Suara Hati

Cuaca panas dan terik di kota Bangkok. Kolam renang di apartemen kami terlihat ramai. Udara panas seperti ini membuat siapa pun kegerahan, berendam di sejuknya air menjadi pilihan banyak orang.

Kupercepat langkah saat melewati area kolam renang. Entah mengapa, diri ini merasa malu saat melihat mereka, wanita-wanita dalam balutan two pieces..

Biasanya hampir setiap sore saya mengajak anak-anak bermain di area kolam renang, menikmati indahnya suasana sore.

Tapi melihat ramainya kolam renang dengan wanita yang hanya berbalut two pieces, saya jadi malas mengajak anak-anak keluar rumah.

Di rumah dengan ketat saya mengontrol acara televisi yang pantas ditonton anak-anak, tapi begitu keluar dari pintu rumah, saya tak lagi berdaya..

Aduhai, betapa berat hidup seorang muslim di kota ini, pikirku. Benteng imannya harus benar-benar kokoh, bila tidak akan dengan mudah tergelincir ke jurang dosa!

Bukankah seorang muslim diharuskan menahan pandangannya terhadap wanita bukan muhrimnya? Sementara di sini wanita dengan aurat terbuka sangat lebar menjadi pemandangan sehari-hari.

Mereka yang ladyboy dan para transgender pun seakan tak mau kalah, berpakaian seronok “wajib” hukumnya bagi mereka!

Di malam hari kota ini pun menyuguhkan “keindahan” kehidupan malamnya, kelap-kelip lampu dengan poster besar bergambar wanita berparas jelita nan-sexy bertebaran di sepanjang jalan!

Hiburan malam ini nampaknya telah menjadi bagian dari industri pariwisata. Mungkin ini sebabnya industri pariwisata di negeri ini menjadi maju, karena inilah yang dicari para wisatawan mancanegara, mencari surga dunia, katanya.

Wisata ke tempat maksiat telah menjadi paket wisata mereka, bagian dari city tour! Tak mau ketinggalan, turis asal Indonesia ikut menikmati wisata ke tempat maksiat ini. Astaghfirulloh…

Bagaimana dengan minuman keras? Setali tiga uang. Minuman keras di sini dijual bebas, hingga di warung-warung pinggir jalan.

Pernah saya berbincang dengan seorang kawan asal Thai, dia mengatakan bahwa dia sangat bersyukur karena agama yang dianutnya tidak melarang untuk mengkonsumsi alkohol, karena sulit rasanya untuk hidup tanpa alkohol!

Ah, perjudian nampaknya juga begitu mendapat tempat di hati masyarakat. Di pagi hari para penjual karcis lotre sudah ramai dikerumuni pembeli.

Padahal harga karcis lotrenya menurut saya cukup mahal, 100 Baht atau kira-kira 30.000 Rupiah. “Mencoba keberuntungan, untuk senang-senang,” jawab seorang kawan ketika kutanyakan mengapa ia suka membeli karcis lotre.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa dari kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu, hendaklah dengan hatinya. Tetapi itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Ya Allah.. Ampuni hamba-Mu yang lemah ini, begitu nyata kemungkaran depan mata, sementara kedua tangan ini tidak mampu berbuat apa-apa, hanya hati ini yang resah, hanya hati ini yang tidak ridha.. dan inilah selemah-lemahnya iman..

Yang dapat kulakukan hanyalah menjaga diri dan keluargaku.. Ya, menjaga iman di hati agar selalu membentengi diri dari segala perbuatan dosa, menjauhkan diri dari segala yang dilarang oleh Allah.

Ya Allah.. Karuniakanlah kepadaku untuk selalu mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang bisa mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.

Ya Allah.. Apa yang Engkau karuniakan kepadaku dari apa yang aku cintai, maka jadikanlah hal itu sebagai kekuatan bagiku untuk melakukan apa yang Engkau cintai.

Ya Allah.. apa yang Engkau palingkan dariku atas apa yang aku cintai, maka jadikanlah hal itu sebagai keluasan bagiku untuk melakukan apa yang Engkau cintai.. aamiin.

Wallahua’lam bish-shawaab. Bangkok, 4 Mei 2011.