Tenggelamkan Aku Dalam Cinta-Mu

Banyak cara yang dilakukan oleh-Nya, ketika Dia menyayangi hamba-hamba yang dicintai-Nya. Langkah-Nya tak terduga dan tak bisa diterka oleh manusia biasa atau oleh manusia kebanyakan.

Ada-ada saja caranya dan cara-Nya bisa gambalang, bisa juga sangat halus dan baru bisa dipahami dengan perenungan yang dalam. Karena yang terlihat seringkali bukan yang yang dimaksud atau seringkali apa yang terjadi, bukan yang dimaui oleh manusia, atau bisa juga apa yang dianggap musibah, malahan membawa hikmah atau berkah sesudahnya.

Cara Dia menyayangi hamba-hamba yang dicintai-Nya atau hamba-hamba pilihan-Nya, susah diterka oleh manusia kebanyakan. Karena yang seringkali terjadi dan yang terlihat adalah di luar jangkauan pikiran atau dugaan manusia biasa. Cara Dia menyayangi hamba-hamba pilihan-Nya juga terkadang unik, untuk ukuran manusia kebanyakan, karena yang dipilih-Nya terkadang terlihat amat sederhana dari cara berpakaian atau bergaul, tak ada tanda-tanda bahwa dia itu pilihan-Nya, yang tahu dia itu kekasih-Nya hanya orang-orang tertentu juga, yang juga kekasih-Nya. Unikkan ? Yang tahu, sama-sama yang tak diketehui oleh selain mereka.

Kekasih-Nya sering kali ada di lapisan strata paling bawah dalam struktur kemasyarakatan, makanya kekasih-Nya sering kali tak di anggap sebelah mata oleh orang yang berada disekelilinya. Dia yang telah menjadi kekasih-Nya tak memperdulikan semua itu, baginya hinaan, ejekan, caci maki, umpatan bahkan di anggap gila sekalipun tak merubah apa-apa Dia tetap saja tersenyum, karena orang yang menghinanya, mengejeknya, mencaci maki dirinya, mengumpatnya atau menyebut dirinya gila adalah orang yang patut dikasihani, karena orang semacam itu baginya, sudah merusak citra kemanusiaanya sendiri, orang itu sudah mencoreng mukanya sendiri dan sekaligus menunjukan kualitas pribadinya yang jauh di bawah dari standar manusia kebanyakan.

Cara Dia menyintai hamba-hamba pilihan-Nya terkadang unik dan seakan kontradiksi, mengapa ? Karena sering kali yang dicintai-Nya, justru banyak cobaan-Nya, banyak ujian-Nya, penuh dengan berbagai macam derita dan kesusahan hidup. Sebagai mana firman-Nya : " Engkau belum dikatakan beriman, sebelum Aku uji " dan itu ditambahkan oleh utusa-Nya yang mengatakan : " Ujian terberat dari-Nya adalah buat golongan para Rosul. para Nabi, para Auliya, Ulama dst " Makanya sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang yang begitu baik pada sesamanya, ujiannya begitu banyak, dan sebaliknya, yang terlihat dengan mata telanjang adalah orang-orang yang jelas-jelas sering berbuat maksiat dalam kehidupan kelihatannya jaya, penuh dengan harta benda dan kedudukan serta jabatan yang tinggi.

Unik memang cara Dia menyintai hamba-hambaNya yang menjadi pilihanNya, yang menjadi kekasih-Nya, yang terlihat hina dihadapan manusia, dihadapan-Nya malahan mulia. Dan sebaliknya, banyak manusia yang disanjung manusia lain, di hormati atau di junjung tinggi bahkan dijadikan idola manusia kebanyakan, di hadapanNya justru hina. Ko bisa ? Karena dalam kaca mata dunia yang sudah penuh dengan paham hedonisme, kapitalisme, matrialistis dan liberalisme orang dihormati dan dijadikan idola adalah orang yang banyak hartanya, yang kaya, yang mobilnya mewah, hartanya melimpah, gemerlapan, borjuis dan seterusnya. Dan bila terjadi sebaliknya, bila miskin harta, papa dan tak berdaya, maka orang ini akan di hina, itulah dunia.

Lalu apakah orang harus miskin agar menjadi kekasih Allah ? Tidak juga, karena miskin dan kaya bagiNya sama, yang membedakan hanya taqwa kepadaNya. Yang jelas kekasih-Nya adalah unik, bisa terjadi pada orang yang sangat kaya, tapi tidak ‘tunduk’ pada kekayaannya, bisa juga kekasih-Nya datang dari orang-orang miskin, yang juga tidak ‘tunduk’ pada kemiskinannya. Yang kaya, bisa lihat pada Nabi Sulaiman AS dan yang miskin bisa bercermin pada Nabi Ayub AS, yang perempuan cantik dan sholeha bisa berkaca pada Siti Maryam atau Aisyah, yang laki-laki muda dan ganteng bisa bercermin pada Nabi Yusuf AS, jadi menjadi kekasih-Nya bisa dari segala lapisan masyarakat.

