Oleh: Lizsa Anggraeny
"Itadakimasu…!" Terdengar teriakan suara anak kecil. Onigiri di tangan, bersiap disuapkan ke mulut. Tiba-tiba, suara lembut sang ibu bertanya sambil menahan tangan sang anak. "Sudah baca Bismillah belum?" Merasa kenyamanannya terganggu, si anak lalu berkata, "Tidak mau!" Mendengar jawaban seperti itu, sang Ibu berkata tegas, "Belum Bismillah, berarti onigiri ini nggak boleh dimakan. "Entah karena lapar atau memang tidak suka dengan teguran sang Ibu, si anak mulai ‘ngadat’ menangis keras. Salah satu teman si ibu yang melihat kejadian tersebut berkata. "Biarin aja onigirinya dimakan, sudah ngucapin itadakimasu, ya kan?" Sekilas ia melirik seolah mencari persetujuan.
Situasi seperti ini, pernah saya temui dalam acara pertemuan ibu-ibu. Ya betul, secara table manner Jepang, ucapan anak tersebut sudah benar. Tapi secara manner Islam, apakah sudah cukup? Tiba-tiba ingatan saya melayang pada sebuah buku yang berkisah tentang keutamaan basmallah. Pun teringat kepada seorang teman muslimah Jepang.
Dalam buku tersebut diceritakan, ada seorang isteri bersuamikan seorang munafiq. Sang isteri memiliki kebiasaan membaca basmallah setiap akan memulai sesuatu. Sang suami membenci perbuatan tersebut. Hingga suatu saat dia berjanji dalam hati, "Saya akan membuatnya malu!" Untuk melaksanakan niatnya, si suami memberikan pundi uang dan berkata, "simpanlah pundi ini. " Sang isteri menerima dan menyimpannya di sebuah tempat sambil mengucapkan basmallah.
Selang beberapa hari, diam-diam, sang suami mengambil pundi tersebut lalu membuangnya ke sumur belakang. Ia merasa senang karena akan bisa membuktikan pada isterinya bahwa tidak ada manfaatnya mengucapkan basmallah. Kemudian sang suami berpura-pura meminta isterinya untuk mengembalikan pundinya. Sang isteri mencari pundi tersebut di tempat ia menyimpannya sambil membaca basmallah.
Bersamaan dengan itu, Allah SWT memerintahkan Jibril turun ke dasar sumur untuk mengembalikan pundi tersebut. Sang isteri yang tidak mengetahui ulah suaminya, dengan mudah menemukan pundi yang dimaksud. Melihat hal itu sang suami terkesima dan bertaubat.
Ada pula kisah tentang Abu Muslim al-Khulani. Ia memiliki budak perempuan yang sangat benci padanya. Setiap hari, budak perempuan tersebut selalu menuangkan racun ke dalam minuman majikannya. Hal tersebut berlangsung hingga jangka waktu yang lama. Namun tidak ada perubahan sedikitpun pada sang majikan.
Hingga ia berterus terang. "Aku telah menuangkan racun sejak lama, akan tetapi tidak ada pengaruhnya sama sekali pada anda… " Mendengar itu, Abu Muslim berkata, "Setiap kali saya akan makan, minum atau melakukan pekerjaan, selalu membaca bismillahirrahmanirrahim. "
Sedangkan cerita lain tentang kekuatan basmallah, saya dengar langsung dari seorang teman muslimah Jepang. Sebutlah Tomoko-san. Bertemu pertama kali dalam satu pengajian di masjid sekitar Tokyo. Seringnya bertemu ada rasa penasaran yang tersimpan di hati. Bagaimana hidayah Islam itu datang padanya? Karena yang saya tahu, ia bersyahadah bukan karena pernikahan dengan seorang muslim. Hingga suatu saat saya beranikan diri bertanya.
Alasannya singkat. Ia mengenal Islam, karena terpesona dengan basmallah. Kalimat tersebut tidak sengaja ia temukan sewaktu masih SMA, di sebuah toko buku, di salah satu pojok bacaan tentang Islam. Di sana ia menemukan tulisan "Bismilahiirrahmanirrahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). " Pertama kali membaca kalimat tersebut, dadanya bergetar. Siapa Allah itu? Kenapa Ia memiliki rasa Maha Pengasih dan Penyayang? Darimana asalnya kata-kata seindah ini?
Sejak saat itu, ia seolah ‘jatuh cinta, ‘ pada basmallah. Meskipun tidak pernah tahu arti sesungguhnya bacaan tersebut, tapi ia percaya bahwa basmallah adalah sebuah ‘jampi-jampi’ yang dapat menjaganya dari hal-hal yang buruk. Di atas tempat tidur, meja belajar, di setiap buku ataupun dalam omamori pasti ia tulis kalimat tersebut.
Hingga suatu saat salah seorang guru yang mengetahuinya, melarang untuk meneruskan kebiasaan tersebut. Juga menasehati agar tidak membuka buku-buku tentang Islam. "Agama teroris, " begitu ucapan gurunya saat itu. Tomoko san hanya bisa tercengang kaget mendengar penjelasan tersebut. Benarkan Islam agama teroris? Jika teroris, mengapa memiliki kata-kata yang begitu indah seperti ini? Semakin hari, semakin penasaran ia dibuatnya.
Setelah lulus SMA, keinginannya untuk mengetahui arti sesungguhnya kata basmallah semakin kuat. Ia mulai rajin membaca beberapa buku Islam dan mendatangi perkumpulan-perkumpulan muslim. Hingga akhirnya hidayah itu datang dan syahadat diikrarkan. Ia percaya, dari kalimat basmallah jalan menuju hidayah terbuka.
***
Betapa hebat kekuatan basmallah. Meskipun secara sadar ataupun tidak, kadang kita melupakannya. Terimbas oleh kata-kata lain yang dianggap lebih baik. Terutama bagi muslim yang tinggal di Jepang, sebuah negara sekuler yang memiliki pola pemikiran ‘Islami’ tertib, teratur, disiplin.
Pola pemikiran mereka, terkadang menggeser pola pemikiran Islam. Tidak salah jika sang ibu di cerita atas, begitu tegas mengajarkan anaknya ucapan basmallah. Ibu tersebut pasti tidak ingin buah hati tercintanya terimbas oleh pola pemikiran Jepang. Dasar-dasar Islam harus diterapkan sedini mungkin agar di manapun berada, seorang muslim tetap memiliki izzah Islam.
Kembali ke basmallah, jika ditelusuri, kita akan menemukan mutiara ilmu yang luar biasa pada bacaan tersebut. Menyebut bismillah di permulaan tiap pekerjaan berarti kita sedang mengingat akan kebesaran Allah swt. Menyadari akan keagungan-Nya. Mendatangkan perlindungan-Nya. Betapapun sulit dan berat sebuah pekerjaan, akan terasa ringan dengan mengucapkan basmallah, karena ia mendatangkan ketenangan lahir batin. Kekuatannya tidak bisa tergantikan, meskipun ada kata-kata lain yang memiliki arti sedemikian bagusnya.
Jadi, tidaklah salah jika saya bertanya pada anda, "sudah baca basmallah?" Untuk mengawali aktifitas membaca tulisan ini.
Wallahu`alambisshowab.
Catatan:
1. Itadakimasu = Diucapkan oleh orang Jepang sebelum makan. Yang memiliki arti harfiah “saya terima berkah makanan ini”
2. Onigiri = Bulatan nasi khas Jepang yang dibungkus rumput laut.
3. Omamori = Benda (jimat ) yang dianggap sebagai pelindung.
Tokyo, aishliz et FLP-Jepang