Peradaban dimanapun adanya memang tanpa batas, siapa yang bisa membatasi penyebaran sebuah peradaban ? Siapa yang bisa menyetop sebuah peradaban ? Jangankan siapa, itu, orang, sebuah negara super canggihpun tak ada yang bisa membatasi menyebarnya sebuh peradaban.
Mengapa ? Karean peradaban itu sudah menyatu dengan sang pemabawa, yaitu manusia. Manusialah yang membawa peradaban itu, dengan sendirinya, kemanapun manusia berada, di situlah muncul peradaban. Jika mau ditelusuri sejarah peradaban kuno, seperti peradaban Cina Kuno, Mesir Kuno dan lain sebagainya, kita bisa melihat betapa manusia maju dengan peradabannya lebih dari 6000 tahun lalu.
Peradaban yang begitu besar dan maju hanya bisa dipelajari bagi manusia yang memang cinta pada hasil karyanya sendiri, karena dari karyanya itulah lahir peradaban, termasuk tasbih ! Ayo siapa yang berani bilang, tasbih bukan hasil karya gemilang manusia ?
Ayo siapa berani bilang bahwa tasbih bukan karya agung manusia ? Butiran tasbih yang kelihatannya sederhana, sebenarnya adalah hasil sebuah karya agung manusia yang mencoba mengagungkan asmaNya dengan menghitungnya dengan sebuah alat yang disebut tasbih !
Tasbih adalah sebuah siklus kehidupan yang tak pernah berhenti berputar, tasbih adalah gambaran sebuah karya agung manusia. Coba genggam tasbihmu ( Oh ..jangan-jangan tak punya tasbih yakh ? anak muda kok pegang tasbih, kampungan !
Mungkin itu kata orang. Atau … gengsi akh… masa kemana-mana membawa tasbih …. ! Tasbihkan pegangan orang-orang tua …. malu akh …. , bagitu banyak cara agar orang Islam jauh dari tasbihnya sendiri ! Bila itu benar, maka berhasil pihak “lain” membuat orang Islam jauh dari budaya Islam sendiri ).
Itu sama seperti di jaman Orde Baru dulu … orang sedemikian rupa … dijejali pola-pola Barat, sehingga malu memakai nama yang berbau Islam. Sehingga apa bila ada nama yang memakai kata “ Din “ atau berakhiran “ Din “ dibilang kampungan, sehingga sang pemilik nama, malu. Persis sama dengan yang sekarang ini, bila nama berbau Islam di paspor … seperti nama depan “Ahmad” atau “Muhammad” dan sebagainya bila masuk ke Eropa, apa lagi ke Amerika, pemerikasaannya di bagian imigrasi akan lebih panjang dibandingkan dengan nama –nama yang berbau Barat.
Bila pola ini berhasil, maka anak-anak yang baru lahir di awal abad ke 21 ini, akan banyak memakai nama berbau Barat, dibandingkan nama-nama yang Islami. Bila inipun berhasil, maka sekian tahun kemudian, bisa 25 atau 50 tahun kemudian … nama berbau Islam lenyap, inilah yang disebut perang peradaban !
Kembali ke tasbih, bila tasbih yang kelihatannya sederhana, namaun saat dipegang oleh oaring yang beriman, maka isinya adalah dzikir yang terus menerus berulang, dzikir yang terus menerus, tak henti. Nah kalau anak muda sudah dibuat” malu” sedemikian rupa menggengam tasbih …. Siap-siap tasbih akan lenyap dari peredaran.
Jika anak muda lebih bangga menggenggam Hp di tangan di bandingkan memutar tasbihnya, maka tanda-tanda kemenangan peradaban Barat terhadap peradaban Islam, walaupun ada yang mengatakan tak ada pertentangan antara peradaban Barat dengan peradaban Islam. Namun nyatanya dalam kehidupan sehari-hari nyata betul “pertentangan atau peperangan” tersebut.
Coba perhatikan …. Saat magrib tiba… dulu… anak-anak lebih banyak ke surau atau ke mushola untuk mengaji, sekarang menjelang magrib , bahkan pas waktu magrib … anak-anak sedang terpaku di TV, terpaku di game netendo atau yang sejenisnya, terpaku di internet dan sebagainya ! Mana suara pengajian? Ada.. itu di tape corder yang di perdengarkan melalui speker !
Jadi bukan lagi orang yang mengaji… tapi alat elektronik, bukan orang lagi yang adzan, tapi radio dan televisi ! Orangnya pada kemana ? yaitu tadi sedang nonton TV dan sedang menyetel radio atau sedang menggunakan internet. Salahkan menonton TV, mendengar radio atau menggunakan internet ? Tentu saja tidak, asal tahu waktu dan tempatnya.
