kepada-Mu. Semoga kesempatan ini makin mempertebal rasa iman kami kepada-Mu. Allahumma innaka ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah kami, dan terimalah semua amalan kami. Amin.
Frankfurt am Main-Jerman, 12 Oktober 2006
vitasarasi at yahoo dot com