"Madame, is pig your God?" Astaghfirullah… Saya terperanjat mendengar pertanyaan itu. Tapi saya segera sadar, pertanyaan tersebut diajukan oleh khadimat saya, seorang Burma keturunan Nepal, yang beragama Hindu. Tuhannya adalah sapi, karena itu ia tidak makan daging sapi.
Pertanyaan Pi Bunu (Pi dalam bahasa Thai berarti Mbak ) membuat saya tersadar, bahwa khadimat saya belum mengenal Islam. Ya Allah… orang yang begitu dekat dengan saya, seharian penuh ada di rumah saya, tidak menyembah Engkau… Ada tekad kuat dalam hati ini mengenalkan islam pada Pi Bunu.
Saya jelaskan padanya…Tuhan saya hanya satu, yaitu Allah. Kami orang Islam tidak makan babi karena diperintahkan Allah untuk tidak makan babi. perintahNya ini jelas ada dalam kitab suci Al-Quran.
Lain waktu Pi Bunu datang kepada saya membawa sebuah “berita gembira”, "Today is my God’s birthday!" Ujarnya dengan wajah gembira. Astaghfirullah… lagi-lagi saya beristighfar, Tuhan ulang tahun? Berarti Tuhan dilahirkan? Tuhan punya orang tua? Sungguh, Ini bertentangan dengan ajaran Islam, kita tahu betul bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan (Q.S Al Ikhlas).
Kapan Tuhan Ibu ulang tahun? Tanya khadimat saya kemudian. Ah pertanyaan yang kunanti-nantikan. Saya jelaskan dengan lembut padanya, bahwa Allah tidak dilahirkan. Allah tidak pula mempunyai anak. Dialah Yang Awal, yang Akhir… tidak ada sesuatu yang setara dengan Allah.. Sepertinya Pi Bunu mencoba memahami penjelasan saya, ia termenung.
Di hari Sabtu Pi Bunu sering meminta ijin kepada saya untuk pulang cepat karena dia hendak pergi ke kuil intuk beribadah. Hati ini sungguh berat ketika mengijinkannya. Bukan, bukan karena saya merasa jam kerjanya di rumah saya jadi berkurang, tapi dengan memberi ijin padanya, seakan saya mendukungnya untuk beribadah kepada selain Allah! Saya tanyakan padanya, apa yang diperbuatnya di kuil? Memberi makanan untuk Tuhan berupa buah-buahan, jawabnya. Akan saya terangkanpadanya cara orang Islam beribadah… janji saya dalam hati.
Alhamdulillah, kesempatan itu datang, waktu itu selepas saya sholat Zuhur, Pi Bunu menghampiri saya, "Madame, why were you crying when you were praying?" Tanyanya padaku. Rupanya dia memperhatikan saya ketika saya menunaikan sholat Zuhur tadi. Dengan hati-hati saya uraikan… Sholat adalah ibadah kepada Allah, kita menghadapNya.
Saya melakukan gerakan sujud, menyungkurkan kepala, sebagai tanda saya merendahkan diri di hadapan Allah…Ketika menghadapNya sungguhsayamerasa sangat rendah, karena itu saya menangis…Saya tidak punya apa-apa, karena semua adalah dari Allah, semua yang saya miliki adalah milikNya, Dialah yang Maha Kaya. Makanan yang saya makanpun dariNya, Allahlah yang memberi saya makanan, bukan sebaliknya…
Bukan masalah tauhid saja, saya berusaha mengenalkan Islam kepada Pi Bunu dengan perilaku saya sehari-hari. Ingin saya tunjukkan padanya bahwa Islam adalah agama yang sungguh indah. Saya tidak pernah memarahi Pi Bunu. Saya juga katakan bahwa saya tidak mau dia kelaparan.
Dia boleh makan makanan yang ada di rumah, karena dalam Islam sungguh saya berdosa bila dia mencium aroma makanan, tapi saya tidak memberinya makanan itu. Pi Bunu mengangguk senang.
Pembaca… Cerita saya di atas adalah upaya saya untuk mengenalkan Islam kepada Pi Bunu. Saya sayang kepada khadimat saya, tidak ingin nantinya dia termasuk ke dalam golongan yang merugi. Saya sadar sepenuhnya bahwa sebaik-baik pemberi petunjuk adalah Allah Swt. Allah yang menguasai hati setiap manusia, Allahlah Sang Maha Pembolak-balik hati.
Karenanya, kuselipkan nama Pi Bunu dalam doa, semoga Pi Bunu memperoleh hidayah Allah… hidayah yang akan mengeluarkannya dari kegelapan menuju cahaya ilahi. Yaa Allah, Yaa Rabb… Sujud syukurku kepada Engkau, telah Engkau anugerahkan hidayah islam dan iman kepadaku… Ya Allah…berikan aku hidayah-Mu, agar aku senantiasa menjaga dan menjalankan agama yang indah ini dengan sebaik-baiknya. Amiin Yaa Rabbal alamiin..
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”(Q.S Al Maidah :3)
Wallahu ‘alam bishshawaab. Bangkok, 7 Maret 2011.