Sekarang pertanyaannya, maukah kita menjadi kekasih-Nya ? Yang jelas jawabannya semuanya, mau, mau, mau ! yang tak mau hanya orang-orang yang tak beriman, namun pertanyaan selanjutnya, maukah Dia menjadikan kita kekasih-Nya ? Nah yang ini, tentu hanya Dia yang berhak menjawab dan memilihnya. Bisa saja yang mau, belum tentu yang di pilih dan yang tak mau, belum tentu yang disingkirkan, nah unikan cara-Nya menseleksi kekasih-Nya ? Lalu, kalau begitu caranya, kita diam aja, biarin aja, toh Dia yang memilihNya, Kalau kita diam saja, masa bodo aja, ya salah lagi !

Memang unik cara Dia memilih kekasih-Nya, kita dekat, Dia akan lebih dekat, kita jauh, Dia akan lebih jauh. Namun sering juga terjadi, yang jauh dan sering melupakan-Nya, kemudian tiba-tiba ditarik dengan paksa untuk bertobat, caranya bisa dengan penyakit keras yang tiba-tiba saja, bisa dengan sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut jiwanya, bisa saja dengan bencana alam yang merenggut ratusan ribu jiwa, ketika itu, yang tadinya jauh dari-Nya, sering berbuat maksiat, pemabuk dsb, tiba-tiba balik 180 derajat menjadi orang yang bertobat, dengan tobatan nasuha ! Subhanallah.

Itulah makanya, sangat dilarang untuk men"cap" seseorang atau menghakimi seseorang karena kemaksiatan yang di lakukannya, bisa saja terjadi dan bahkan sering terjadi, si penjahat menjadi penjahit iman, si perampok menjadi perombak ke kapiran, si pezina menjadi pembawa amanah, si pemabok menjadi pemberi obat keimanan, si kupur menjadi orang yang pandai bersyukur dan si pengkhianat malah tobat menjadi orang yang palingjujur dan seterusnya.

Kok bisa ? Ya bisa saja, bukankan Dia Maha pembolak balik hati, dan kalau Dia mau memberi hidayah pada seseorang, siapa yang bisa menyetopNya ? Bukankan sering kita mendengar, ada orang yang tiba-tiba tobat ketika mendengar suara adzan, ada orang yang tiba-tiba insaf karena mendengar lantunan ayat-ayat Allah atau kalam Illahi, bukankah kita juga sering membaca, ada orang yang tobat justru setelah mencari keburukan Islam, ternyata tak ditemukan, atau ada orang menjadi muslim ketika mencoba mencari-cari kesalahan Al Qur’an, di cari keslah Al Qur’an, malah tak ditemukan, yang ditemukan justru keanggungan Al Qur’an, maka masuk Islamlah dia dengan mengucap dua kalimat syahadat. Subhanallah.

Bahagialah yang telah dipilih menjadi kekasih-Nya, tak ada kebahagian yang melebihi dikasihi, dicintai, disayangi oleh sumber segala sumber kasih, cinta dan sayang yaitu Dia Yang Mangasih Maha Penyayang dan Maha Menyintai. Dicintai, dikasihi dan di sayangi manusia saja sudah begitu bahagia, apa lagi cintai, dikasihi dan disayangi oleh-Nya, sungguh amat luar biasa bahagianya, yang kebahagiaan itu sukar sekali dilukiskan dengan kata-kata dan memang tak perlu di katakan dan di sebar-sebar dengan kata-kata, cukup dimengerti, dijalani, di saat tersembunyi, pada waktu sepi, di malam sunnyi, sendiri.

" Oh kekasih, aku rindu dan ingin dirindukan-MU, jangan biarkan aku dalam dalam gelap malam yang kelam, sinari aku dengan cahaya-Mu, jangan biarkan aku dalam gulita malam yang hitam pekat, berikan pancaran kasih-Mu, tunjuki aku dalam cahaya-Mu yang murni, berikan jalan-Mu, berikan aku setitik kearifanMu, segenggam hidayah-Mu, seberkas sinar-Mu, secercah kasih, sayang dan cinta-Mu.

Oh …. kasihku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu, leburkan aku dalam kasihMu dan belai aku dalam sayang-Mu !