Banyak orang yang bingung ketika disuruh untuk menulis, untuk itu mari, saya ajak anda mundur ke belakang, ke-14 abad yang lalu, ketika Rosulullah SAW pertama kali mendapat wahyu untuk membaca.
“Iqro, bacalah!” kata Malaikat Jibril kepada Muhammad SAW.
“Saya tak bisa membaca!” kata Muhammad SAW.
“Iqro, bacalah!” Jibril mengulang perintahnya pada Muhammad SAW.
“Saya tak bisa membaca!” Muhammad SAW mengulangi kata tersebut, karena memang Beliau waktu itu tidak bisa membaca, jadi apa yang harus dibaca? Begitu kira-kira alasan Muhammad SAW, yang waktu belum menjadi Rosulullah SAW.
“Iqra, bacalah!” Jibril mengulang untuk ketiga kalinya, konon sambil mendekap Muhammad SAW, nah untuk ketiga akhirnya Beliau bisa membaca dan maka wahyu pertama yang turun kepada Muhammad, dengan demikian ‘resmilah’ Beliau menjadi Rosulullah SAW, utusan Allah SWT.
Surat Al-Alaq ayat 1-5, ”Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Lima ayat inilah yang ‘meresmikan’ atau menjadi tonggak sejarah Muhammad menjadi Rosulullah SAW, utusan Allah.
Lihat dan perhatikan kata Iqro, bacalah! Apa yang dibaca pada saat itu? Yang jelas waktu pertama kali ayat itu turun, nabi Muhammad SAW hanya berdua dengan malaikat Jibril. Jadi apa yang dibaca? Qur’an pun belum dicatat pada pertama Beliau SAW mendapat wahyu itu, jadi apa yang dibaca oleh Beliau? Kalau sekarang perintah membaca itu, jelas, bertebaran Al-Qur’an, buku, majalah, koran, jurnal, brosur, bahkan di Internet, gudangnya perpustakaan sedunia, apa saja bisa dibaca!
Jadi apa yang dibaca oleh Beliau? Yang jelas bukan lembaran Al-Qur’an, karena Qur’an pun baru hanya lima ayat itu dan itupun turunya Qur’an tidak sekaligus, berangsur-angsur selama 23 tahun, tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari, begitu yang ditulis dalam buku-buku sejarah nabi Muhammad SAW. Jadi Muhammad SAW yang belum menjadi nabi saat itu “bertanya-tanya” apa yang dibaca?
Kalau dilihat konteks tersebut, sekali lagi jelas bukan lembaran Qur’an yang dibaca, karena Qur’an memang belum dibukukan, jadi kenapa diperintah Iqro, bacalah? Kata Iqro mempunya pengertian yang sangat luas, bisa memmbaca, menganalisa, memperhatikan, meneliti, mengamati dan lain sebagainya, itupun bukan dalam lembaran kertas! Tapi alam ini, hidup ini atau segala sesuatu yang menyangkut hidup dan kehidupan, baik tentang dunia maupun akherat, artinya yang dibaca, dianalisa, diamati bukan hanya hidup saat ini, tapi juga masa lalu dan masa depan.
Begitulah tentang membaca, begitu juga tentang menulis. Ketika anda disuruh menulis atau tepatnya mengarang, waktu sekolah dulu, mungkin bertanya-tanya sambil kebingungan, apa yang harus saya tulis? Apa yang mau saya tulis? Benar-benar bingung, iyakan? Padahal bahan tulisan itu luas sekali, seluas alam semesta ini.
Jadi bahan tulisan itu terbentang dari seluruh jagat kehidupan, dalam alam yang paling kecil, mikrokosmos, sampai alam yang tak terhingga luasnya, makrokosmos, tapi herannya banyak yang tak bisa menulis atau tak tahu apa yang mau ditulis, bahkan benar-benar bingung, apa yang mau ditulis, bahkan bisa buntu ketika akan menulis.
Sekali lagi, bahan tulisan itu begitu banyak, bahkan sangat tak terhingga banyaknya, apapun bisa ditulis.
Anda bisa mulai dari diri sendiri, dari setiap anggota tubuh anda bisa ditulis. Anda bisa mulai dari keluarga di sekitar anda, itu bisa anda tulis. Lebih luas lagi ke lingkungan sekitar tempat anda bekerja, kuliah, sekolah, bermaian dan sebagainya. Mau maju atau mundur tentang waktu, terserah anda, bebas. Penulis adalah manusia yang sangat merdeka, apapun bisa ditulisnya tanpa perlu takut-takut, dan tak perlu malu-malu.
Takut salah, takut tak ada yang membaca, takut tak diterima orang lain, takut salah ketik, takut salah ide, takut salah menempatkan kata atau kalimat dan lain sebagainya adalah “hantu” yang tak perlu ada! Itu semuanya adalah bayangan akan ketakutan, yang mestinya tak ada. Jadi mengapa takut, mengapa ragu? Ayo tulislah idemu, ide anda, ide apa saja yang terdapat dalam pikiranmu dan tentunya yang bermanfaat. Karena tulisan yang bermanfaat akan dibaca orang lain, akan memberikan inspirasi kepada orang lain, akan menggugah orang lain, akan memberikan motivasi kepada orang lain.
Jangan lupa pesan Nabi SAW,“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling berguna bagi sesamanya.” Nah melalui tulisan anda bisa berbuat baik bagi sesama manusia. Nah di jagat dunai maya sekarang ini, anda bisa menulis apa saja dan di media apa saja, terserah anda, anda bebas menuangkan ide-ide anda, dari ide yang sangat sederhana sampai ide yang mungkin tak terpikir manusia lainnya. Nah jadi mengapa masih ragu buat menulis?
