"Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusui dengan air susunya dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit, dirimu kembali sehat.”
Kalimat itu kubaca dalam sebuah blog seorang kawan. Menyentuh dan menyeruak begitu mendalam. Sunguh tak bisa kita pungkiri, setiap dari diri kita pasti memiliki sejarah mengharukan tentang kasih sayang orang tua, yang pengorbanan beliau telah kita saksikan sendiri sedari kita belum terlahir kedunia bahkan hingga detik ini. Maka, Allah menaruh penghargaan yang tinggi dengan diturunkannya QS. Al-Isra’: 23 “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mnegatakan kepada keduanya perkataan “ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Sa’ad bin Waqash yang diberi dua buah opsi oleh ibunya yang masih musyrik, yaitu kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan minum sampai mati. Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, sang anak berkata, "Wahai Ibu, seandainya Ibu memiliki 1000 jiwa sekalipun, dan kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan keimanku dan keIslamanku. Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak." Melihat sikap Sa’ad yang bersikeras itu maka ibunya pun menghentikan aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (QS. Luqman:15).
Amanah yang tak lekang oleh masa adalah amanah kita sebagai anak. Tidak dibatasi oleh ketiadaan orang tua di dunia, karena sudah tentu segala bentuk kebaikan ibu dan bapak takkan pernah bisa dibalas seutuhnya oleh bakti anak pada orang tuanya. Semua itu tidak akan pernah sebanding, sebagaimana kisah yang tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja sang Ibu menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?" Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu"
Dalam hadits Bukhari, dikatakan bahwa “Sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih dan penyayang”
Kawan, inginkah kita termasuk hamba-hamba yang dirahmati Allah? Saya yakin semua akan berkata iya, karena itu.. jikalau ada jalan menuju Surga tepat di depan mata kita, jikalau ada jalan meraih ridhoNya ada di depan mata kita dan jikalau ada amalan paling utama tepat di depan mata kita, apakah kita tergugah untuk melakukannya?
Tentu, dengan birrul walidain: berbakti pada orang tua, berkasih sayang terhadap mereka.
Bahkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sungguh hina, sungguh hina, kemudian sungguh hina orang yang mendapatkan salah seorang atau kedua orang tuanya lanjut usia (semasa hidupnya), namun ia (orang tuanya) tiada memasukkannya ke surga.” (HR Muslim).
Naudzubillah.. Berlindunglah kita terhadapnya, mendustakan nikmat Allah yang dikaruniai pada tiap hamba-hambaNya. Dan semoga Allah mampukan kita menunaikan amanah kita di dunia, terlebih terhadap orang tua kita.
[email protected]:: Saat rindu takbir, sujud, dan salam bersama ayah bunda::