“Meninggalkan dunia hitam… helai demi helai rambutku…” Ungkapan hati yang ditulis seorang teman, membuat saya tersenyum, tergelitik, dan kemudian berpikir…
Bagaimanakah seharusnya kita, khususnya muslimah, menyikapi kenyataan bahwa kita tak lagi muda? Kulit yang tak lagi elastis, kerutan di wajah semakin jelas, rambut yang tak lagi hitam sempurna…
Apakah kita lantas menjadi gundah gulana, resah gelisah, dan takut? Apa yang kita takuti? Takut tak lagi terlihat cantik, menarik, dan juga takut suami berpaling kepada wanita lain yang jauh lebih muda dari kita? Hmmm… Ketakutan yang terakhir ini tentu bukan tanpa alasan, karena survei membuktikan, segelintir laki-laki memang ada yang seperti itu tabiatnya…
Berbagai upaya pun kita lakukan demi mencegah penuaan. Sibuk merawat kecantikan lahiriah, memakai berbagai produk kosmetik anti aging, mungkin mendatangi klinik-klinik kecantikan, atau bahkan tak ragu melakukan bedah plastik!
Tapi kalau kita berpikir lebih dalam lagi, menjadi tua adalah suatu hal yang patut kita syukuri. Tanda-tanda-tanda penuaan adalah bukti bahwa Allah swt sangat sayang kepada kita! Di balik penuaan ada hikmah luar biasa! Ya, Allah mengingatkan kepada kita bahwa mungkin jatah hidup kita di dunia sudah hampir habis, waktu kita di dunia fana ini semakin sedikit, dan malaikat Izrail telah bersiap menjemput kita…
Ah betapa kita selalu memikirkan pandangan orang lain terhadap diri kita. Kita selalu ingin terlihat cantik di mata orang. Kita berpakaian indah nan serasi, memoleskan kosmetik pada wajah, memakai assesori penunjang penampilan…
Tapi pernahkah kita berpikir bagaimanakah pandangan Allah terhadap diri kita? Tengoklah kembali hari-hari yang telah kita lewati, betapa sering kita lalai menjalankan perintah Allah…
Duhai Allah yang MahaMenatap, apakah kini Engkau tengah menatap hamba dengan penuh kasih? Ataukah Engkau memandang diri ini hina, memandang hamba dengan penuh murka, karena hamba bergelimang dosa…
Apakah bekal kita sudah cukup untuk menghadapi Hari Keputusan nanti? Apakah di hari itu wajah kita berseri-seri, atau wajah kita tertunduk terhina? Bagaimanakah nasib kita di Alam Barzakh, di Padang Mahsyar, di shirath-Nya? Dimanakah tempat kembali kita? Akankah pintu Surga terbuka untuk kita? Atau Neraka menjadi tempat kembali kita? Inilah yang seharusnya membuat kita takut!
Sibukkan diri kitauntuk mempercantik jiwa, bersegeralah lari kepada Allah, senantiasa dekatkan diri kita kepada Allah, ber-taqarrub kepada-Nya… Gunakan sisa umur kita untuk mempersiapkan masa depan yang terbentang, yaitu kehidupan akhirat. Jangan sia-siakan satu-satunya kesempatan yang Allah berikan kepada kita, yaitu umur kita, karena detik-detik usia sangat berharga, tak akan pernah kembali lagi! Segeralah beramal shaleh!
Lalu bagaimana mengenai kecemasan terhadap suami kita? Berbahagialah Saudariku, karena kita telah menyerahkan segala urusan kita kepada Allah Swt. Hanya kepada-Nya lah kita bertawakkal, cukuplah Allah sebagai penolong kita. Allah yang menggenggam hati setiap makhluk-Nya, termasuk hati suami kita ada dalam genggaman-Nya!
Ikhtiar yang sungguh-sungguh kita lakukan adalah terus berusaha menjadi istri solehah, istri penyejuk hati suami yang berupaya mewujudkan keluarga asmara… assakinah, mawadah wa rahmah.
Tentunya harapan kita semua, saat kelak kita menghadap-Nya, kita dalam keadaan husnul khatimah, dan kalimat terindah menyambut kita, seperti dalam firman-Nya:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr [89] : 27-30)
“Ya Allah , Yang Maha Membolak-balikkan jiwa, tetapkanlah jiwa ini selalu dalam agama-Mu. Amiin…”
Wallahu a’lam bish-shawaab. Bangkok, 3 Juni 2011.