Sebulan lalu watchman gedung di mana kami tinggal datang ke flat. “Ada yang bocor dari kamar mandimu.” Dia beritahu saya. “Dari mana kamu tahu?” Tanya saya balik. “Airnya merembes ke luar.” Dia jelaskan lebih lanjut. Ya, tempat dia tinggal memang bersebelahan dengan kamar mandi saya. Pantes dia segera bisa mengenal apabila ada rembesan air dari apartemen kami.
Saya langsung persilahkan dia masuk ke kamar mandi. Dia cari bagian-bagian yang kemungkinan bocor, mulai dari bathtub hingga wash basin. Pada saat yang sama, saya beritahu pula bahwa ada yang bocor dari salah satu pipa kecil di kamar mandi. Dia selidiki kebenaran ‘laporan’ saya.
Ringkasnya, sesudah menembel sana-sini, dia coba perbaiki, pipa kecil yang bocor tadi. Selama proses perbaikan itu, saya sengaja tidak menungguinya. Selain memang tanggung jawab dia sebagai penjaga gedung, toh pekerjaan itu bukan bidang saya. Lagian saya tidak tahu banyak tentang urusan building maintenance seperti ini. “Tapi koq …lama sekali?” Itulah yang membuat saya heran. Sudah sekitar dua jam ketak-ketuk sana-sini, belum juga selesai urusannya. Beberapa kali saya tengok dia di kamar mandi.
Dua tahun lalu, si watchman yang pendatang asal Nepal ini, fisiknya kurus kering. Sekarang dia tampil beda. Badannya lebih berisi dan nampak segar. Yang saya tahu, dia pasti ‘kerasan’ tinggal di Doha-Qatar. Salah satu faktornya barangkali karena di building kami dia memiliki banyak kegiatan. Salah satunya, rata-rata penghuni building kami memiliki mobil. Kami meminta dia untuk membersihkan mobil. Upahnya, tentu saja tinggal mengalikan. Ambillah rata-rata Rp250 ribu per bulan. Jika sepuluh mobil, dia akan mengantongi tidak kurang dari Rp 2.5 juta. Belum lagi tambahan lainnya, misalnya tip, jika dia disuruh memperbaiki ini atau itu. Ada saja tentunya yang memberikan ekstra income baginya. Lagian, dia kan juga menerima penghasilan bulanan rutin dari building owner? Lengkaplah kondisi yang membuat dia secara financial semakin betah tinggal dan bekerja di negeri Arab ini, sebagai anak muda yang lajang.
Saya ketahui ini semua, lewat beberapa kali percakapan kami yang saya rasa nggak ada salahnya, sekedar ‘pengisi’ kekosongan sewaktu dia menyuci mobil, atau manakala saya harus membayar ongkos cuci mobil bulanan. “Kamu kelihatannya kerasan di sini…..” Saya bertanya kepadanya suatu hari. Dia jawab dengan senyuman. Pertanda setuju.
Melihat dia berada di dalam kamar mandi di tengah kucuran keringat yang dalam persepsi saya sebagai bukti kelelahan, membuat saya jadi kurang nyaman sebagai tuan rumah. “Apa nggak sebaiknya kamu panggil saja plumber building ini?” Saya mencoba mengusulkan. “Saya bisa kok!” jawabnya dalam ekspresi bahasa Hindi yang kental. “Tapi kenapa lama sekali…?” Sekali lagi, saya ingin lebih detail.
Menjelaskan yang satu ini, dia berkelit dengan sejumlah argumen yang saya tidak mampu mencerna. “Ah..sudahlah!” saya menenangkan kegelisahan diri karena ‘proyek kecil’ yang menurut saya terlalu berkepanjangan. Hampir 3 jam sudah si Rajan, sang watchman ini, mondar-mandir. Kok report sekali rasanya!
“Sudahlah Rajan…kamu ambil saja pipa tersebut. Toh saya nggak butuh!” Saya akhirnya tidak sabar dengan cara kerjanya. “Begitu?” Dia setengah bertanya, sambil mengusap keringatnya. Merasa kehilangan kepercayaan. “Ya! Soalnya kamu nggak bisa mengerjakannya!” Saya mencoba berterus-terang meski agak menyakitkan andai saja saya jadi dia. “Okey…!” jawabnya simple. Dua pipa kecil yang semula akan diganti, akhirnya dicabut. Lega lah saya.
Esok pagi-pagi, saat saya tengok kamar mandi, ada air menggenang di pojokan sebelah kanan pintu kamar mandi. “Barangkali sisa-sisa air mandi kemarin sore yang tidak sempat saya keringkan.” Prasangka saya.
Makanya, sesudah selesai mandi, dengan menggunakan wiper, saya keringkan bagian tersebut.
Pulang dari kerja, saya lihat hal yang sama. Ada genangan air di tempat yang persis sama. Berarti ada yang tidak beres. Saya ketuk pintu kamar si Rajan yang bersebelahan dengan gedung kami. “Rajan. Kamu tahu apa yang terjadi kemarin sesudah kamu ambil pipa itu? Saluran pipa yang satunya, kini bocor. Padahal sebelum kamu datang, ok-ok saja!” lapor saya. “Masak? Jawabnya, setngah tidak percaya. “Kamu ini memperbaiki apa merusak?” Tanya saya lagi sambil tersenyum. Bercanda. “Okey…nanti saya lihat!” Jawabnya. “Jangan tunggu nanti…sekarang aja!” pinta saya mendesak.
