Siapa bilang jadi pejabat negara atau menjadi pajabat pubik itu enak, bisa saja bahkan membuat sengsara hati, memang dalam segi harta benda dan kedudukan kelihatannya nyaman dan melimpah, namaun jangan lupa, segala aspek yang ada pada diri seorang pejabat public seperti kaca transfaran, kaca yang tembus pandang dan siapapn bisa melihatnya.
Nah coba anda lihat, banyak pejabat negara di lembaga terhormat, DPR, yang perang mulut dan saling menghina sesamanya ketika berdebat atau berdiskusi membahas suatu masalah. Mereka saling tuding dan tanpa malu-malu dan dengan gaya yang arogan, saling menjatuhkan! Benar -benar memalukan, masa pejabat negara seperti itu? Bahkan kalau dilihat gelar akademiknya, seperti pager di taman, berderet panjang banget!
Tapi, ya ampun…. akhlaknya kok seperti preman-preman di pasar-pasar, yang ngeliatpun malu! Apa lagi direlay di stasiun-stasiun TV yang bisa diakses langsung ke berbagai negara, termasuk ke Moskow, Rusia. Aduh ini muka mau ditaruh dimana, melihat pejabat negara seperti itu. Teman-teman Rusiakan juga bisa melihat. Bahkan saya pernah mendapat pertanyaan langsung dari reporter TV di Rusia dua tahun lalu ketika mereka mengabadikan acara teraweh ramadhan di Wisma Duta atas undangan Dubes: "Apakah memang Indonesia negara memang suka senang keributan?" Cukup tepot saya menjawab pertanyaan ini.
Nah coba, siapa yang memberitahu kalau bukan mereka melihat sendiri di layar monitor komputer mereka! Oya jangan lupa, mereka, negara-negara asing yang ada di Indonesia, termasuk Rusia, punya kedutaan dan di ruang konsuler, ruang tunggu saat mengurus visa dikedutaaan Rusia di jalan Rasunasaid, Kuningan, Jakarta Selatan, ada siaran langsung ke TV-TV di Rusia! Nah kan otomatis setiap berita atau kejadian di Jakarta akan tersiar langsung ke mancanegara dalam hitungan menit! Nah betapa malunya diri ini ketika melihat pejabat negara kita di lembaga terhormat, DPR, sedang perang mulut, caci maki dan saling hina menghina! Benar, kata Gus Dur dulu, DPR seperti TK! Padahal anggotanya berganti-ganti tiap Pemilu, tapi waktaknya kok mirip ya?
Betapa repotnya jadi pejabat publik, pejabat negara, apa lagi pejabat DPR yang mewakili rakyat, segala tindakan dan tingkah lakunya disorot masyarakat, apa lagi kata-katanya. Di berbagai media masa banyak pejabat publik yang sudah kena semprot! Yang paling sering tentu pak SBY, ya karena memang SBY adalah puncak pimpinan negara ini, tentu saja segala apapun yang dilakukan akan “diendus” oleh rakyat! rakyat bukan benci pada SBY, tapi kalau salah, masa diamkan saja, ya dosa semuanya dong! Mengkritik tidak salah dan tidak berdosa, asal dengan cara yang santun dan tetap memberikan solusinya.
Oya, semprotan rakyat sebelumnya adalah mengena Tifakul Sembiring yang digadang-gadang, di semprit dan disemprot! Karena tak bisa membedakan kapan dia berdakwah, kapan dia menjadi menteri. Berdakwah di kalangan ummatnya sendiri, jadi menteri di luar “kandangnya” tapi sering tercampur aduk, antara berdakwah dengan kementrian yang sekarang sedang “didudukinya”!
Terakhir yang lagi anyar, ya Marzuki Ali, yang dengan lantangnya mengomentari bencana Mentawai dengan kata-kata yang menyakitkan rakyat yang sedang menderita, rakyat di Mentawai ibarat jatuh, di timpah tangga, lalu “dipukul” oleh Marzuki Ali dengan “palu Godam” yang mematikan! Dengan santainya Marzuki Ali bilang: “Kalau tak mau menanggung resiko hidup di pantai, ya pindah aja ke darat!” Ya ampun … dikira pindah dari satu tempat ke tempat lain semudah membalik telapak tangan! Marzuki… Marzuki …. ada ada aja ente!
Memang repot jadi pejabat publik, kata-katanya akan menjadi”makanan” atau” santapan” empuk bagi wartawan khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Maka hati-hatilah kau wahai para pejabat, selain kata-katamu yang keluar akan dicatat, tingkah lakumupun dicatat. Dan jangan lupa setelah akhir masa jabatanmu, kau bukan siapa-siapa lagi, maka kesombonganmu saat kau menjabat akan menjadi bumerang bagi diri dan keluargamu nantinya dan itu sudah banyak contoh.
