Perkiraanku pertama kali terhadap Negara Mesir jauh dari kenyataan yang terjadi dilapangan. Diam-diam aku teringat selain negeri Musa Mesir juga negeri warisan Fir’aun, jadi tak heran kalau diantara mereka ada yang mewarisi prilkunya.
Kalau minoritas muslim di negara-negara Eropa mengalami perlakuan yang kurang wajar, seperti ke-tidakbebasan berbusana muslim/muslimah itu wajar, tapi dinegeri ini meski muslim mayoritas orang-orang asing masih saja kerap diperlkukan diluar perlakuan islami.
Ah, kebencianku semakin menjadi-jadi. Tak terasa pribadi mulia sang Nabi akhir zaman hampir terlupakan. Baginda nabi kita terlahir di negeri pepasiran ini. Ini suatu pertanyaan. Kenapa? Dari sini aku semakin sadar betapa negara arab mempunyai perwatakan yang keras, dan butuh pribadi yang cerdas penuntun mereka.
Kita tahu entah berapa kali perlakuan pahit dikukan kelompok penantang Islam kepada Nabi. Hingga klimaksnya beliau hendak dibunuh. Tapi balasan dari perlakuan mereka malah sebaliknya. Pemilik akhlak dan budi pekerti yang terpuji, ialah Muhammad Rasulullah Saw.
Ya Allah..telah jauh aku dari pribadi mulia Rasulmu. Ketika sedikit saja disakiti aku lalu membalasnya dengan yang berlipat. Aku tercampuk dari kesabaran dan mengambil hikmah dari apa yang terjadi.
Aku sulit bertahan, bersabar meski sejenak ketika diejek, dihina, disakiti. Padahal kau telah menjanjikan kebaikan bagi orang-orang yang bersabar.
Ya Allah..kumuhon kehadirat-Mu yang Maha kuasa sejagad raya, berikan ketabahan itu, ilhmahkan pribadi mulia RasulMu itu kepadaku agar bisa kujalani onak-duri sepanjang kehidupan ini.
Aku lupa dengan pribadi mulia RasulMu yang tabah ketika diludahi, dilempar, diejek oleh kaumnya. Tapi, kecintaannya semakin mendalam kepada kaumnya dan berdoa untuk mereka.
Ya Allah…yang Maha pengampun…telah berapa jiwa yang kusakiti. Telah berapa hati yang tersayat dari kalamku yang kasar. Dari tingkahku yang diluar sadar, Dari pergaulanku yang masih jauh dari sempurna.
Ya Allah ampuni aku dan mereka yang kudzolimi…berikan keberkahan dalam kehidupan mereka..
Terasa tegangan tinggi emosiku semakin menurun. Aku memandang langit biru pagi itu, masih sepi. Belum juga terdengar nyanyian alam lewat aktifitas makhluk yang beragam. Aku merasa ada alam lain yang harus kulewati buat meneruskan perjalanan fana ini, menuju arah perbaikan yang tentunya lebih berarti. Ya Allah kami memohon bimbingan-Mu menapak Firdaus-Mu. Semoga..[]
(Bu’us, 29 Agustus 2008)