Jangan biarkan ide-idemu hilang begitu saja, tanpa catatan. Catatlah … tulislah walaupun hanya satu ayat, satu kalimat! Idemu adalah hasil dari pemikiranmu yang datangnya bisa dengan tiba-tiba, bila tak dicatat, maka ide itu akan hilang dan tak dapat kembali lagi. Jangan biarkan hasil pemikiranmu berlalu tanpa catatan, tinggalkan untuk generasi mendatang.
Jasadmu boleh turkubur tanah, tapi idemu harus tetap hidup sepanjang jaman. Para tokoh masa lalu yang hidup berabad-abad yang lalu … tapi namanya masih tetap disebut orang, pemikiranya masih dikaji dan dipelajari orang. Padahal jasadnya entah sudah jadi apa, tapi hasil pemikiranya yang ditulis, sampai sekian abad tetap ada dan mengabadi!
Tulislah, walaupun hanya satu ayat. “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat,” sabda Nabi SAW. Satu ayat, satu kalimat yang punya makna… akan terus diingat manusia. Jangan ragu untuk memulai menulis, mulai dari satu kata: Bismillah! … teruslah menulis, anda harus meninggalkan sesuatu untuk generasi di masa kini dan generasi di masa depan. Jangan ragu … tulislah, walapun hanya satu kalimat.
Tulislah walaupun hanya satu ayat! Harta bisa hilang lenyap tanpa bekas, tapi ilmu yang ditinggalkan dan diwariskan, tak akan hilang. Itulah uniknya ilmu, semakin dibagikan pada orang lain, semakin bertambah. Lain dengan harta, semakin dibagikan, semakin habis , kecuali harta yang di keluarkan di jalan Allah, seperti infak, sedekah, zakat dan lain-lain, itupun jika memberikannya dengan ikhlas, bila tidak ikhlas … yang tidak dapat apa-apa dari Allah!
Wahai … sahabat, usiamu semakin mendekati kematian … umurmu semakin mendekati ajal, jangan biarkan berlalu tanpa ada ilmu yang kau wariskan bagi generasi yang akan datang. Tulislah wahai sahabat, walaupun hanya satu ayat, walaupun hanya satu kalimat …., sekarang ! jangan ditunda-tunda, siapa tahu besok hari anda sudah tiada.
Tulislah … tinggalkanlah ilmu yang bermanfaat. Selagi umur masih ada, selagi napas masih bisa berhembus, selagi tangan masih bisa digerakkan, selagi pikiran masih bisa bekerja, selagi mata masih bisa melihat, selagi telinga masih mendengar, selagi hayat masih di kandung badang, selagi jari jemari masih bisa mentut kyboar komputer, selagi bonus umur masih tetap diberikan Allah SWT.
Selagi keinginan dan kemauan ada, selagi minat masih menyala, selagi darah masih mengalir, selagi jantung masih berdetak, selagi mulut masih berkata, selagi kaki masih bisa berjalan, selagi karunia Allah masih kau terima, selagi air masih bisa kau minum, maka Tulislah, jangan biarkan ide-idemu hilang begitu saja.
“Iya … saya tahu banyak sekali waktu yang tersedia, dengan kata selagi, tapi dari mana mulainya?”
“Iya benar, dari mana dimulainya?”
“Saya paham, tapi mulainya kok susah sekali.”
“Sudah saya coba, tapi susah sekali menuangkannya.”
“Benar, sayapun begitu, mulai satu katapun susahnya minta ampun!”
“Memang kelihatannya gampang, tapi ketika menyusun kalimatnya, kok susah. Gimana dong?”
Dan banyak lagi yang senada dengan kalimat-kalimat keluhan di atas, jadi bagaimana solusinya? Ya tulis saja, tak akan pernah bisa menulis, kalau tak pernah dimulai. Ingat, jutaan kalimat yang berada di perpustakaan atau yang terdapat di buku-buku, majalah, jurnal dan lain sebagainya dari satu kata. Maka mulai dengan satu kata, kata apa saja. Coba lihat atau baca Al-Qur’an yang jumlah ayatnya tak kurang dari enam ribuan ayat, awalnya hanya dimulai dengan satu kata, Iqro, bacalah!
Nah begitu juga dengan penulis dan siapapun penulisnya, mereka akan mulai dengan satu kata! Bahkan kalau belajar dari cara Al-Qur’an menulis, terkadang bukan satu kata saja, bahkan satu dua hurup yang dirangkai, yang artinya sampai saat ini hanya Allah SWT yang tahu. Para ahli tafsir tak mempu menterjemahkan rangkai huruf terkadang hanya terdiri dua atau tiga huruf, seperti: “alif lam ro”, “alif lam mim”, “ya syin” dan lain sebagainya.
Jadi mengapa masih ragu untuk berbuat, menulis atau membaca? Ini dua rangkaian yang sejalan dan seiring. Anda akan lancar menulis kalau banyak membaca dan ketika anda membaca, anda sudah punya bahan untuk menulis. Jadi membaca dan menulis sudah dicontoh oleh generasi terdahulu, bacalah dan kemudian tulislah! Karena dengan menulis apa yang sudah andabaca, berarti anda telah mentranformasikan ke orang lain ilmu yang sudah anda dapat, kalau hanya mengandalkan ingatan akan cepat lupa, tapi ketika anda menulis akan mengabadi, karena ilmu itu sudah anda “ikat” berupa tulisan tadi.
Masih ragu? Kalau begitu, segera bangun, ambil computer atau laptop anda, ambil buku catatan anda atau ambil apa saja yang ada di sekitar anda yang bisa anda jadikan sarana untuk menulis, dan tulislah sekarang juga, saat ini juga, jangan ditunda-tunda! Katakan pada diri anda,“Saat ini saya menulis, karena saya tak tahu besok saya masih bisa menulis atau tidak?”