Lalu apa hubungannya tasbih dengan perang peradaban Islam ? Banyak, mana buktinya ? Coba lihat saja sehari-hari…. Banyak tidak orang yang membawa tasbih di kota-kota besar di Indonesia ? Coba lihat di negara-negara Timur Tengah, Saudi Arabia, Mesir dan sebagainya, membawa tasbih bukan hnya golongan tua, tapi juga anak muda. Dan tak ada kesan kampungan ! Bahkan sering terlihat … pada tangan kanan tasbih dan sebelah kiri HP, benar-benar paduan dunia akherat !
Coba mari kita lihat di Indonesia, di kota-kota besar Indonesia, banyakah kita melihat seperti kondisi di atas ? Kalau iya, Alhamdulillah, itu artinya kebudayaan atau peradaban Islam masih jaya di Indonesia. Tapi kalu terjadi sebaliknya, dimana anak muda malu membawa tasbih, maka tanda-tanda peradaban Islam akan semakin mundur.
Loh apa hubungannya tasbih dengan peradaban Islam ? Mari sekali lagi ikita lihat, kalau tasbih masih bergelantungan di mobil-mobil orang Islam ( biasanyanya digantung di kaca spion bagian dalam, yang ditengah ) atau tasbih masih digenggam oleh orang Islam, maka itu tanda masih kuatnya peradaban atau kebudayaan Islam.
Walupun ada yang mengatakan, dzikir itu tak perlu tasbih, cukup dengan jari-jari tangan, yang katanya akan menjadi saksi di akherat nanti. Loh ketika tasbih di putar, bukankah pakai tangan juga ?
Nah tasbih ini juga merupakan hasil peradaban agung manusia, entah siapa yang memulai atau membuat tasbih ? Yang jelas tasbih sekarang ada di mana-mana, jangan di tanya di Saudi atau di Mesir, Ketika saya ke Swedia tahun 2007 lalu, ternyata di toko Souvenirpun ada di jual tasbih yang terbuat dari Kristal , ada asma Allah SWT dan Nama nabi Muhammad SAW yang terukir indah pada Kristal besar ! Ingat, itu negara yang bukan mayoritas Islam, tapi tasbih di buat dari Kristal, tasbih yang indah, dengan demikian berdzikir menjadi lebih bersemangat ! Nah begitu juga di Rusia, tasbih ada di mana-mana.
Lagi-lagi tentang Rusia yang memang di lihat dari berbagai segi unik, nah kali ini saya mau bercerita tentang tasbih. Loh kok tasbih sih , Jauh-jauh dari tanah air kok yang dibicarakan tasbih ? Nah inilah uniknya, mengapa ?
Coba kita perhatikan tasbih, tasbih alat untuk berzikir ini, yang biasanya terdiri 33 butir atau seratus butir dengan berbagai bahan. Ada yang terbuat dari kayu, batu, plastic, biji-bijian, Kristal bahkan ada yang terbuat dari gadingnya gajah purba, Mamuth,
Mungkin hanya di Rusia kita bisa mendapatkan tasbih di mana-mana. Tak terbayangkan ? kalau ada tasbih yang di jual Museum ! Kalau di Indonesia mungkin yang namanya tasbih hanya di jual di tempat-tempat yang berkaitan dengan keagamaan atau toko yang bernuansa keagamaan. Seperti di kios dekat masjid atau Mushollah atau di toko buku yang menjual kitab-kitab Al Qur’an, Hadist dan buku-buku yang keagamaan lainnya.
Namun bila kita di Rusia, di Moskow atau ke kota lainnya, kadang-kadang kita menemukan tasbih yang di jual di kios-kios yang menjual souvenir ! Dan tasbihnya berdampingan dengan tasbih untuk berbagai agama, ada tasbih untuk Islam, Kristen, Budha atau khong khu cu. Nah unik kan…?
Selama ini kan yang diketahui bahwa tasbih itu , apa lagi di Indonesia, tasbih itu hanya yang untuk muslim, yang jumlahnya 33 atau 100 butir ! Nah di Rusia juga ada tasbih untuk orang Kristen (rosario ), bedanyanya, di ujungnya tasbih itu bentuknya salib. Nah sedangkan tasbih untuk Budha atau Khong Khu Cu, biasanya bergambar dengan tulisan Cina atau ukiran seorang tua gendut, berkepala gundul dengan tasbih panjang di kalungi di lehernya.
Harga tasbihpun bermacam-macam, dari yang mulai 50 rubel sampai lebih dari 3000 rubel tergantung bahannya ! Pernah Saya melihat tasbih yang terbuat dari gading gajah purba, Mamuth, yang di jual di tempat pameran benda-benda seni di gedung kesenian Moskow, yang letaknya berhadap-hadapan dengan Park Kulture ( Sebuah taman tempat berlibur, sejenis dengan tempat rekreaksi keluarga ) yang dipisahkan oleh jalan yang melingkar di kota Moskow, disebut “ Golden Ring “ atau “ Jalotoy Kalso” nah tasbih itu benar-benar unik, karean memang di buat dari gading gajah tersebut, makanya harganya sampai di atas 3000 rubel, setara dengan 1 juta rupiah lebih !