Rajan datang lagi ke kamar mandi, dengan sejumlah peralatan. Rembesan yang ke luar memang nampaknya sudah berhenti. Tapi kali ini muncul keluhan lainnya, yang menurut saya, karena si Rajan memang bukan ahlinya. “Kamu belajar di mana plumbing ini?” saya bertanya tentang siapa yang mengajari dia dalam urusan building maintenance ini. Dia jawab teknisi gedung kami. Saya pun percaya.
Kali ini tidak beda. Bahkan lebih buruk. Rajan makan waktu lama sekali di kamar mandi, utek-utek pipa dan macam-macam alat yang saya tidak tahu, kok urusanya jadi lebih sulit ketimbang ujian matematika. Sampai saya berkesimpulan: “Rajan..ye pani ka pipe ban koro, bass!” (Rajan….Tutup saja pipa air ini!). Perintah saya dalam Bahasa Hindi, jadi tidak sabar. “Kamu panggil saja plumber building ini lain waktu!” dia pun mengiyakan.
*****
Sore tadi…..Rajan datang lagi. Kali ini tidak sendiri. Dia ditemani seseorang yang saya pernah melihatnya. Kembali, Rajan ke kamar mandi dan dia ganti pipa-pipa lama yang bocor yang saya pernah laporkan. Dia juga pasang balik dua pipa kecil di sana.
Dalam beberapa saat saja semuanya beres. Kepada seseorang yang menemani Rajan, saya bertanya: “Kamu kan plumber building ini?” Saya ingin memastikan kebenaran perkiraan saya. “Dia muridmu?” saya bertanya sambil mengarahkan gerakan kepala saya ke arah Rajan. Dia jawab dengan senyuman yang berarti ‘ya’.
Sesudah memperbaiki pipa-pipa di kamar mandi utama, Rajan juga memperbaiki sedikit kerusakan di kamar mandi satunya yang lebih kecil. Namun kali ini sang plumber sendiri yang mengerjakannya.
Usai soalat Maghrib, saya melihat pekerjaan sudah selesai. Si Rajan menyapu lantai bagian luar flat, masih dalam gedung kami. Seperti biasa, sambil memandang saya, dia tersenyum, seolah-olah ingin menjelaskan bahwa Rajan yang sekarang, bukan Rajan yang dua bulan lalu. Melihat pekerjaannya, saya jadi lega.
*****
Hikmah yang saya petik dari kejadian di atas adalah: the importance of teamwork. Sebuah pekerjaan, baik besar maupun kecil, akan terasa lebih ringan jika dikerjakan bersama-sama. Apalagi jika kita dalam proses belajar. Dengan melibatkan senior, pekerjaan yang berat akan jadi lebih mudah lantaran kita mendapatkan dukungan dari orang yang lebih berpengalaman.
Sebaliknya, pekerjaan yang ringan akan menjadi gampang sekali jika dirampungkan bersama-sama. Pekerjaan akan jadi lebih sulit, apalagi jika skalanya besar dan tingkat kesulitannya tinggi, tanpa melibatkan orang lain.
Seringkali kita menganggap bahwa kita bisa menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain sama sekali. Ada kesan, tanpa kita sadari, seolah-olah kita ingin menunjukkan kemampuan independensi kita. Memberikan impresi bahwa kita mampu.
Sebenarnya, sekali lagi, tanpa kita sadari bahwa dengan melibatkan orang lain dalam suatu pekerjaan, lebih memberikan impresi bahwa kitabukan hanya sebagai orang yang fleksibel, mudah diajak bekerja-sama serta mampu berkoordinasi. Yang lebih penting lagi adalah kita ternyata menjadi bagian dari team kerja yang baik.
Pemimpin-pemimpin besar dalam sejarah, termasuk Rasulullah Muhammad SAW, dalam hidupnya selalu melibatkan orang lain dalam banyak hal. Mulai dari urusan perdagangan, ekonomi, politik, pemerintahan hingga peperangan. Hal ini yang membuat kedudukan beliau yang bahkan disegani oleh musuh.
Dua tahun lalu, Rajan yang dalam kacamata saya layiknya anak ‘kemarin sore’, hari ini membuat dia beda. Dia banyak belajar dalam team. Saya yakin, dia bukan orang yang terpelajar, karena kemampuan Bahasa Inggris nya juga amburadul. Tapi kemampuan mengasa potensi yang dimilikinya, untuk bisa menjadi dari bagian dari teamwork, patut saya hargai.
Dua tahun sesudah dia merangkak di bumi orang lain yang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang sekelas dengan dia, tergolong sulit sekali, bagi dia, sebagai ajang tantangan. Saya belum pernah menjumpai warga Indonesia yang ‘berprofesi’ sebagai watchman di Qatar. Rajan bagi saya ‘berhasil’, membawa dirinya ke tangga status kehidupan yang lebih baik.
Selain sebagai watchman, pencuci mobil, plumber, electrician, cleaner, Rajan punya peran dalam garda terdepan dari real estate management tempat dia bekerja. Sekedar informasi, bahwa posisi watchman dalam bisnis Real Estate begitu besar. Dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Guna menggapai prestasi, orang tidak harus menjadi professional besar seperti akuntan, engineer atau dokter. Tanpa banyak berteori, Rajan menyadari posisi, tugas serta tanggung-jawab dalam team. Dan dia mampu meraih itu semua. Hal ini, tidak lain dan tidak bukan, lantaran dia pandai menempatkan posisinya sebagai bagian dari team: koreksi kesalahan, raih perbaikan!
Doha, 22 January 2011
[email protected]