Sosoknya tegas, sederhana namun berwibawa. Di negerinya dia menjadi pemimpin yang dihormati, dialah Ahmadinejad, Presiden Iran saat ini. Salah satu presiden yang berani berkata tidak kepada sang imperealis Amerika di bawah kuasa Bush. Ketika berkunjung ke Indonesia, diapun dielu-elukan, dinanti-nanti. Dia menjadi seorang yang begitu dirindukan. Karena pembawaan dan sifatnya itulah, sangat wajar kalau dia mendapat sambutan yang luarbiasa di negeri kita, karena memang jarang pemimpin yang semacam itu.
Sebenarnya, ada seutas pengakuan diam-diam dalam diri kita bangsa Indonesia, jujur mengakui bahwa dia memang orang hebat, dan kita rindu pemimpin seperti Ahmadinejad. Entah kapan, kita bangsa Indonesia ini bisa memiliki sosok yang mirip seperti dia, setidaknya pemimpin yang berani untuk tidak tunduk kepada kuasa asing (Amerika) yang terbukti nyata-nyata telah membawa kesengsaraan rakyat di negeri ini.
Untuk beberapa saat lamanya, saya merenungi sosoknya. Mencari sebuah rahasia mengapa dia selalu dirindukan oleh banyak orang. Kemudian, saya sedikit memahami bahwa dia memang sosok yang khas dan unik. Kepribadiannya itu tepat dan pas dalam kapasistasnya dia sebagai seorang presiden (pemimpin). Sebagai pemimpin, dia tahu apa yang seharusnya dilakukan, dan mengerti betul kemauan rakyatnya. Dengan begitu, dia mendapat dukungan warga di negerinya dan bahkan sampai di luar negeri, khususnya dunia Islam. Dia menjadi inspirator dan simbol perlawanan terhadap Barat (Amerika).
Lantas, bagaimana dengan kita&hellip.orang -orang biasa ini. Apakah kita bisa menjadi sosok yang dirindukan..?
Bagi orang-orang biasa, cukuplah kita mempunyai kemanfaatan bagi orang lain. Kita menjadi orang-orang yang senantiasa bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu kita bisa menjadi sosok yang dirindukan pula. Tentu alasannya bukan saja karena Islam mengajarkan hal itu. Tapi, lebih karena kita telah mendeklarasikan diri bahwa kita adalah seorang muslim sejati. Seorang yang konsisten dengan nilai-nilai Islam yang lurus. Menjadikan Al-Qur’an sebagai inspirasi terhadap kerja-kerja besar kita semasa didunia ini. Harapannya jelas, di dunia peradaban Islam bisa terbangun dan mencapai kejayaan, kemudian kelak di akhirat, kita pun bisa menikmati sebuah kebahagiaan yang hakiki.
Maka dari itu, agar kita senatiasa dirindukan, contohlah lebah.
Di dalam Al-Qur’an Allah telah memberikan perumpamaan tentang lebah. Dalam berbagai kesempatan, lebah selalu memberikan kemanfaatan kepada yang lain. Menjadi perantara bagi tumbuhnya bunga-bunga yang indah, menjadi makhluk yang suka bekerja keras, dalam bahasa kita sebagai kader dakwah adalah nahnu qoumun amaliun (kita adalah kaum suka beramal), belum lagi sari madunya yang bermanfaat sebagi obat berbagai macam penyakit.
Berangkat dari sosok Ahmadinejad dan perumpamaan atas lebah kita bisa belajar untuk menjadi sosok yang dirindukan. Kita tidak semestinya berlebihan dalam mengagumi sosoknya. Yang penting justru rahasia di balik itu, karena kitapun bisa melakukan hal yang sama sebab oleh Allah tiap manusia diberikan sesuatu yang unik pada diri masing-masing.
Nah, agar kita dirindukan oleh teman, saudara dan orang-orang terdekat kita, cukuplah kita berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka sepanjang yang kita bisa. Insyallah dengan begitu kehadiran kita di tengah masyarakat kita menjadi berarti. Kehadiran kita dinanti dan dirindukan. Ketika kita hadir orang senang, tapi ketika kita tidak ada orang rindu kepada kita. Bukan justru sebaliknya, kita menjadi biangkerok dalam setiap kesempatan yang ada, selalu menjadi sumber masalah yang memperkeruh suasana Semoga kita termasuk kedalam orang-orang yang senantiasa memberikan kemudahan dan kemanfaatan kepada orang lain.
freelance_corp (at) yahoo.com