Tasbih di Moskow , juga dapat kita beli di tempat-tempat rekreasi, seperti Kremlin… di kios-kios yang bereda di seketar Kremlin ini banyak kita dapatkan tasbih tersebut. Jadi tasbih di jual di tempat yang jauh dari kegiatan keagamaan !
Bila tasbih sudah ada dimana-mana, bukankah itu berarti secara tidak langsung Islam sudah menyebar ke mana-mana, menyebarnya melalui kebudayaan. Coba tengok … gereja-gereja di Rusia, kalau orang yang baru pertama kali melihat pasti akan menyangka, bahwa itu masjid ! Mengapa ? Ya karena gereja di Rusiapun berkubah, setengah lingkaran atau seperti mangkok yang tertungkup ! Loh bedanya di mana ? Ya diatas aja, kalau masjid puncak kubahnya bulan bintang, kalau di gereja puncak kubahnya salib, itu saja. Nah tempat ibadahpun sebenarnya adalah peradaban atau hasil budaya manusia, karena hasil budaya manusia, ya bisa saling meniru, siapa yang meniru siapa, itu perlu penelitian sejarah yang panjang !
Kembali ke tasbih, apa yang kita bisa perbuat dengan tasbih ? Ya paling tidak di masjid. Mushola, Surau atau di tempat-tempat pengajian ada tasbih. Mengapa ? Karena tasbih adalah alat untuk berdzikir, dengan adanya tasbih oaring akan spontan ingat dzikir, sedangkan dzikir adalah mengingat Allah SWT, jadi dengan adanya tasbih orang spontan ingat Allah !
Makanya mari kita “ memasyarakatkan tasbih dan mentasbihkan masyarakat ! “ Mulai dari kita sendiri dulu, paling tidak tak merasa malu mebawa tasbih, mungkin mulanya baru “pajangan” saja, lambat laut dengan tasbih menjadi berdzikir. Jangan tasbih hanya dijadikan judul novel atau judul film saja, yang ujung-ujungnya, ya soal cinta anak manusia yang bingung mencari pasangan hidupnya !
Ya boleh-boleh saja, lagi pula siapa yang melarang tasbih dijadikan judul novel atau film ? Tak ada yang melarang, hanya saja mari kita galakan tasbih yang sebenarnya, ya benar-banar tasbih untuk berdzikir kepada Allah SWT. Karena Allah sudah menjanjikan dalam firmanNya: “ hanya dengan berdzikir kepada Allah, hatimu akan tenang, hatimu akan damai dan jiwamu menjadi tentram “ Dan dzikir akan terasa lebih mantaf, bila tasbih yang kita pegang.
Tasbih sekali lagi memang hanya alat, tapi alat yang sederhana ini, bisa menjadi “senjata” ampuh melawan peradaban dan kebudayaan Barat, kalau orang Barat kebanyakan “ nyekek botol “ alias membawa minuman ke mana-mana, karena memang hobynya minum-minuman keras, maka mengapa kita yang muslim tidak membiasakan membawa Tasbih atau Al Qur’an ? Ayo mari kita galakan … sekarang juga, hari ini juga, saat ini juga membawa tasbih ke mana-mana ! Bukan sok alim …. tapi paling tidak ketika ada tasbih di saku dan terpegang tangan, spontan ingat Allah, karena ada alat ingatnya, yaitu tasbih !
Mari kita perangi kebudayaan atau peradaban Barat yang merusak, seperti perjudian, miras, narkoba dan lain sebagainya dengan “senjata” tasbih, karean dengan tasbih berarti secara spontan kita akan ingat Allah, bila ingat Allah, insya Allah kemaksiatan akan jauh. Mana buktinya ? Silahkan perhatikan mana ada orang yang lagi berjudi megang tasbih, mana ada orang yang sedang minum-minuman keras megang tasbih, mana ada orang yang sedang menggunakan narkoba megang tasbih ? Saya yakin tak ada, kalaupun ada, itu orang ”gila” , Hanya orang “gila” yang memadukan dzikir dengan maksiat !
Sedangkan kebudayaan atau peradaban Barat yang baik, bukan diperangi, tapi kita gandengkan dengan tasbih. “ Tasbih di tangan kanan, HP di tangan kiri “ atau “ Hati Mekkah, Otak Jerman “ bolah juga: “ Berzdzikir saat Berinternet “ semuanya memadukan dunia dan akherat ! Ayo pegang tasbih, ayo jadikan tasbihmu “senjata”mu melawan segala macam kemungkaran dan kemaksiatan. Insya Allah, taufik, hidayah, ridho dan ampunanNya selalu menyertaimu.