"Pay Indonesia stan thun kha"(ke kedutaan Indonesia ya Pak), ucapku pada pengemudi taksi. Bismillah… Saya bernafas lega ketika duduk di dalam taksi. Butuh sedikit “perjuangan” sebelum akhirnya bisa pergi.
Tadi sebelum berangkat, si kecil (2 tahun) menolak untuk mandi. Berbagai cara saya membujuknya agar ia mau mandi, tapi tidak berhasil, ia malah menangis keras. Semakin kubujuk, tangisannya semakin keras. Duh, bagaimana ini, rugi rasanya kalau melewatkan ta’lim yang sudah saya tunggu-tunggu.
Setengah jam berlalu sudah, padahal ta’lim dimulai pagi pukul 10.00. Lokasi kedutaan cukup jauh dari rumahku, belum lagi lalu lintas di pagi hari biasanya sangat padat.
Tak mau menyerah, kucoba mengajak si kecil bermain di playground yang ada di area apartemen kami. Dengan harapan, kalau hatinya telah senang mudah-mudahan dia akan senang hati kuajak mandi.
Alhamdulillah, seusai bermain di playground, anakku menurut saja ketika kubawa ke kamar mandi. Kutengok jam dinding, sudah pukul 9.30. Mudah-mudahan tidak ketinggalan mendengar tausiyah dari ustadz, doa saya dalam hati…
Mesjid As-Safir KBRI telah penuh oleh peserta Majelis Ta’lim. Saya segera duduk dan menyimak tausiyah. "Salah satu tanda dari akhir zaman adalah munculnya Dajjal. Rasulullah telah memperingatkan kita terhadap bahaya Dajjal. Ciri-ciri Dajjal dijelaskan secara terperinci oleh Rasulullah. Ia seorang pemuda, mata sebelah kanannya buta, sedangkan mata yang sebelah kiri menonjol keluar, diantara kedua matanya tertulis “Kafir”. Masya Allah, mendengar nama Dajjal lengkap dengan ciri-cirinya, sungguh membuatku merinding.
“Fitnah Dajjal ini sangat besar dan berbahaya, karena itu Rasulullah mengajarkan kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal di setiap sholat setelah tasyahud.
”Apabila salah seorang di antara kamu bertasyahud, hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah Swt dari empat hal: dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah Dajjal, dan dari fitnah kehidupan dan kematian.” (HR. Muslim).
“Rasulullah juga memberi tahu amalan yang dapat melindungi kita dari finah Dajjal ini, yakni dengan membaca sepuluh ayat dari permulaan surat Al-Kahfi di hari Jum’at.” Jelas Ustaz lagi.
“Setiap orang beriman akan dapat mengenali Dajjal yang berciri tulisan “Kafir”, walaupun ia buta huruf."
" Jadi Ibu-ibu…Kira-kira apakah Abu Jahal bisa mengenali Dajjal?” Tanya Ustaz kepada peserta majelis. Tidakk… Jawab kami serempak. “Betul sekali, Orang yang tidak beriman, tidak akan mengenali Dajjal!”
“Nah, Selain mata, apa yang kita butuhkan untuk bisa melihat? Untuk bisa melihat kita butuh cahaya!”
Rasulullah bersabda, “Musuh kita itu seperti semut hitam yang berjalan dia atas batu hitam, di gelapnya malam!” “Tanpa cahaya mustahil kita bisa melihat! kita butuh cahaya dari Allah!”
“Mari ibu-ibu, kita pergi ke surat An-Nur ayat 35: “Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalamnya ada tabung kaca. Dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.Cahayanya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang-orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
“ Apa yang dimaksud dengan “lubang yang tidak tembus” dalam ayat ini? “Lubang tidak tembus” itu adalah hati kita!"
“Karena itu, jagalah sungguh-sungguh hati kita, jangan kita nodai dengan titik hitam dosa! bersihkan selalu tabung kaca di hati kita agar cahayanya tidak redup! Berikan minyak terbaik agar cahayanya terang berkilauan!”
Subhanallah… kembali kudapatkan oleh-oleh istimewa dari majelis ta’lim. Kurasakan nikmat menelusup ke dalam kalbu ini.
Majelis ditutup oleh Ustaz dengan doa, kamipun segera bersiap melaksanakan shalat Zuhur berjamaah.
Ya Allah… Mudahkanlah langkahku selalu untuk datang ke majelis ilmu, agar aku senantiasa dekat dengan-Mu, Ya Allah… Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (at-Tahrim [66]: 8)
Wallahua’lam bish-shawaab. Bangkok, 11 Mei 2011.
Catatan: Penulis menuangkan kembali tausiyah dari ustaz dalam bentuk tulisan. Yang tertulis di sini tidaklah sama persis kata per kata, namun demikian penulis berusaha untuk tidak mengubah isi tausiyah.