Banyak orang menganggap aneh ungkapan ini. Semula mereka mengira bahwa ini adalah ungkapan yang dibuat-buat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Ini jelas keyakinan yang salah. Karena Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah, maka perencanaan yang matang untuk itu harus menjadi prioritas number one.
Kebanyakan manusia bahkan sekalipun dia seorang yang sangat menguasai dan mendalami din ini merencanakan dengan matang berbagai urusan duniawi mereka agar mereka meraih sukses pada waktunya. Misalnya ketika seseorang hendak bermain di sebuah klub olahraga pada pukul 19.00, maka ia akan berusaha dan bergegas. Jika ia seorang pelajar maka ia terlebih dulu akan mengerjakan pekerjaan dari sekolah yang menjadi tugas di rumah. Ketika datanglah waktu Isya, dianggapnya sholat berjamaah di masjid hanya akan membuatnya terlambat tiba di lokasi, maka ia mengatur sedemikian rupa sehingga satu sama lain tidak saling bertabrakan. Maka diakhirkannyalah waktu sholat Isya tersebut dan ia sudah siap berada di tempat olahraga pada waktunya.
Jika ia seorang karyawan, maka ia pun akan mengubah seluruh jadwalnya sehingga satu sama lain tidak saling berbenturan. Sebagai contoh di atas ia akan membawa istrinya ke rumah keluarganya setelah magrib dan keperluan belanja dia sudah lakukan sebelum ashar. Ada sebagian tugas yang ia dahulukan, ada yang ia delegasikan kepada yang lain dan ada juga yang diundurnya. Semuanya semata untuk keperluan bermain di klub olahraga tersebut. Begitu cermatnya seolah kegiatan di klub olahraga tersebut sesuatu yang sangat berarti baginya.
Sungguh ironinya sangat sedikit sekali orang yang membuat perencanaan yang matang untuk urusan akhiratnya. Ini adalah buah ketidak mengertian peran dan tugas seorang mukmin di dunia. Ia lupa atau pura-pura tidak ingat bahwa seorang muslim mempunyai waktu-waktu penting menyangkut hubungannya dengan Allah , juga waktu untuk membina dirinya sendiri menepati hal ini.
Contoh konkrit merencanakan bagian kita di akhirat adalah Qiyamul lail. Seorang yang berkehendak kuat untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat maka ia akan bangun malam membuang dan menertibkan agenda-agenda yang kurang penting dalam hariannya. Termasuk memperhatikan asupan makanannya dari yang haram, mengurangi makan malam dan kegiatan yang melelahkan otot yang meyebabkan malas dan sulit bangun tidur.Demikian pula orang yang berencana menghadiri halaqah ilmu, ia akan menyusun semua jadwalnya sehinga tidak bertabrakan dengan halaqah tersebut, dan meyelesaikan seluruh keperluannya dan keluarganya beberapa waktu sebelumnya, sehingga ia dapat hadir tepat waktu dan tidak kehilangan kesempatan meraih ilmu.
Yang cukup menyedihkan, banyak sekali orang yang menganggap remeh perencanaan hal-hal yang menyangkut urusan akhirat dan tidak bersedih karena kehilangan hal itu !! Sementara mereka begitu suka merencanakan hal-hal yang menyangkut dunia dan bersedih karena kehilangan hal itu. Lihatlah bagaimana sibuk dan pentingnya urusan atribut pernikahan, hingga pengantin dan para panitianya rela tidak shalat karena sudah memakai pakaian adat dan terkalahkan oleh acara adat yang dianggap super sakral dan teramat penting untuk diabaikan detik demi detik urutan pelaksanaannya…Tanpa mengurangi kemuliaan suatu pernikahan, syariat Islam saja sudah memudahkan sangat pelaksanaannya, cukup ada mahar, ijab qabul yang hanya sekian detik, wali dan saksi…lalu kenapa jadi repot?? …nastagfirullahal azhiim..faghfirlana -Syekh Abdul Hamid al Bilali-