Apa sebaiknya mulut pejabat di gembok? Ya tidak juga, apa lagi bagi anggota DPR atau DPRD, mereka harus bersuara, namun bukan asal bunyi, kalau “asbun” seperti pejabat-pejabat di DPR itu, wah repot jadinya. Ya repot semuanya, repot dirinya, repot temannya, repot partainya, ya repot presidennya, kok punya anak buah di partainya sendiri, seperti itu. Jangan-jangan ada skenario pembusukan partai demokrat dari dalam! Ya bisa aja, namanya juga berebut kursi atau jabatan, siapa tahu mereka sedang saling mengintai dan mempersiapkan diri menghadapi Pilpres 2014!
Dan jangan lupa dalam urusan politik tak ada kawan dan lawan abadi! Coba aja banyak sekali para anggota partai yang seperti kutu loncat, yang penting dapat kedudukan atau jabatan, tak peduli di tuduh oportunis atau mencla mencle, yang penting dapat kursi dan jabatan, apapun caranya, tak peduli! Ya itulah calon-calon pejabat yang biasanya kalau sudah menjabat bukan ngurus rakyat, tapi mencari sebanyak banyaknya “lobang” buat menumpuk harta kekayaannya! Nah mereka sedang mengejar RI1 sekarang ….! Hati-hatilah rakyat Indonesia, jangan sampai salah pilih!
Nah lihat aja Prabowo, Aburizal Bakri sudah pada “ngebet” ingin bertarung di 2014! Padahal masih lama… Ya ampun, jangan-jangan ada skenario menurunkan SBY di tengah jalan dan banyak cara untuk itu! Sabarlah wahai para pejabat, “Belanda masih jauh” Mari lihat itu Mentawai dan Merapi, loh pada kemana itu bendera partainya? Apa karena bukan pemilu nih, mereka pada tiarap semuanya, wah kelihatan belangnya semua! Pantas aja rakyat tak percaya pada pejabatanya sendiri, tak percaya pada atasanya sendiri, tak percaya pada hasil pilihannya sendiri, akh… ternyata rakyat salah pilih lagi!
Halo-… halo… pada kemana itu bendera partai, saya kok tak melihatnya di Mentawai dan di Merapi! Ya ampun… benar-benar deh, rakyat benar-benar baru didekatin saat pemilu saja, pada saat pemilu semua teriak:” untuk rakyat, mari bela rakyat, kita akan berjuang untuk rakyat!” Dan seterusnya, loh sekarang ada musibah di Mentawai dan Merapi tokoh-tokoh partai politiknya pada kemana? Kok tak kelihatan? Bendera partainya pada kemana? Saat pemilu mereka teriak akan membela rakyat, buktinya mana? Atau memang mulut mereka harus digembok?
Ya, memang tak semua pejabat yang mulutnya harus “digembok”, banyak juga pejabat yang rendah hati dan diam-diam membantu rakyat, membela rakyat tanpa gembar gembor, pejabat yang begini memang langkah, dia lebih banyak berbuat dari pada bicara dan lebih banyak diam, ketimbang bersuara, tapi nyakiti rakyat banyak. Aduh, kemana nih mencari pejabat seperti ini, jangan-jangan di suruh maju ke Pilpres 2014 dia juga tak mau! Ya pajabat yang amanah memang tak mengejar jabatan dan kedudukan!
Memang susah mencari pejabat yang amanah, yang lebih banyak bekerja ketimbang omong atau perang mulut. Mencari pejabat yang amanah( sudah saya tulis di ruang ini juga beberapa waktu lalu) susah, seperti mencarai jarum ditumpukan jerami, susahanya bukan main. Bukan tak ada, tapi memang sulit dan repot.
Kenapa begitu? Ya coba aja, pejabat yang amanah biasanya ada di "balik panggung" dia lebih banyak diam, lebih banyak bekerja! Dan pekerjaannya tak mau diekspos ke masyarakat, kwatir menjadi riya dan hilang amalnya. Nah sementara rakyat mencari dia, nah dianya sembunyi, kan repot namanya.
Kita memang berharap akan muncul pemimpin yang berkulitas sperti Umar bin Khattab atau seperti Umar bin Abdul Azis, pemimpin yang sederhana, namun mampun mensejahterakan rakyatnya, bukan pemimpin yang mensejahterakan keluarganya sendiri dan lingkungannya saja!
Adakah pemimpin yang seperti itu? Ada, dan banyak, tapi tak terlihat! Ya, semoga aja mereka muncul di saat 2014 nanti! Yang sekarang biarlah dulu, biarkan mereka bekerja sebisa mereka, semampu mereka, toh mereka hasil pilihan rakyat juga, walau mungkin rakyat salah pilih, tapi kan pilihannya memang segitu adanya, mau apa lagi, kecuali tawakal kepada Allah SWT!